"Semua fraksi sudah setuju dengan usulan right issue itu, kami menyetujuinya," ujar Ketua Komisi XI Emir Moeis ketika memimpin rapat kerja BTN di Gedung DPR, Rabu (19/9).
Dengan adanya keputusan politik itu, maka langkah BTN untuk menerbitkan saham baru sebanyak 1.512.857.500 lembar saham bisa segera dilaksanakan pada kuartal keempat tahun ini. Dana yang dihimpun dalam rights issue ini diperkirakan mencapai Rp 1,76 - 2,36 triliun.
Sebagai penjamin emisi, BTN sudah menunjuk PT Bahana Securities, PT Danareksa Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas. Emir berharap dengan rights issue ini BTN dapat memperkuat kinerjanya.
"Kita akan kawal pelaksanaan rights issue serta mengevaluasi peruntukan dananya. Kita ingin bank BUMN bisa lebih berkontribusi terhadap pembangunan," lanjutnya.
Sementara itu Direktur Utama BTN Iqbal Latanro merasa lega dengan disetujuinya right issue ini dan dia berjanji akan terus meningkatkan kinerja bank BTN, terutama pembiayaan atau kredit pemilikan rumah (KPR) yang terbukti menjadi faktor peningkatan laba pada semester pertama. "Fokus KPR menyebabkan pendapatan bunga dan pendapatan bunga bersih perseroan mengalami peningkatan," tegasnya.
Direktur Keuangan BTN Saut Pardede menerangkan, dalam aksi korporasi tersebut, secara total BTN bakal mewarkan 14,9 persen saham baru setelah right issue. Sehingga, porsi kepemilikan saham pemerintah di BTN pun bakal tergerus dari 71,9 persen menjadi 60 persen.
Nantinya, sebanyak 40 persen saham sisa merupakan milik investor publik. "Nanti Credit Suissie yang akan menjadi arranger untuk global market," terangnya.
Saut menegaskan, dengan telah adanya persetujuan dari DPR, maka pihaknya bakal rights issue pada November 2012. Sebelum right issue, BTN akan menjual sebagian kreditnya senilai Rp 1 triliun melalui skema penerbitan kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK-EBA).
"Jadi KIK-EBA dulu baru rights issue. Hal ini lantaran finalisasi penentuan harga rights issuebaru akan dilakukan Oktober," jelasnya.
Kinerja BTN pada semester pertama 2012 terhitung cemerlang. PT Bank BUMN ini berhasil menorehkan laba bersih sepanjang paro pertama 2012 sebesar Rp 659 miliar, atau naik 39,59 persen, dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada semester pertama 2011, laba BTN hanya di angka Rp 472 miliar.
Sementara kredit perseroan naik 27,7 persen dari Rp 54,5 triliun menjadi Rp 72,1 triliun. "Itu lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan industri yang hanya naik 26,6 persen," kata Saut.
Porsi kredit perseroan hingga saat ini masih didominasi kredit perumahan dengan komposisi 86,43 persen. Sementara sisanya merupakan kontribusi dari kredit non perumahan. Kenaikan kredit tersebut telah menyebabkan pendapatan bunga perseroan naik 20,37 persen dari Rp 3,6 triliun, menjadi Rp 4,3 triliun.
"Meski kredit tumbuh tinggi, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) perseroan tetap terjaga," jelasnya. (wir/gal)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pascarekor, Indeks Berpotensi Datar
Redaktur : Tim Redaksi