jpnn.com, JAKARTA - Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri meminta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus memperbaharui dan memperbaiki distribusi peta rawan bencana serta informasi cuaca khususnya untuk kepentingan petani, nelayan, maupun kepentingan mitigasi aspek mitigasi kebencanaan nasional.
Ketua Umum PDI Perjuangan itu menyebut Indonesia memiliki potensi bencana begitu besar.
Sebagai bukti, pada 2019, terjadi sekitar 11.500 gempa dengan berbagai magnitudo serta aspek loncatan curah hujan ekstrem.
BACA JUGA: Bung Karno Pernah Bertanya kepada Megawati, Apa yang Dibutuhkan Rakyat?
Hal ini bisa terjadi karena kerusakan lingkungan masif, dipicu oleh pembangunan yang tak memperhatikan keseimbangan alam.
Pesan Megawati itu diwakili Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto dalam acara Pembukaan Bersama Sekolah Lapang BMKG 2020 yang dilaksanakan secara virtual, di Jakarta, Senin (14/9).
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati serta lebih dari 500 perwakilan BMKG dari seluruh Indonesia itu.
Hasto menambahkan, Indonesia dibangun berdasar Pancasila yang berbasis pada prinsip membebaskan manusia Indonesia dari penjajahan dan prinsip kesejahteraan.
BACA JUGA: Bu Mega Prihatin soal Kekerasan Pada Perempuan & Anak, PDIP Dorong RUU PKS
Proklamator RI Bung Karno pernah bertemu Pak Marhaen, yang menginspirasi kemerdekaan Indonesia harus menghadirkan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia yang miskin, yang sebagian besar adalah petani dan nelayan.
"Ibu Megawati selalu mengingatkan soal pentingnya BMKG dan seluruh informasi yang diberikan, bagaimana BMKG mampu memberikan informasi dengan aplikasi iptek yang dapat memberikan prakiraan cuaca secara dini, yang berkaitan dengan keberhasilan masa tanam, keselamatan nelayan, hingga edukasinya," kata Hasto.
Karena itu, Megawati mengharapkan BMKG bisa terus mengeluarkan peta daerah rawan bencana. Baik itu bencana tanah longsor, prakira cuaca curah ekstrem, waktu produktif petani menanam dan nelayan hingga kapan nelayan bisa melaut dengan aman.
"Dan kami harap BMKG bisa mengerjakan kerja sama penelitian cuaca bersama perguruan tinggi, sehingga penerapan teknologi modern untuk kepentingan petani nelayan dapat ditingkatkan," ulasnya.
Megawati, lanjut Hasto, juga berpesan agar BMKG perlu memperkuat informasi potensi titik api dalam rangka pencegahan kebakaran hutan dan lahan.
BACA JUGA: Gempa Doublet Guncang Bengkulu, Begini Penjelasan BMKG
Informasi demikian, kata Hasto, dibutuhkan untuk wilayah dengan kadar gambut tinggi yang biasanya memiliki batubara, serta wilayah dengan konsentrasi cahaya matahari yang harus diwaspadai.
"Sehingga bangsa Indonesia bisa hadir sebagai bangsa yang sadar dimana dia hidup adalah rawan bencana," ujarnya.
Megawati juga berpesan soal betapa pentingnya BMKG memetakan daerah rawan likuifaksi, demi mencegah bencana seperti yang pernah terjadi di Kota Palu.
Sebab bagi PDIP, peta bencana dari BMKG sangat dibutuhkan oleh para kepala daerah dalam menjabarkan peta ruang dan tata kota.
PDIP sendiri memastikan bahwa semua kepala daerah dari partainya untuk selalu membasiskan tata kota wilayahnya berbasis pengetahuan di peta rawan bencana dikeluarkan BMKG.
"Seluruh peta bencana BMKG akan dijabarkan dalam peta ruang, arsitektur, dalam sistem desain rumah tahan gempa misalnya, sistem tata kota, sistem irigasi, perencanaan yang semesta sehingga kita sebagai bangsa sadar persoalan iklim dan bencana," kata Hasto.
Selanjutnya, Megawati juga mengharapkan rakyat Indonesia dan badan seperti BMKG bersedia belajar dari bangsa lain seperti Jepang dan China. Negara-negara itu dianggap berhasil membangun kesadaran rakyatnya akan kerawanan bencana.
Terkait dengan Sekolah Lapang BMKG yang dilaksanakan atas kerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) PDIP, Hasto mengatakan pihaknya berharap ajang ini bisa menambah pengetahuan cuaca dan mengintegrasikan diri dengan aspek kebencanaan.
Maka itulah, kerja sama BMKG dengan Baguna PDIP, yang satu-satunya dimiliki parpol di Indonesia, adalah jalan kemanusiaan.
"Kami bergerak tanpa pernah membedakan suku, agama, status sosial. Yang tak pilih PDI Perjuangan pun, Baguna wajib hadir dan menolong. Maka itu kami berterima kasih dukungan BMKG karena selama ini kita bekerja sama dengan baik," pungkas Hasto.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa berdasarkan data suhu udara dan intensitas hujan yang dikumpulkan sejak tahun 1900, menunjukkan adanya tren signifikan peningkatan suhu udara yang mencapai di atas 1 derajat celsius.
Di beberapa wilayah Indonesia, sudah mencapai lebih dari 1,2 derajat celsius.
Sejak 1900, dicatat juga tren peningkatan curah hujan. Sebelum 1950, loncatan tersebut terjadi rata-rata 10-20 tahun sekali. Namun, sejak 1970, intensitas hujan dalam waktu satu atau dua hari mencapai sampai lebih dari 400 mm, seperti yang terjadi pada Januari 2020 yang lalu.
"Oleh karena itu, kalau lihat grafik ini, betapa lebih seringnya hujan ekstrem di 30 tahun terakhir yang mengancam kegiatan pertanian, pelayaran, dan keselamatan masyarakat," kata Dwikorita.
Di sisi lain, data pemantauan gempa bumi, jika di 2017, dari rata-rata 4 ribu-5 ribu gempa bumi pertahun, tahun 2017 menjadi lebih dari 7 ribu kali dengan berbagai magnitudo. Bahkan di 2018 dan 2019 mencapai lebih dari 11 ribu kali.
"Melalui sekolah lapang BMKG, baik sekolah lapang iklim, cuaca nelayan, geofisika, maka kami berupaya berjuang keras agar para petani, nelayan, dan masyarakat umum mampu bertahan, mampu selamat, beradaptasi dengan kondisi cuaca dan geofisika tersebut," kata Dwikorita. (tan/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga