Bu Netty Minta Pemerintah Jangan Buru-buru Impor Obat, Cek Dulu Persoalan Ini

Jumat, 30 Juli 2021 – 13:06 WIB
Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher meminta pemerintah mengidentifikasi sisi distribusi obat terapi Covid-19. Ilustrasi: M Fathra Nazrul Islam/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher meminta pemerintah mengidentifikasi sisi distribusi sebelum negara mengimpor obat seperti Remdesivir, Actemra, dan Gamaras.

Sebab, dia tidak ingin terjadi kelangkaan obat karena problem distribusi.

BACA JUGA: Begini Aksi Polisi Menyamar, Bongkar Penimbunan Obat Covid-19 hingga Tabung Oksigen

"Pemerintah harus memastikan bahwa impor obat dilakukan setelah memeriksa bahwa tidak ada persoalan dalam jalur distribusi obat, semisal penimbunan atau kendala lain, yang menyebabkan terjadinya kelangkaan obat," kata Netty dalam keterangan persnya, Jumat (30/7).

Alumnus Universitas Indonesia itu menuturkan pemerintah bisa mengecek persoalan distribusi dengan menggunakan teknologi informasi hingga sidak lapangan.

BACA JUGA: Kebutuhan Obat Melonjak Selama Pandemi Covid-19, Begini Strategi Menkes Budi

"Pastikan semua under control sehingga tidak ada yang berani main-main dalam pendistribusian obat," ucap Netty.

Di sisi lain, wanita kelahiran Pacitan, Jawa Timur itu berharap pemerintah bisa memproduksi obat mandiri dalam waktu dekat. Terlebih lagi, seluruh negara membutuhkan obat-obatan semasa pandemi. 

BACA JUGA: Garam NTT Berpotensi Besar Jadi Pengganti Impor

"Tentu berat jika kita bergantung pada impor. Industri farmasi dalam negeri harus mampu memproduksi sendiri dengan jumlah memadai," katanya.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mendorong kapasitas produksi obat karena kebutuhan obat terapi Covid-19 melonjak hingga 12 kali lipat.

"Kami sudah melakukan komunikasi dengan teman-teman di Gabungan Pengusaha Farmasi dan sudah mempersiapkan dengan mengimpor bahan baku obat, memperbesar kapasitas produksi, serta mempersiapkan juga distribusinya,” kata Budi dalam konferensi pers, Senin (26/7).

Menurut menkes, pemenuhan kebutuhan itu akan memerlukan waktu sekitar empat hingga enam minggu.

“Mudah-mudahan di awal Agustus nanti beberapa obat-obatan yang sering dicari masyarakat misalnya Azithromycin, Oseltamivir, maupun Favipiravir itu sudah bisa masuk ke pasar secara lebih signifikan,” lanjut menteri yang akrab disapa BGS itu.

Obat-obatan yang diproduksi di dalam negeri ialah Azithromycin, Oseltamivir, dan Favipiravir. Adapun jenis yang harus diimpor ialah Remdesivir, Actemra, dan Gamaras.

"Saya sampaikan rencananya untuk Remdesivir Juli ini akan datang, kita bisa impor 150 ribu dan Agustus kita akan impor 1,2 juta. Sekarang kita sudah dalam proses untuk bisa membuat Remdesivir di dalam negeri,” ucap Budi.

Untuk obat Actemra, Indonesia akan kedatangan seribu vial pada Juli dan 138 ribu vial pada Agustus mendatang.

Indonesia juga akan menerima Gamaras berjumlah 26 ribu untuk bulan ini dan 27 ribu lagi pada Agustus. (ast/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler