Bu Risma: Jangan Sepelekan Peringatan BMKG

Rabu, 21 Juli 2021 – 21:27 WIB
Tangkapan layar Menteri Sosial Tri Rismaharini saat memberikan arahan terkait kesiapsiagaan menghadapi bencana yang digelar oleh Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial secara daring di Jakarta, Rabu (21/7/2021). (ANTARA/Devi Nindy)

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Sosial Tri Rismaharini mengimbau jajaran Kementerian Sosial agar tidak menyepelekan peringatan bencana yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). 

Sosok yang biasa disapa Bu Risma itu justru mengingatkan jajarannya agar melakukan langkah antisipatif atas peringatan yang dikeluarkan BMKG tersebut. 

BACA JUGA: Kabar Baik untuk KPM, Ada Bansos Lagi hingga Akhir Tahun, Simak Penjelasan Bu Risma

"Saat kejadian gempa di Palu, BMKG sudah mengingatkan. Karena tidak ada respons, korbannya banyak. Karena itu, jangan sampai terjadi tolong segera dilakukan langkah antisipatif," kata Bu Risma. 

Hal itu diungkap Bu Risma saat memberikan arahan terkait kesiapsiagaan menghadapi bencana yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos di Jakarta, Rabu (21/7). 

BACA JUGA: Anak Buah Risma Apresiasi Polri Sikat Pencatut Nama Kemensos Sebar Pesan Berantai Bansos

Risma sudah menyiapkan empat langkah antisipatif guna menghadapi bahaya bencana. 

Pertama, mempelajari kearifan lokal masyarakat supaya lebih memahami dan menyiapkan langkah menghadapi dampak bencana.

BACA JUGA: Mensos Risma Menyisir Lorong Yogyakarta: Pransius Rudi Asisi Gelagapan Tak Menyangka

Seperti yang dipelajari Risma saat berkunjung di Pulau Simelue, Aceh, yang mana masyarakatnya mudah melakukan evakuasi ketika terjadi gempa dan tsunami, meskipun minim peralatan canggih, hingga minim korban.

Kedua, Risma menginginkan jajarannya menggandeng pihak-pihak terkait komunikasi publik setempat ketika terputusnya akses komunikasi, seperti kejadian bencana Siklon di Nusa Tenggara Timur.

Seperti bekerja sama dengan Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari) dan Radio Antar-Penduduk Indonesia (RAPI) yang secara teknis menguasai kondisi bencana di lapangan dan mereka bisa membantu komunikasi saat terjadi bencana.

Risma mengatakan saat pihaknya berkonsentrasi memberikan bantuan di NTT, dia terlambat mengetahui, ternyata ada wilayah lain yang dampaknya lebih berat akibat terputusnya komunikasi. 

Seketika, Bu Risma mengarahkan bantuan tersebut kepada orang yang dapat dihubungi untuk menyalurkan bantuan.

"Itu karena komunikasi kita terputus, padahal saya sudah mengirim barang dari Surabaya," kata Risma kepada jajarannya.

Ketiga, Risma meminta jajarannya tidak meremehkan prakiraan yang dibuat BMKG, karena sudah dikaji secara akademis dan disesuaikan dengan kondisi teknis di lapangan, dan kebenaran informasi lembaga itu bisa diyakini.

Keempat, jajaran Kementerian Sosial hingga Dinas Sosial lebih mengerti kebutuhan warga setempat yang riskan terhadap dampak bencana untuk mengurangi korban anak-anak, lansia, hingga penyandang disabilitas.

"Banyak korban disabilitas, korban tuli, tuna netra, karena dia tidak tahu apa yang terjadi. Sehingga, saat orang melarikan diri, beliau menjadi korban, karena tidak tahu dan tidak mengerti harus bagaimana," kata Risma.

Oleh karena itu, Bu Risma mengusulkan tiap rumah di daerah rawan bencana, apabila terdapat anak-anak, lansia, maupun penyandang disabilitas, diberi tanda-tanda tertentu. Sehingga, jika ada arahan untuk mengungsi, maka pihak terkait dapat melakukan evakuasi segera.

Bu Risma menekankan bahwa bencana bisa dihindari asalkan mau belajar mengerti dengan benar cara mengevakuasi dan menyelamatkan diri.

Tak hanya itu, Bu Risma meminta jajarannya  membentuk grup komunikasi lintas jajaran secara kewilayahan, sehingga  mudah menjalin komunikasi. Selain itu, juga untuk mempercepat evakuasi serta penanganan bencana di suatu daerah. (antara/jpnn) 

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler