jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengingatkan bahwa Tiongkok menjadi salah satu kekuatan dunia yang tidak bisa diabaikan, termasuk oleh Indonesia.
Hal itu diungkapkannya menyusul banyaknya isu negatif yang berhembus, soal keterkaitannya dengan negara tirai bambu, khususnya dalam bidang investasi.
BACA JUGA: Luhut Banggakan Ekonomi Indonesia Dipuji Dunia
"Supaya anak muda tahu, ekonomi Tiongkok ini hampir 18 persen berpengaruh ke ekonomi global. Amerika kira-kira 25 persen. Jadi suka tidak suka, senang tidak senang, mau bilang apapun, Tiongkok ini merupakan kekuatan dunia yang tidak bisa diabaikan," katanya dalam kuliah umum virtual, Jumat (5/6).
Di hadapan para generasi millenial dan generasi Z, Luhut meminta publik tidak berpikiran terlalu sempit soal investasi China ini.
BACA JUGA: Luhut Panjaitan: Walaupun Saya Di-Bully Gara-gara Itu
Menurut dia, sebagai negara yang bebas aktif, Indonesia justru harus membangun hubungan yang baik dengan negara manapun. Itu dilakukan guna mendukung kekuatan Indonesia.
"Jadi tidak bisa kita musuhin satu (negara), maunya sama ini saja. Dan juga tidak ada alasan kita bermusuhan," katanya.
BACA JUGA: Rupiah Lampaui Level Psikologis, Bye Bye Dolar AS
Luhut sebelumnya selalu dikaitkan secara negatif dengan investasi Tiongkok. Begitu pula dengan isu terkait tenaga kerja asal China yang dinilai akan menggusur lapangan kerja tenaga kerja lokal.
Mantan Menko Polhukam itu pun berulang kali menegaskan jumlah TKA Tiongkok yang datang ke Indonesia sangat kecil.
Di kawasan industri Konawe, Sulawesi Tenggara, misalnya, TKA China hanya sekitar 8 persen dari total tenaga kerja yang terserap dalam proyek.
Jumlah TKA Tiongkok pun diharapkan akan semakin berkurang, dengan dibangunnya politeknik di Morowali.
"Terkait Tenaga Kerja Asing (TKA) China, sebenarnya jumlah mereka seperti di Konawe hanya kurang lebih 8 persen dari para pekerja yang ada. Saat ini jumlah TKA juga makin berkurang dengan adanya politeknik di Morowali," katanya beberapa waktu sebelumnya. (antara/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha