jpnn.com - JAKARTA - Budayawan Radhar Panca Dahana menyesalkan tindakan sweeping yang dilakukan massa Front Pembela Islam (FPI) di acara penganugerahan Federasi Teater Indonesia (FTI) ke-10 di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat.
Menurut Radhar yang juga ketua pantia acara tersebut, perlakuan represif FPI jelas membuat masyarakat cemas, khususnya pegiat kebudayaan.
BACA JUGA: Para Bikers! Camkan Peringatan Polda Metro Jaya Ini
"Kalau dulu represif terhadap kegiatan kebudayaan vertikal dari penguasa, sekarang horizontal dari kalangan masyarakat atau organisasi yang hidup di tengah kita. Ini jelas mencemaskan," katanya saat ditemui di Graha Bakti Budaya, TIM, Senin (28/12).
Menurut Radhar, tindakan FPI jelas tidak bisa dibiarkan. pasalnya, setiap warga negara Indonesia mempunyai wilayah masing-masing, baik politik, ekonomi, agama termasuk kebudayaan. Dia menyesalkan sikap kepolisian terkait sweeping tersebut.
BACA JUGA: Ini Alasan FPI Juluki Bupati Purwakarta Si Raja Syirik Sampai Lakukan Sweeping
Radhar bercerita jika dirinya berani pasang badan terhadap kehadiran Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang ditolak oleh FPI. Namun demikian, pihak Polda Metro Jaya malah langsung membawa Dedi keluar dari TIM dengan alasan kemanan.
Untuk diketahui, kata Radhar, Dedi sudah sempat berhasil masuk ke area acara pada siang tadi. Namun sesaat sebelum acara dimulai, Dedi langsung dibawa oleh Polda dan tak diperkenankan hadir.
BACA JUGA: Ahok Lirik PNS Jadi Cawagub untuk Pilkada DKI
"Polda bilang ini sudah dikepung, tidak aman lagi. Buat saya ini sabotase kemanan oleh Polda. Kepolisian malah tidak hargai kebudayaan. Harusnya koordinasi dengan panitia dong kalau mau bawa Dedi keluar," demikian Radhar. (wah/dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ngeriii...FPI Sweeping di TIM, Cari Bupati Purwakarta
Redaktur : Tim Redaksi