Budi Muliawan Dorong Generasi Muda Kuasai Ilmu dan Teknologi

Kamis, 02 Juni 2022 – 13:23 WIB
Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga Setjen MPR Budi Muliawan menjadi pembicara dalam dialog bertajuk Peran Mahasiswa dalam Memajukan Bangsa di Gedung Prof. Ir. Retno Sriningsih, Universitas Negeri Semarang, Jawa Tengah, Selasa (31/5). Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, SEMARANG - Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga Setjen MPR Budi Muliawan menyatakan, globalisasi dan kemajuan teknologi informasi menyebabkan berbagai disrupsi di berbagai bidang.

Salah satunya ialah bidang pendidikan dan pengajaran. Akibat pandemi Covid-19, pola pendidikan berubah dengan sistem daring.

BACA JUGA: Menhub Budi Bawa Kabar Baik Soal Kendaraan Transportasi Tanpa Sopir

Guru dan siswa dituntut untuk melek teknologi informasi karena sekolah tatap muka sempat dihentikan dan diganti dengan sistem daring.

”Pola ini membuat guru harus bisa menggunakan teknologi informasi, salah satunya Zoom,” ujarnya.

BACA JUGA: Wakil Ketua MPR Sebut Buya Syafii Sosok Panutan dan Putra Terbaik Bangsa

Hal itu dikatakan Budi saat menjadi pembicara dalam dialog bertajuk Peran Mahasiswa dalam Memajukan Bangsa dan sarasehan bertajuk Menyapa Sahabat Kebangsaan di Gedung Prof. Ir. Retno Sriningsih, Universitas Negeri Semarang (Unnes), Jawa Tengah, Selasa (31/5).

Sarasehan yang digelar hasil kerja sama Biro Humas Sekretariat Jenderal (Setjen) MPR dan Unnes itu dihadiri Pelaksana Tugas Deputi Administrasi Setjen MPR Siti Fauziah, Kepala Biro Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerja Sama Unnes Mulyo Widodo, Kepala UPT Pusat Humas Unnes Muhammad Burhanudin, serta ratusan mahasiswa Unnes.

BACA JUGA: Ketua MPR Tinjau Produksi Kereta dan Bus Listrik PT Inka, Lihat

Menurut Wawan, sapaan akrab Budi Muliawan, disrupsi tidak hanya terjadi dalam pola pendidikan dan pengajaran.

Dalam kehidupan masyarakat, ada perubahan gaya hidup dan etika dalam pergaulan.

Hadirnya teknologi informasi diakui memudahkan orang dalam berkomunikasi. 

”Waktu dan jarak sekarang bukan hambatan lagi berkat kemajuan teknologi informasi. Dulu untuk mengirim uang kiriman dari orang tua memerlukan waktu hingga tiga hari lewat Kantor Pos. Saat ini cukup satu menit dengan menggunakan transfer antarbank,” ungkap alumnus Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang itu.

Globalisasi dan kemajuan teknologi membawa dampak yang sangat mengkhawatirkan. 

Misalnya, membuat orang lebih suka menyendiri dengan perangkat komunikasinya daripada bersosialisasi dengan yang lain secara langsung.

Wawan menegaskan perubahan ini tidak perlu dihindari, tetapi tidak boleh larut di dalamnya. 

”Agar bisa bertahan, kita harus mampu beradaptasi. Kalau dalam Ilmu biologi, makhluk hidup yang bisa beradaptasi dengan lingkungan, dialah yang akan mampu bertahan hidup. Begitu juga sebaliknya,” tuturnya.

Wawan mengatakan, dalam menghadapi tantangan zaman, selain harus menguasai ilmu dan teknologi, penting memegang nilai-nilai etika dan norma yang ada. 

“Kita harus tetap memegang nilai dan norma yang ada dalam Pancasila. Nilai-nilai ini harus dijaga dalam menjalankan kehidupan sehari-hari karena akan membawa kita dalam suasana yang saling menghormati dan menghargai di tengah kemajuan zaman,” paparnya.

Menurut dia, bangsa ini harus memegang erat nilai-nilai luhur bangsa yang bersumber dari Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. 

Keempat nilai luhur bangsa itu merupakan pedoman hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 

“Berkat Pancasila, bangsa Indonesia tetap utuh bersatu, tak terpecah belah,” katanya. 

Wawan merasa bangga bisa hadir di tengah generasi muda para calon guru yang mengikuti acara tersebut. 

Menurut dia, pendidikan merupakan dasar dan kunci kemajuan bangsa. Untuk itu, guru memiliki peran yang sangat mulia. 

Tugas guru tidak hanya menjadikan anak pintar, tetapi juga membuat anak paham pada kehidupan.

Dalam diskusi tersebut, Wawan menyampaikan peran strategis dan pentingnya generasi muda mahasiswa. 

Berbagai peristiwa penting seperti tonggak kebangkitan nasional pada 1908, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi 1945, dan perubahan tatanan politik yang terjadi pada tahun 1966 dan 1998 tak lepas dari peran besar mahasiswa.

Dari catatan perjalanan sejarah bangsa itulah, Budi Muliawan menyebut bangsa ini selalu menunggu peran dan kiprah generasi muda. 

“Kepada pemuda dan mahasiswalah estafet kepemimpinan bangsa akan diserahkan," tuturnya. 

Dalam menghadapi perubahan zaman, diharapkan generasi muda meningkatkan kemampuan dengan alih teknologi serta tidak berhenti dalam berinovasi. 

“Juga tetap berpegang teguh pada nilai-nilai luhur kehidupan berbangsa dan bernegara. Hanya dengan cara itulah generasi muda, mahasiswa bisa terus berkontribusi dalam membangun bangsa dan negara,” tambahnya. (mrk/jpnn)


Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler