jpnn.com, JAKARTA - Setiap warga negara, apa pun latar belakang profesinya termasuk para pengusaha, wirausaha atau entrepreneur, pasti dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi bagi keberlangsungan bangsa dan negara Indonesia.
Salah satu peran dan kontribusi yang bisa diharapkan dari para pengusaha dan wirausaha saat ini adalah membawa Indonesia keluar dari jebakan sebagai negara dengan pendapatan menengah (middle income trap).
BACA JUGA: Sri Mulyani Diundang ke Forum Negara Maju dan Bertemu Yellen, Ada Apa?
Demikian dikatakan Sekretaris Pimpinan MPR RI Budi Muliawan, SH, MH ketika menjadi narasumber dalam kuliah tamu open for publik kepada mahasiswa Magister Manajemen Universitas Ciputra, Surabaya, Sabtu (20/5/2023).
Sekretaris Pimpinan MPR RI Budi Muliawan, SH, MH (kiri atas) ketika menjadi narasumber dalam kuliah tamu open for publik kepada mahasiswa Magister Manajemen Universitas Ciputra, Surabaya, Sabtu (20/5/2023). Foto: Dokumentasi pribadi
Bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, kuliah tamu open for public secara daring ini mengambil tema “Gerakan Kebangkitan Nasional Menuju Indonesia Hebat” dan dipandu Ketua Program Studi Magister Management Universitas Ciputra, Damelina Basauli Tambunan, SE, M.M., Ph.D, CLC, CPM (Asia).
BACA JUGA: Budi Muliawan: Peran Generasi Muda Penting untuk Membangun dan Kemajuan Bangsa
Budi Muliawan mengungkapkan sejak masa perjuangan kemerdekaan Indonesia para pengusaha sudah mengambil peran dan memberikan kontribusi kepada bangsa dan negara.
Dia menyebutkan beberapa nama pengusaha yang turut membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia, misalnya H. Samanhudi yang mendirikan Serikat Dagang Islam.
“Dalam perkembangannya Sarekat Dagang Islam berubah menjadi Sarekat Islam dan melahirkan tokoh-tokoh pejuang bangsa seperti HOS Tjokroaminoto,” katanya.
Menurut Budi Muliawan, sampai sekarang para pengusaha dan wirausaha (entrepreneur) juga telah memberikan sumbangsih dan kontribusi kepada bangsa dan negara.
Para pengusaha memberikan kontribusi kepada pendapatan negara (APBN) melalui pajak. Para pengusaha juga menciptakan lapangan kerja.
“Itu kontribusi nyata para pengusaha yang terlibat secara aktif dalam sendi-sendi kehidupan bernegara,” ujar alumnus Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang ini.
Selain itu, dalam konteks kekinian, lanjut Budi Muliawan, para pengusaha atau wirausaha bisa membawa bangsa dan negara Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah.
“Kalau semuanya sepakat untuk melakukan reformasi struktural dengan baik, tidak memilih jalan pintas misalnya dalam perizinan, maka bisa tercipta ekonomi yang sehat, dan akan memberikan kontribusi pada peningkatan pendapatan, pada gilirannya Indonesia bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah, dan loncat menjadi negara berpendapatan tinggi atau negara maju,” paparnya.
Budi Muliawan menjelaskan menjelang tahun 2030 adalah masa kritis apakah Indonesia akan menjadi negara maju atau sebaliknya terjebak sebagai negara berpendapatan menengah (middle income trap).
Sesuai klasifikasi Bank Dunia, negara berpendapatan rendah adalah negara dengan pendapatan USD 1.035, sedangkan middle income antara USD 1.036 – USD 4.045.
Data BPS tahun 2022, Indonesia berada di upper middle income karena pendapatan per kapita Indonesia sekitar Rp 71 juta atau USD 4.783. Sesuai klasifikasi, upper middle income antara USD 4.046 sampai USD 12.035.
“Untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi atau negara maju adalah di atas USD 12.035. Kalau kita tidak bisa memanfaatkan posisi sebagai negara berpendapatan menengah ke atas, kita akan terjebak dengan middle income trap, tidak bisa loncat menjadi negara berpendapatan tinggi atau negara maju,” terangnya.
Di sisi lain, di tahun 2030-an sampai 2040, Indonesia mengalami bonus demografi. Penduduk usia produktif lebih banyak dibanding penduduk usia dini dan usia lanjut. Usia produktif berada di kisaran usia 16-65 tahun.
“Kalau usia produktif ini tidak bisa dikapitalisasi atau dimanfaatkan dengan baik atau dikelola, maka kita tidak bisa beranjak menjadi negara maju,” imbuhnya.
Budi Muliawan mengungkapkan strategi untuk keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah, yaitu perlunya inovasi dan efisiensi, pemberdayaan SDM, pembangunan infrastruktur dan melakukan reformasi struktural, birokrasi yang mudah dan sederhana, serta ekonomi berbasis digital.
“Saya mengajak para mahasiswa untuk menyadari bahwa kita berada dalam ekonomi menengah ke atas. Jika kita tidak bisa loncat, kita tetap berada pada posisi ini, dalam posisi ekonomi menengah. Mau tidak mau, negara ke depan harus memiliki pertumbuhan ekonomi rata-rata 6 persen sampai dengan tahun 2040,” katanya.
Menyongsong Pemilu 2024, para pengusaha juga bisa memberikan kontribusi dengan menjalankan hak dan kewajiban sebagai warga negara yaitu memilih dan dipilih dalam Pemilu.
“Pemilu adalah proses atau jaminan konstitusi kepada seluruh warga negara, ketika itu kita dimuliakan. Karena itu dinamakan Pesta Demokrasi. Pada saat pemilu tidak ada perbedaan antara ASN, pengusaha, politisi, guru. Setiap orang memiliki hak pilih dan dipilih yang sama,” pungkas Budi Muliawan.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari