Budi Muliawan Ungkap Peran Mahasiswa dalam Pembangunan dan Kemajuan Bangsa

Diskusi Bersama Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah 

Senin, 06 Desember 2021 – 20:01 WIB
Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antar Lembaga Setjen MPR Budi Muliawan SH., MH., saat menjadi narasumber diskusi ‘Peran Mahasiswa sebagai Tonggak Pemersatu dalam Kebhinnekaan’, Sarasehan Kehumasan ‘MPR Menyapa Sahabat Kebangsaan’ di Aula Madya Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Tangerang Selatan, Banten, 29 November 2021. Foto: Humas MPR RI.

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antar Lembaga Setjen MPR Budi Muliawan SH., MH., mengatakan mahasiswa adalah intelektual muda yang idealis dan sangat kuat memegang teguh nilai-nilai yang dipercayai sebagai nilai kebenaran. 

Mahasiswa kerap terpanggil hati nuraninya untuk peduli pada masalah-masalah yang ada,” ujarnya.

BACA JUGA: Pesan Wakil Ketua MPR RI untuk Pertahankan Ideologi Pancasila

Budi Muliawan mengungkap itu saat menjadi narasumber diskusi ‘Peran Mahasiswa sebagai Tonggak Pemersatu dalam Kebhinnekaan’, Sarasehan Kehumasan ‘MPR Menyapa Sahabat Kebangsaan’ di Aula Madya Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Tangerang Selatan, Banten, 29 November 2021.

Acara itu dihadiri oleh Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM) UIN Syarif Hidayatullah, Cecep Castrawijaya, MA; Ketua Senat Mahasiswa FDIKOM UIN Syarif Hidayatullah, Syafira Febby, serta puluhan mahasiswa.

BACA JUGA: Ketua MPR RI Bamsoet Dukung Investasi Bersifat Indonesia Sentris

Budi Muliawan menuturkan peran yang demikian membuat posisi mahasiswa masuk dalam level atau tataran kaum intelektual di tengah masyarakat. 

Menurutnya, dengan posisi yang demikian itu, mahasiswa memiliki peran dan fungsi sosial yang mampu mewarnai dan memberi dampak bagi kemajuan peradaban dan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.

BACA JUGA: MPR RI Buktikan Reformasi Birokrasi Berjalan

Alumnus Program Magister Ilmu Hukum Universitas Indonesia ini mengutip pendapat Leila Mona yang termuat dalam jurnal Mengembangkan Personal Social Responsibility (PSR) dalam Membangun Karakter Mahasiswa, menyebut ada lima peran penting mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pertama, mahasiwa sebagai iron stock. 

Dia menjelaskan mahasiswa sebagai iron stock dituntut memiliki kepribadian yang baik, dan menjadi manusia yang tangguh dengan akhlak mulia, untuk menggantikan generasi sebelumnya. 

Akhlak artinya memiliki kelakuan yang mulia dan mengutamakan orang lain di atas kepentingannya sendiri. 

Kedua, mahasiswa sebagai agent of change. 

Dengan peran ini, mahasiswa diharapkan bisa mewujudkan dan memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara agar menjadi lebih sejahtera. 

Dia menjelaskan agent of change pada pernyataan tersebut memiliki makna bahwa pemuda Indonesia harus membawa perubahan ke arah yang lebih positif atau baik.

Ketiga, mahasiswa sebagai guardian of value. 

Nah, Budi Muliawan menjaslakan bahwa mahasiswa diajarkan untuk bisa berpikir secara ilmiah dan mencari kebenaran atau fakta. 

Selain itu, mahasiswa juga berperan sebagai penjaga nilai di masyarakat untuk mengawasi dan menyuarakan pendapat apabila ada penerapan nilai yang tidak sesuai. 

Nilai di masyarakat tersebut, di antaranya, kejujuran, menjunjung tinggi keadilan, integritas, gotong royong, rasa empati dan nilai lainnya. 

Keempat, mahasiswa sebagai moral of force. 

Peran ini membuat mahasiswa dijadikan sebagai acuan dasar untuk berperilaku. 

Mahasiswa diharapkan bisa mencerminkan nilai karakter yang baik sesuai dengan kemampuan intelektualnya. 

Nilai karakter ini bisa ditunjukkan lewat moral yang beradab atau perilakunya yang sesuai dengan statusnya sebagai mahasiswa.

Kelima, ‘mahasiswa sebagai social control. 

Mahasiswa diharapkan bisa menjembatani hubungan masyarakat dengan pemerintah lewat penyampaian aspirasi, kemampuan mengkritik kebijakan pemerintah atau hal lainnya. 

Dalam hal ini, mahasiswa juga berupaya untuk mengontrol kehidupan sosial masyarakat. 

Ketika melihat adanya ketidakberesan dalam masyarakat, mahasiswa harus mampu menyampaikan kritik atau saran kepada pihak yang berwenang.

Budi Muliawan menjelaskan kelima peran itu perlu ditambah dengan mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi. 

Nilai-nilai yang dihidupkan di kampus itu adalah, pertama, pendidikan dan pengajaran.  

Kedua, penelitian dan pengembangan. 

Ketiga, pengabdian kepada masyarakat. 

“Dari nilai-nilai di atas, membuat mahasiswa memiliki peran yang sangat strategis dalam  pembangunan dan kemajuan bangsa,” ujar Budi Muliawan. 

Menurutnya, peran strategis yang dilakukan mahasiswa sudah terbukti dan tercatat dalam perjalanan sejarah bangsa.  

Catatan sejarah itu, kata dia, adalah peristiwa fenomenal yang menjadi tonggak awal bersatunya seluruh pemuda Indonesia dari berbagai daerah, yakni Sumpah Pemuda Tahun 1928.  

“Saat itu, kebinekaan sangat terasa kental.  Tidak ada yang mempermasalahkan perbedaan, semua fokus bersatu demi Indonesia,” ujarnya.

Peristiwa bersejarah selanjutnya ialah kemerdekaan Indonesia yang didorong oleh kaum muda.  

Salah satunya, melalui peristiwa Rengasdengklok, yakni ketika sejumlah pemuda pejuang mendesak Soekarno dan Hatta agar segera mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. 

Mereka dibawa ke Rengasdengklok untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan RI, pada 17 Agustus 1945.

Perubahan kondisi politik di era tahun 1965-1966 yang menggerakkan juga dari kaum muda mahasiswa dan terakhir era reformasi muncul di tahun 1998, penggeraknya juga mahasiswa.  

Artinya, semua yang tercatat dalam sejarah itu sebagai bukti otentik bahwa peran mahasiswa betul-betul sangat penting.  

“Untuk itulah kami mendorong mahasiswa seluruh Indonesia untuk bangkit mengambil peran itu demi Indonesia maju,” pungkasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Cecep Castrawijauya sebelum memberi pemaparan dalam diskusi mengucapkan selamat datang kepada tim dari Setjen MPR. 

Acara yang digelar di UIN Syarif Hidayatullah sangat penting dan strategis.

Selain tema diskusi bisa membangkitkan kembali peran mahasiswa, kegiatan tersebut juga disebut sebagai salah satu upaya untuk membangkitkan kembali nilai-nilai kebangsaan, persatuan, dan kesatuan. 

Dia berharap kegiatan itu tidak berhenti sampai di sini saja. 

“Ke depan, kami ingin acara serupa juga digelar di kampus ini,” tuturnya.    

Sementara, dalam pemaparannya saat diskusi, Cecep menjelaskan bahwa perjalanan bangsa Indonesia tidak terlepas dari peran pemuda, mahasiswa. 

“Sejak tahun 1908 hingga Gerakan Reformasi 1998, mahasiswa sebagai kaum terpelajar hadir menunjukkan perannya,” tuturnya.

Dalam era kekinian, Cecep berharap mahasiswa agar tetap menunjukan kiprahnya, berperan menjadi pembaharu supaya bangsa dan negara Indonesia bisa berkembang dan maju. 

“Dengan terus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memahami nilai luhur bangsa sehingga muncul generasi pintar dengan nasionalisme yang kuat,” paparnya.

Cecep mengungkapkan bahwa di fakultas tempatnya mengabdi, nilai-nilai kebangsaan selalu diperhatikan dengan baik dan benar. “Di kampus ini ada Delapan Pilar yang harus dipelajari mahasiswa, salah satunya terkait paham kebangsaan,” ungkapnya. 

Paham kebangsaan atau nasionalisme, kata dia, sudah diajarkan sejak awal mahasiswa masuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Menurutnya, hal ini sangat penting mengingat mereka berasal dari berbagai daerah, sehingga perlu diikat dalam satu rasa kebangsaan. 

“Dalam orientasi mereka  bisa saling mengenal satu sama lain, belajar, bersosialisasi dan berorganisasi bersama,” tuturnya. 

Dari sinilah, lanjut Cecep, mahasiswa bisa saling memahami perbedaan yang ada. 

“Rasa kebersamaan terjalin, sehingga nasionalisme tumbuh karena merasa satu tanah air dan satu bangsa, Indonesia,” ujarnya. “Saya berharap ini akan terus terjaga dan berkembang,” pungkas Cecep. (*/jpnn)

 

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler