Buka Asian Games, Jokowi Lintasi Jalur Bung Karno?

Minggu, 19 Agustus 2018 – 04:14 WIB
Denah komplek Asian Games 1962. Foto: Termuat dalam buku Dari Gelora Bung Karno ke Gelora Bung Karno.

jpnn.com, JAKARTA - Pembukaan Asian Games 2018 mempertontonkan Presiden Joko Widodo memacu sepeda motor melintasi jalan-jalan sempit Ibukota menuju Stadion Gelora Bung Karno.  Pria yang akrab disapa Jokowi itu seolah menapaktilasi jalur Soekarno.

 

BACA JUGA: Asian Games 2018: Timnas Tenis Senang Tidak di Wisma Atlet

Wenri Wanhar – Jawa Pos National Network

Sore itu, 21 Juli 1962. Presiden Soekarno dan tamu negara diiringi para menteri menempuh jalan berliku menuju Stadion Utama.

BACA JUGA: Epik! Jokowi Geber Moge Yamaha di Pembukaan Asian Games 2018

“Mereka terpaksa melalui bekas perkampungan Senayan, yang baru saja digusur, dan telah diubah untuk menjadi pusat kegiatan olahraga,” tulis Julius Pour seorang jurnalis dalam, buku Dari Gelora Bung Karno ke Gelora Bung Karno.

“Setelah menempuh jalan-jalan darurat semacam itu, baru pada akhirnya, iring-iringan tersebut bisa mencapai bangunan Stadion Utama. Sebuah stadion berukuran raksasa, dengan daya tamping untuk 110.000 orang,” sambungnya.

BACA JUGA: Indonesia vs Hongkong: Lilipaly Ingin Duet Lagi dengan Beto

Julius Pour melukiskan, stadion berkilauan dalam siraman cahaya ribuan lampu. Jam menunjukkan pukul lima. Udara sore itu cerah. Langit bersih. Ratusan ribu orang menyimak pidato Bung Karno.

“Ini merupakan stadion terhebat di seluruh dunia, milik bangsa Indonesia. Saya sudah berkeliling dunia. Sudah melihat stadion di Rio de Janeiro, sudah melihat stadion di Warsawa, sudah melihat stadion di Mexico, sudah melihat stadion di negeri-negeri lain. Wah, Stadion Utama Jakarta adalah stadion terhebat di dunia,” kata Bung Karno.

“Tidak ada satu stadion di dunia ini yang atapnya temu gelang, tidak ada. Stadion Rio de Janeiro di Brasil yang lebih besar sedikit daripada stadion ini, tetapi atapnya tidak temu gelang dan konstruksinya kalah jauh dengan konstruksi stadion kita…”

“…diadakannya stadion dengan semua venues daripada Asian Games ini, ya Stadion Utamanya, ya tempat tenisnya, ya tempat renangnya, ya tempat baseball-nya, ya tempat Covered Sportball-nya, bukan hanya untuk membuat badan kita ini kuat, sesuai dengan semboyan mens sana in corpore sano, jiwa yang sehat ada di dalam tubuh yang kuat.”

Pemancangan tiang pertama tanda dimulainya pembangunan Stadion Utama dilakukan Bung Karno pada 8 Februari 1960.

Hari itu, Komandan Komando Urusan Pembangunan Asian Games (KUPAG) Dadang Soeprajogi mengatakan, itu menandai, “…sebuah komando dari Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi kepada seluruh rakyat Indonesia, bahwa pembangunan raksasa kompleks Asian Games telas dimulai.”

Pekerjaan dua setengah tahun, mengerahkan ribuan orang yang bekerja siang malam membuahkan hasil menggembirakan.

“Maka oleh karena itu saudara-saudara,” himbau Bung Karno, “sekarang ini kita harus mengucapkan terima kasih kepada semua pekerja daripada stadion ini. Mereka yang telah membantu penyelenggaraan daripada stadion ini. Dan saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua tenaga Indonesia yang pada siang, malam, pagi, subuh, maghrib, isa, dhohor terus menerus, tidak pernah ada henti-hentinya bekerja, agar supaya Stadion ini bisa dibuka secara resmi pada tanggal 21 Juli 1962…yaitu hari ini.”

Sore itu, ada dua acara utama. Peresmian stadion Gelora Bung Karno serta gladi resik pembukaan Asian Games ke IV yang dijadwalkan akan berlangsung sebulan kemudian.

Kata Bung Karno, “ini merupakan peristiwa penting untuk ditulis dalam sejarah keolahragaan di semua negara Asia pada umumnya, dan lebih teristimewa pada sejarah keolahragaan Indonesia. Oleh karena kita telah menyaksikan latihan terakhir untuk upacara pembukaan Asian Games sekaligus pembukaan Stadion Utama, yang nantinya akan digunakan untuk perlombaaan olahraga bangsa-bangsa Asia yang akan dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962.”

Kemudian, diiringi tepuk tangan riuh rendah dan sorak sorai ratusan ribu orang yang memenuhi Stadion Utama, Bung Karno menyudahi pidatonya…

“Nah, aku sekarang bertanya kepada saudara-saudara sekalian, apakah engkau tidak bangga punya stadion seperti ini? Apakah engkau tidak bangga bahwa stadion yang hebat ini milik bangsa Indonesia?”

“saudara-saudara sekalian, dengan ini maka saya menyatakan Stadion Utama dibuka…” seraya memotong pita kuning.

Sepelemparan batu dari Stadion Utama, telah rampung pula pembangunan studio televisi.

“Bersamaan dengan pembukaan Gelora Bung Karno, pada 21 Juli 1962, menandai pula kelahiran TVRI,” tulis Julius Pour.

Televisi pemerintah ini dikerjakan bersamaan dengan paket pembangunan Jakarta lainnya; pembangunan Monas, Hotel Indonesia, Jembatan Semanggi, Toserba Sarinah, Gedung Bank Indonesia, dan jalan raya Jakarta By Pass.

Pada momen itulah TVRI mengudara pertama kali. Dan menyambut Asian Games 1962, Republik Indonesia untuk pertama kali mengadakan Menteri Olahraga. Orang yang dipercaya menjabat Maladi.

Oiya, jika saat membuka Asian Games ke 18, Presiden Jokowi berpidato, “dalam Asian Games ini 2018, kita bangsa-bangsa se-Asia ingin menunjukkan bahwa kita bersaudara. Kita bersatu, kita ingin meraih prestasi,” Bung Karno pada 1962 menyatakan, Asia Games “bukan hanya untuk bisa memupuk persahabatan dan persaudaraan di antara bangsa-bangsa di dunia, tetapi juga untuk memperkuat rasa kebangsaan kita.” (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Diserang Isu Gaji PNS Naik, Langsung Dibalas, Jleb!


Redaktur & Reporter : Wenri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler