jpnn.com, BOGOR - Polsek Bogor Utara memenuhi janji untuk mengusut kasus kematian Hilarius Christian Event Raharjo, korban tawuran ala gladiator pelajar SMA Budi Mulia dan SMA Mardi Yuana, Januari 2016 lalu.
Kemarin (15/9) polisi mendatangi kediaman mendiang Hilarius di kawasan Batu Tulis, Kecamatan Bogor Selatan.
BACA JUGA: Imam Mengamuk Rusak 17 Rumah, Bakar Motor Koramil
Kapolsek Bogor Utara Kompol Wawan Wahyudin mengungkapkan, kasus kekerasan yang merenggut nyawa Hilarius terjadi pada 29 Januari 2016.
Saat itu, pihak korban menolak otopsi sehingga kasus diselesaikan secara kekeluargaan.
Setahun berselang, sang ibunda, Maria Agnes, mengangkat kembali peristiwa maut itu di media sosial.
BACA JUGA: Hmmm, Penghuni Kos Ditarif Mahal, Sekali Kencan Sebegini
Maria mengalamatkan curhatannya tersebut kepada Presiden Joko Widodo.
Kemarin, setelah diberi penjelasan oleh polisi, keluarga korban akhirnya bersedia jasad Hilarius diotopsi.
BACA JUGA: Memilukan, Gadis 14 Tahun Digilir hingga Akhirnya Hamil
Sejauh ini, lanjut Wawan, penyidik sudah memeriksa saksi-saksi, tapi belum menetapkan tersangka.
''Total ada 13 orang yang diperiksa,'' katanya. Saksi yang diperiksa adalah siswa SMA Budi Mulia dan SMA Mardi Yuana, yang saat itu melihat kejadian secara langsung di lokasi.
Maria pun sempat mencurahkan keluh kesahnya kepada pewarta.
Menurut dia, semua orang pasti mengerti apa yang dilakukannya sebagai seorang ibu. Yakni, alasan dia menolak otopsi jasad putra kesayangannya itu.
Menurut Maria, selain otopsi, ada bukti berupa surat pengakuan beberapa terduga pelaku yang bisa digunakan polisi untuk mengusut kasus tersebut.
''Ada cerita bagaimana anak saya diperlakukan. Lalu, kenapa harus diotopsi, anak saya sudah cukup menderita,'' ujarnya.
Maria mengungkapkan, sedari awal, dirinya tidak melapor karena tak rela tubuh anaknya diotopsi.
Tapi, lantaran menjadi pemberitaan media dan polisi datang ke rumahnya, dia pun menghormati para penegak hukum.
''Kalau soal diselesaikan secara kekeluargaan, itu suami saya saja yang bilang, nanti takut salah ngomong. Hitam di atas putih soal kekeluargaan, enggak ada kayak gitu,'' tegasnya.
Maria menyebut, berdasar keterangan rekan-rekan korban, duel ala gladiator di SMA Budi Mulia berlangsung sejak 2010.
Di kalangan siswa, aksi duel ala gladiator itu dikenal dengan istilah ''bom-boman''.
''Anak saya diadu. Disuruh duel. Terus kakak-kakak kelasnya itu yang menonton. Pas anak saya dipukul itu, ada yang tepuk-tepuk tangan. Jadi memang ditonton,'' katanya.
Kabar meninggalnya Hilarius diketahui Maria dan sang suami sekitar pukul 17.30 WIB setelah mendapat informasi dari Rumah Sakit Azra.
''Jadi, sore itu ada telepon dari RS Azra. Saya tanya ada apa dengan anak saya, mereka cuma bilang saya harus ke sana,'' ujar Maria.
''Setiba saya di sana itu, anak saya sudah meninggal,'' ujarnya sambil menitikkan air mata.
Maria kemudian ikut polisi ke Mapolsek Bogor Utara untuk mengisi berita acara pemeriksaan (BAP).
Terpisah, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyebut kasus tawuran ala gladiator tersebut sudah diselesaikan secara kekeluargaan. Ada sanksi dari sekolah kepada pelaku.
"Pelaku dikeluarkan dari sekolah," kata Bima. Bima juga menyebut keluarga korban kala itu menolak jika jenazah Hilarius diotopsi.
"Disdik mengetahui kejadian itu setelah beberapa hari. Pihak sekolah dan keluarga tidak menyampaikan laporan tentang kejadian itu," jelasnya. (wil/c/dok/c17/c11/ami/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Agus Gantung Diri karena Sering Dimarahi
Redaktur & Reporter : Natalia