jpnn.com, JAKARTA - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa akhirnya memutuskan menggandeng Bupati Trenggalek Emil Dardak sebagai wakilnya dalam pemilihan Gubernur Jawa Timur pada 2018 mendatang.
Namun, pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi menyayangkan langkah Khofifah memilih Emil.
BACA JUGA: Tunggu Resmi, PDIP Langsung Pecat Emil Dardak
Pasalnya, suami Arumi Bachsin tersebut baru menjabat sebagai kepala daerah selama dua tahun.
Berbeda dengan saingan utama mereka pasangan Saifullah Yusuf dan Abdullah Azwar Anas sudah melakukan kerja-kerja politik sejak satu dasawarsa terakhir. Dengan demikian persaingan nantinya tidak akan sengit.
BACA JUGA: Pilgub Jatim 2018: PDIP Segera Depak Emil Dardak
"Apalagi trauma kekalahan dua kali Khofifah di Jawa Timur, menjadi handicap tersendiri," ujar Ari kepada JPNN, Kamis (23/11).
Menurut Ari, ada kecenderungan yang selama ini terjadi pada proses pemilihan. Masyarakat biasanya tidak menjadikan sosok yang sudah dua kali kalah sebagai calon ideal.
BACA JUGA: Khianati PDIP, Emil Dardak Tetap Jalankan Amanat Megawati
"Sayangnya, Khofifah juga tidak meminang tokoh-tokoh potensial Muhammadiyah yang sukses jadi bupati. Seperti Bupati Bojonegoro Suyoto atau mantan Bupati Lamongan Masfuk," kata pria yang juga menjadi dosen pascasarjana di Universitas Dr Soetomo Surabaya ini.
Padahal suara Muhammadiyah menurut Ari, cukup kuat di bagian barat Jawa Timur. Seperti wilayah Bojonegoro, Lamongan, Tuban dan Gresik.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Didukung 3 Partai, Khofifah Memantapkan Hati Lawan Gus Ipul
Redaktur & Reporter : Ken Girsang