Bukan Generasi TV, Sekarang Anak-anak Lebih Suka Belajar Online

Sabtu, 18 April 2020 – 17:18 WIB
LPP TVRI. Foto: YouTube

jpnn.com, JAKARTA - Pelaksanaan program Belajar dari Rumah di TVRI dinilai terlambat. Pasalnya, sudah sebulan study from home (SFH), pemerintah baru menyediakan Infrastrukturnya.

"Telat amat sudah sebulan SE Mendikbud tentang belajar dari rumah keluar baru sekarang disiapkan infrastruktur karena banyak yang komplain. Harusnya kementerian benar-benar punya data agar bisa menyiapkan infrastukturnya," kata Pengamat dan Praktisi Pendidikan dari Center for Education Regulations and Development Analysis (CERDAS) Indra Charismiadji kepada JPNN, Sabtu (18/4).

BACA JUGA: Ini Ragam Tayangan Belajar dari Rumah di TVRI

Dia menyebutkan, anak-anak sekolah bukan mereka yang suka mengonsumsi TV. Bahkan riset dari Global Web Index selama pandemi merilis data anak-anak usia SMA dan kuliah hanya 20 persen yang lihat TV. Lebih banyak melihat ke online.

"Jadi tidak cocok kalau diarahkan ke pelajaran anak-anak, karena mereka bukan generasi TV. Pembelajarannya juga jadi satu arah, menggurui, dan kembali ke era 80-an sampai 90-an," ucapnya.

BACA JUGA: Penjelasan Mendikbud tentang Belajar dari Rumah di TVRI

Menggunakan TVRI paling cocok justru untuk guru dan orang tua. Karena ortu kebingungan bagaimana mengelola, membimbing anak-anak melakukan pembelajaran daring.

Sebaiknya, kata dia, pemerintah memanfaatkan TVRI untuk memberikan masukan, saran bentuknya talk show, ceramah, diberikan contoh-contoh, tips and trik agar ortu maupun guru bisa melakukan pembelajaran dari rumah secara daring dengan efektif dan efisien.

BACA JUGA: Tips agar Siswa Disabilitas Intelektual Tetap Bugar saat Belajar dari Rumah

"Artinya tidak boros kuota, enggak rebutan gadget. Nah itu orang tua dan guru-guru adalah generasi TV, bukan generasi anak-anak kita," sergahnya.

Satu hal menurut Indra yang harus dicermati, chanel TVRI itu paling susah mendapatkan signal bagus. Kalah dibandingkan TV swasta.

Makanya popularitas TVRI turun karena masyarakat susah menangkap gambarnya dan lebih memilih TV kabel. Ini yang harus dievaluasi pemeintah.

"Katanya kita punya tol langit, satelit yang harusnya membuat kualitas TVRI bagus dan internet di semua daerah murah serta bagus. Ini sekarang diuji kampanye saat pilpres punya tol langit manfaatnya di mana," cetusnya.

Indra menambahkan, seharusnya kementerian sudah punya data. Dari sekian anak PAUD, SD, SMP, SMA SMK bahkan kuliah, berapa yang sebulan ini benar-benar belajar daring. Mau pakai platform pendidikan apapun tetapi datanya ada sehingga bisa dievaluasi apa kendala selama pembelajaran daring.

Kemudian dibuat langkah strategis supaya anak-anak tidak terabaikan. Sebab, problemnya tidak akan terasa sekarang, tetapi 10-20 tahun ke depan saat mereka menjadi penerus karena selama ini mendapatkan pendidikan tidak baik.

"Kalau kajian pemerintah gurunya tidak mampu dan perlu dibekali, ya segera dibuat pelatihan online untuk menyiapkan guru ini siap termasuk lewat TVRI. Ortu juga perlu diberikan panduan. Ambilah orang-orang pintar di Kemendikbud untuk membuat panduan. Pertanyaannya, mampu tidak membuat panduan pembelajaran daring. Itu yang akan kita lihat," pungkasnya. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler