Bukan Hal Baru Australia Tunggangi Polisi

Saatnya Evaluasi Alat Bantuan Australia untuk Polri

Rabu, 20 November 2013 – 01:10 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Indonesia Police Watch (IPW) mengimbau Kepolisian Republik Indonesia (Polri) segera mengevaluasi berbagai peralatan milik mereka, terutama alat-alat sadap bantuan asing yang memang banyak dimiliki kepolisian. Ketua Presidium IPW, Neta S Pane mengatakan, alat-alat sadap yang perlu dievaluasi khususnya peralatan sadap milik Densus 88 bantuan Australia.

Neta mengatakan, bukan tidak mungkin intelijen Australia melakukan penyadapan melalui alat sadap yang dipinjamkan ke Densus 88. "Bukan mustahil lewat bantuan alat sadap buat Densus 88 anti teror ini, pihak intelijen Australia melakukan penyadapan terhadap segala sesuatu alat komunikasi para pejabat Indonesia," kata Neta kepada JPNN, Selasa (19/11).

BACA JUGA: Saksi Kasus Hambalang Beber Uang ke Bendum PDIP

Ia menjelaskan, pemerintah Indonesia dan kalangan intelijen negara perlu melakukan pengecekan terhadap alat sadap bantuan asing, terutama dari pihak Australia kepada Densus 88 anti teror, "Apakah pihak Australia melakukan penyadapan lewat alat bantuan tersebut," ujar Neta.

Menurutnya, jika terbukti penyadapan yang dilakukan Australia terhadap pembicaraan telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan lingkaran dekatnya ternyata lewat alat sadap bantuan itu, berarti sudah waktunya semua alat itu diblokir, dinonaktifkan dan tidak perlu difungsikan lagi.

BACA JUGA: Penyadapan, Pola Usang Intelijen yang Efektif dan Berkesinambungan

"Jika pun tidak terbukti, pemerintah dan jajaran intelijen negara patut mewaspadainya, kenapa intelijen Australia dan negara asing lainnya terlalu gampang menyadap para pejabat Indonesia," ujar Neta.

Ditrambahkannya, kasus Australia menunggangi kepolisian Indonesia bukanlah hal baru. Setidaknya hal ini sudah terjadi sejak lima tahun lalu. Saat itu banyak perwira menengah (pamen) Polri yang mendapat beasiswa pendidikan kepolisian di Australia.

BACA JUGA: Lusa, KPK Minta Keterangan JK

Hasilnya, lanjut Neta, setelah para pamen itu kembali ke tanah air, mereka menjadi kaki tangan Australia dan diperintah pemerintah Australia untuk mencegat imigran Timur Tengah yang hendak masuk ke Australia di kawasan perairan Indonesia. "Sebab itu sudah waktunya semua bantuan asing ke Indonesia dievaluasi agar Indonesia tidak kecolongan," katanya. (gil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapolri Tegaskan Uang Labora Tak Mengalir ke Kapolda Papua


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler