jpnn.com, JAKARTA - Doktor Ilmu Pertahanan Hasto Kristiyanto mengatakan dirinya akan menulis buku karyanya dengan gaya milenial. Menurutnya, buku karya miliknya berjudul ‘Progressive Geopolitical Coexistence’ merupakan terjemahan dari pemikiran Bung Karno.
Pemikiran dan gaya kepemimpinan Bung Karno soal geopolitik disebut masih relevan. Menggali pemikiran Bung Karno lewat buku, kata Hasto, selanjutnya akan dibuat kembali dengan konsep lebih ringan.
BACA JUGA: Guru Besar: Buku Geopolitik Soekarno Jadi Referensi pada Tatanan Strategis, Taktis, dan Operasional
"Tidak hanya untuk menggali seluruh pikiran geopolitik Soekarno terhadap cara pandang atas konstelasi geografis dalam perjuangan kepentingan nasional, tapi relevansinya dalam kekinian sangat terkait," kata Hasto selepas acara Peluncuran Buku sekaligus Hari Jadi Lembaga Pertahanan Nasional RI ke-58 (Lemhannas) di Jakarta, Sabtu (20/5).
Menurut Hasto, buku yang merupkan turunan dari disertasinya saat mengambil program doktoral, yang mencoba menggambarkan situasi dunia saat ini dan masa lampau yang masih terjadi. Bagaimana terjadi pertarungan hegemoni antarnegara.
BACA JUGA: Di Sesko TNI, Hasto Beber Geopolitik Bung Karno soal Menjadikan Indonesia Disegani
"Misalnya, pertarungan rantai pasok itu sudah dipikirkan Bung Karno dari tahun 58 (1958) dengan merancang koridor strategis dari wilayah Indonesia sebagai negara kepulauan yang menatap masa depan dan dunia di pasifik," sambung Dosen Universitas Pertahanan itu.
Hasto mengatakan akan membuat buku geopolitik Soekarno dengan versi yang populer yang bisa menjangkau seluruh masyarakat.
BACA JUGA: Di Depan Perwira TNI, Hasto Beber Sedikit Visi & Misi Geopolitik Ganjar Pranowo
“Khususnya anak muda sehingga mereka bisa membangun fighting spirit kepemimpinan Indonesia di dunia dalam teori Geopolitik Soekarno. Harus diawali dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi," paparnya.
Di kesempatan yang sama, Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto menyebut hari jadi tahun ini bersamaan dengan peluncuran 58 buku. 58 buku itu ditulis atas sumbangan kalangan Lemhannas yang datang dari alumni, akademisi, profesional, dan para peserta didik lembaga tersebut.
Lebih spesial lagi, kata Andi, hadir Megawati Soekarnoputri yang tak lain putri dari Bung Karno, pendiri dan perintis Lemhannas.
"Ibu Megawati tadi mengungkit yang disebut sebagai titik hitam 1965 di mana sebagai bangsa kita harus mempelajari sejarah itu dengan baik. Kemudian ibu bercerita juga dengan ketatanegaraan yang harus dievaluasi lagi sesuai kebutuhan ke depan seperti peran MPR membentuk perencanaan strategis jangka panjang. Seperti ibu tadi sampaikan bagaimana Bung Karno (mengenai Pembangunan Nasional Semesta Berencana atau PNSB)," ucap Andi. (Tan/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sampaikan Kuliah Umum di Seskoal, Bamsoet Ingatkan Ancaman Geopolitik Global
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga