Bulan Puasa, TPS di Riyadh Sepi

Sabtu, 05 Juli 2014 – 09:18 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Kemarin menjadi hari pertama pemungutan suara yang digelar di luar negeri. Antusiasme warga negara Indonesia (WNI) terpantau kurang. Salah satunya yang berlangsung di perwakilan Indonesia di Riyadh.

Tempat Pemungutan Suara (TPS) di KBRI Riyadh yang dibuka mulai pukul 13.00 waktu setempat sempat ramai oleh beberapa WNI. Namun, kemudian jumlah WNI yang datang cendrung menurun.

BACA JUGA: KPU Kirim Pengawas Pilpres LN di Tiga Negara

Hingga pukul 16.15 waktu setempat, tercatat 1.100 WNI yang telah memberikan suaranya di TPS. Jumlah ini masih jauh dari keseluruhan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Riyadh sebanyak 88.235 orang.

Minimnya antusias WNI ini disebabkan lantaran kondisi cuaca Riyadh yang cukup ekstrim. Pada siang hari, cuaca panas mencapai 48 derajat celcius.  "Ini kan sedang bulan puasa, ditambah cuaca yang cukup panas,"  ujar Kepala Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Riyadh Murjasa Solly kepada Jawa Pos kemarin.

BACA JUGA: Tegaskan PNS Harus Netral dalam Pilpres

Kendati demikian, Murjasa menargetkan, jumlah pemilih di Riyadh akan terus meningkat usai berbuka puasa. Ia pesimis, jumlah pemilih di Riyadh akan mencapai 8 ribu orang pemilih.

"Paling tidak sama dengan pemilihan legeslatif (pileg) april lalu sebanyak 8.234 orang, meski banyak yang sedang pulang liburan juga," pungkasnya.

BACA JUGA: TNI Disiagakan Tindak Pengacau Pilpres

Selain menyediakan 6 TPS di KBRI, pihak PPLN Riyadh juga menyediakan 16 titik lokasi drop box dan pengiriman surat suara melalui pos. Pengiriman drop box telah dilakukan lebih awal pada tanggal 25-28 Juni 2014 kemarin.

Menurut catatan PPLN Riyadh, ada sebanyak 4081 surat suara yang dikirimkan melalui drop box. Sedangkan melalui pos sebanyak 252 surat suara.  "Dari jumlah suara yang dikirm, kita gunakan 16.333, baik untuk TPS, drop box, dan pos. untuk drop box kita kirim hingga perbatasan Jordania, Irak dan Kuwait,"  jelasnya

Dengan kata lain, akan ada sekitar 71.902 surat suara yang tidak digunakan. Menurut Ketua Migrant Care Anis Hidayah, sisa tersebut akan sangat rawan sekali disalahgunakan. Sebab, pengawasan pilpres di luar negeri yang relative kurang.

Selain itu, mekanisme drop box dan pos surat juga dikatakannya sangat rawan untuk diselewengkan.  "Berkaca pada penyelenggaraan Pemilu 2009 dan Pemilu Legislatif 2014, potensi pelanggarannya besar. Mekanisme pengawasannya sulit," tandasnya.

Namun sayangnya, mekanisme tersebut masih menjadi andalan oleh pihak PPLN. Pihak PPLN dinilainya tidak memaksimalkan partisipasi pemilih melalui mekanisme pemungutan suara melalui pencoblosan langsung di TPS.

Padahal, katanya, mekanisme ini membuka ruang pengawasan dan pemantauan oelh pemilih, saksi peserta pemilu, pengawas pemilu dan pemantau pemilu sehingga bisa memperkecil potensi pelanggaran dan kecurangan pemilu.

Menanggapi hal itu, Murjasa mengatakan, pihaknya telah mengantisipasi seluruh kemungkinan kecurangan pilpres di Riyad. PPLN Riyadh telah bekerja sama dengan tim sukses (Timses) kedua calon presiden (capres) baik dari pihak Prabowo-Hatta maupun Jokowi-Jusuf Kalla, untuk melakukan pengawas.

Selain itu, pihakya juga telah menjalin komunikasi intensif dengan pihak badan pengawas pemilu (Bawaslu) untuk terus mengawasi jalannya pilpres.  "Kita ada gudang tersendiri untuk menyimpan sisa surat suara. itu digembok dan diawasi terus menurus oleh seluruh pengawas. Selain itu, dari pengalaman saya menjadi panitia sejak 2004, tidak pernah ada kasus seperti itu. alhmadulillah,"  jelasnya.

Ada 19 perwakilan di 15 negara yang melaksanakan pencoblosan calon presiden periode 2014-2019. 19 perwakilan tersebut yaitu, Abu Dhabi (Uni Emirat Arab), Addis Ababa (Ethiopia), Alger (Aljazair), Amman (Yordan), Dhaka (Bangladesh), Doha (Qatar), Dubai (Uni Emirat Arab), Havana (Kuba), Riyadh, Jeddah (Arab Saudi), Khartoum (Sudan), Kuwait, Kyiv (Rusia), Manama (Bahrain), Maputo (Mozambik), Moskow (Rusia), Muscat (Oman), Sana'a (Yaman) dan Teheran (Iran).

Terpisah, di Brasil surat suara untuk WNI sudah mulai disebar pihak KBRI di Brasilia melalui pos. Warga sudah mulai menerima seperti Romo Ferdinand Doren yang sudah bertugas di negara bagian Sao Paulo sejak 1997. Jumat pagi waktu Brasil, datang petugas pos membawakan dokumen kepada dirinya.

Dalam amplop itu terdapat surat suara, petunjuk pencoblosan, form model C6 luar negeri, tanda terima, amplop kecil untuk menyimpan surat suara, dan amplop putih besar dengan prangko berlangganan untuk dikirimkan ke KBRI. Warga tidak perlu khawatir surat itu nyasar karena dalam amplop besar sudah dicetak alamat KBRI Brasilia.
 
"Sistemnya sama dengan pemilihan legislatif, dikirimkan ke rumah surat suaranya," ujar Ferdinand.

Surat suara yang diterima penggemar klub sepak bola Santos F.C itu sudah dipastikan tidak rusak atau tercoblos. Tanda tangan Ketua Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Brasilia yakni Moch. Rizki Safary juga sudah lengkap. Surat suara itu sudah sah untuk menyalurkan pilihannya.

Dalam petunjuk pencoblosan, gamblang dijelaskan tata caranya. Termasuk urutan memasukkan surat suara yang sudah dicoblos ke dalam amplop. KBRI meminta kepada warga yang menerima surat suara segera mengirimkan kembali. Sebab, kertas suara sudah harus diterima KBRI selambat-lambatnya pada 10 Juli.

Surat suara via pos yang diterima setelah 14 Juli dipastikan tidak dihitung. Namun, menurut Ferdinand pengiriman dari Sao Paulo ke Brasilia umumnya hanya berlangsung selama 1 atau 2 hari.   "Karena ini hari Jumat, setelah mencoblos mau langsung saya bawa ke kantor pos,"   tuturnya.

Informasi yang Jawa Pos dapat dari KBRI, surat suara yang diterima akan disimpan. Meski pencoblosan lebih cepat dari Indonesia, tetap tidak dihitung saat ini. Penghitungan serempak dilakukan pada 9 Juli nanti. Agar lebih aman, penyimpanan dilakukan di sebuah ruangan dengan pengawasan CCTV selama 24 jam tanpa henti. (mia/dim)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Demi Jokowi-JK, Luhut Pantau Pergerakan TNI di Pilpres


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler