jpnn.com, EL PASO - Teror lone wolf kembali membuat Amerika Serikat (AS) gusar akhir pekan lalu. Pelakunya, lagi-lagi, seorang pemuda yang terlihat sehat dan waras. Korbannya, lagi-lagi, warga sipil. Kuat dugaan motifnya kebencian ras.
Patrick Crusius, si lone wolf, menyerah tanpa perlawanan kepada aparat. Polisi membekuk pemuda 21 tahun itu sekitar 15 menit setelah penembakan terjadi di Walmart. Ritel yang terletak di El Paso, Negara Bagian Texas, itu sedang sangat ramai saat Crusius melancarkan aksinya.
BACA JUGA: Trump Yakin Hubungan AS-Tiongkok Bakal Cerah, tetapi Tebar Ancaman Terus
Selain merenggut 20 nyawa, aksi penembakan tersebut mengakibatkan sedikitnya 26 orang terluka. Ratusan korban yang selamat dari senjata Crusius kini trauma. Jutaan warga AS pun geram.
"Saat ini, kami mengantongi manifesto pelaku yang mengarah pada kejahatan terencana berdasar rasa benci," kata Greg Allen, kepala polisi El Paso, sebagaimana dikutip CNN kemarin, Minggu (4/8).
BACA JUGA: Iran: Ini Adalah Puncak Kebodohan Amerika
Polisi menjadikan tulisan Crusius di media sosial sebagai pintu awal penyelidikan. Dalam tulisan itu, pelaku mengungkapkan kebenciannya terhadap hispanik. Di sana, dia mengatakan bahwa hispanik menginvasi AS. Tapi, polisi membutuhkan waktu untuk memastikan bahwa Crusius memang rasis.
BACA JUGA: 60 Ribu Rasis Berpesta di Polandia, Serukan Muslim Holocaust
BACA JUGA: Putra Kesayangan Osama bin Laden Dikabarkan Tewas, Dibunuh Amerika?
Emmerson Buie, agen khusus FBI El Paso, mengatakan bahwa sampai ada bukti kuat terkait pandangan rasis Crusius, polisi akan memperlakukan kasus tersebut sebagai aksi pembunuhan. "Pelaku terindikasi melanggar sejumlah pasal. Tapi, kami belum bisa menyimpulkannya," paparnya dalam jumpa pers.
Sabtu (3/8) itu, Walmart menjadi jujukan para siswa dan orang tua mereka. "Kurang lebih ada 3 ribu pengunjung dan 100 karyawan di dalam bangunan supermarket itu." Demikian bunyi laporan CNN. Tapi, semangat menyambut tahun pelajaran baru itu dibuyarkan Crusius. Dia masuk supermarket dan langsung memberondongkan tembakan ke segala arah.
Menurut New York Times, polisi menerima laporan soal aksi keji Crusius itu pada pukul 10.39 waktu setempat. Dalam hitungan detik, kepanikan melanda Walmart. Para pengunjung berebut melarikan diri.
Bunyi tembakan dari senapan laras panjang Crusius membuat nyali mereka ciut. Apalagi, para pengunjung menyaksikan beberapa orang terkapar di lantai sambil berlumuran darah. Mereka bergegas menuju pintu keluar, tidak mau menjadi korban berikutnya.
Manuel Uruchurty baru saja membayar belanjaannya di kasir saat mendengar tembakan. Pemuda 20 tahun itu langsung lari tunggang langgang. "Saya melihat bayi. Mungkin usianya enam atau delapan bulan. Bayi itu bersimbah darah," ungkapnya.
Jubir University Medical Center El Paso Ryan Mielke mengatakan bahwa jumlah korban tewas bisa bertambah. Sebab, kondisi sebagian korban luka kritis.
Walmart mengecam keras insiden berdarah itu. "Saya tak percaya harus menulis catatan seperti ini dua kali dalam seminggu. Dan, hati saya berduka untuk masyarakat El Paso dan keluarga korban," ujar CEO Walmart Doug MicMillon. Empat hari sebelumnya, aksi penembakan terjadi di Walmart di Southhaven, Negara Bagian Mississippi. (bil/c6/hep)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hacker Curi Ratusan Juta Data Nasabah Bank AS, Terbesar Sepanjang Sejarah
Redaktur & Reporter : Adil