”Kita tahu beberapa komoditas penting itu rentan terhadap gejolak harga. Dalam waktu tertentu dan tanpa diduga harganya naik drastis. Masyarakat menjerit, inflasi pun tinggi,” kata Sutarto.
Menurutnya, persoalan itu bisa diatasi jika peran Bulog diperluas. Saat ini peran Bulog masih sebatas menstabilkan harga beras. Dalam waktu dekat, pemerintah akan memberikan tugas stabilisasi harga kedelai. Menko Ekonomi Hatta Rajasa juga membuka peluang bagi Bulog untuk menstabilkan harga daging sapi yang hingga kini sulit diturunkan, serta produk holtikultura lain.
Sutarto menuturkan, pihaknya memang mengusulkan kepada pemerintah agar Bulog ini dimanfaatkan untuk melakukan trading sekaligus sebagai penyangga bagi ketersediaan daging dan produk holtikultura yang rentan terhadap gejolak harga.
Dia menegaskan, yang dibutuhkan Bulog hanyalah penugasan dari pemerintah. BUMN ini tidak meminta anggaran dari APBN dalam menjalankan tugasnya. Karena sebagai korporasi, Bulog bisa mencari sumber pendanaan sendiri. Misalnya dengan meminjam dari perbankan.
Misalnya soal daging sapi yang sekarang harganya mahal dan tidak mau turun di kisaran Rp 90.000 per kilogram. ”Bulog bisa mengontrol harga daging sapi jika 10 persen saja dari keseluruhan kuota impor diatur oleh Bulog. Hal ini sama dengan yang sudah dilakukan Bulog untuk beras,” tutur Sutarto.
Saat ini seluruh kuota impor daging sapi dipegang oleh swasta. Ketika harga bergejolak seperti sekarang, pemerintah kesulitan menurunkan harga. Tetapi jika Bulog memiliki 10 persen dari seluruh kuota impor, ketika terjadi gejolak maka harga akan cepat bisa diturunkan.
”Tinggal perintahkan saja Bulog untuk impor daging, harga akan turun. Dan Bulog tidak meminta uang dari APBN untuk melakukan impor,” tegas Sutarto. Menurutnya, harga daging sapi saat ini yang mencapai Rp 90.000 kemahalan. Harusnya itu bisa diturunkan menjadi Rp 70.000 per kilogram.
Bila diberi kewenangan impor daging sapi, Bulog akan mempersiapkan infrastrukturnya. Untuk tahap awal, setidaknya Bulog sudah punya pendingin di Cibitung untuk menyimpan daging. ”Kami juga telah minta izin untuk melakukan impotasi bawang,” kata Sutarto.
Sementara terkait stabilisasi kedelai, Bulog akan mengimpor sekitar 40.000-50.000 ton kedelai per bulan. Realisasi impor diperkirakan pada Oktober mendatang. Harga pembelian diperkirakan mencapai US$ 600 per ton. Artinya, kebutuhan dana untuk impor kedelai sekitar US$ 90 juta. ”Bulog telah melakukan pembicaraan degan beberapa negara pengekspor kedelai seperti Amerika Serikat dan Myanmar,” kata Sutarto. (dri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Aman untuk Investasi
Redaktur : Tim Redaksi