BUMI Standby Buyer

Sabtu, 24 Mei 2014 – 09:01 WIB

jpnn.com - JAKARTA - PT Bumi Resources Tbk (BUMI) masih merahasiakan identitas pembeli siaga (standby buyer) atas penerbitan saham baru (rights issue) senilai Rp 6,54 triliun dalam waktu dekat ini.

Perusahaan batubara milik grup Bakrie ini diberondong sejumlah pertanyaan detil dari Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait aksi korporasi ini dan sejumlah aksi korporasi lainnya.

BACA JUGA: Piala Dunia Kerek Penjualan TV

 BEI memertanyakan strategi BUMI terkait Penawaran Umum Terbatas (PUT) IV Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue seandainya tidak seluruhnya saham diterbitkan itu tidak dibeli oleh para pemegang saham. Menanggapi itu, Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI, Dileep Srivastava, mengatakan pihaknya menggunakan mekanisme pembeli siaga.

"Perseroan akan menggunakan mekanisme pembeli siaga dalam rights issue untuk melunasi sebagian pinjaman CIC (China Investment Corporation)," ujarnya dalam keterbukaan informasi ke BEI, kemarin.

BACA JUGA: Naik Lagi di Tengah Sepi Transaksi

Ditanya apakah Credit Suisse Ltd Singapura memiliki opsi untuk menjadi standby buyer dalam aksi korporasi ini, Dileep mengatakan, saat ini pihaknya tidak berencana menunjuk Credit Suisse Ltd Singapura untuk bertindak dalam posisi itu. Lalu siapa pihak pembeli siaga itu? "Kreditur dan para pihak yang ditunjuk oleh perseroan," kelitnya.

Namun diketahui bahwa para kreditur BUMI saat ini di antaranya Axis Bank Limited (memberi pinjaman USD 140 juta), UBS AG (USD 54 juta), Deutsche Bank (USD 62,5 juta), Credit Suisse (USD 117,5 juta), dan para pemegang obligasi konversi (USD 250 juta).

BACA JUGA: Garuda Batal Terbang di Halim, Untungkan Citilink

Diketahui bahwa harga rights issue BUMI kali ini ditetapkan senilai Rp 250 per saham. Dileep menyampaikan optimisme atas penetapan harga ini. "Perseroan bersikap realistis dan memertimbangkan perkiraan profitabilitas proforma dan asumsi lima kali EPS (laba per saham). Harga pelaksanaan sebesar Rp 250 juta mewakili premi sebesar 20 persen atas harga saham saat ini dan 2,5 kali lebih besar dari harga nominal," yakinnya.

Pada penutupan perdagangan kemarin saham BUMI berada di level 214 per saham, turun 1,00 poin (0,27 persen) dari 215 per saham pada penutupan hari sebelumnya.

BUMI menjadwalkan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) terkait penawaran ini pada 5 Juni 2014. Recording date atau pemegang saham yang berhak atas HMETD tertanggal 17 Juni 2014, pencatatan di bursa pada 19 Juni 2014, akhir pelaksanaan HMETD pada 17 Juli 2014, dan laporan hasil penjatahan ke bursa pada 11 Agustus 2014.

BUMI berniat menerbitkan 26,17 miliar saham biasa seri B dan dengan harga penawaran Rp 250 per saham maka target dana diincar mencapai Rp 6,54 triliun.

Dana hasil rights issue terutama untuk empat hal. Pertama, sekitar Rp 1,73 triliun atau USD 150 juta akan digunakan untuk melunasi pinjaman dari CICI. Fasilitas itu diperoleh dari anak CIC yaitu Country Forest Limited (CFL) pada 18 September 2009.

Total pinjaman BUMI ke CFL tercatat USD 1,3 miliar. Senilai USD 600 juta dari fasilitas itu akan jatuh tempo pada 18 September 2014 sementara USD 700 juta baru jatuh tempo pada 18 September 2015.

Kedua, sekitar Rp 1,73 triliun atau setara USD 150 juta akan digunakan BUMI untuk melunasi fasilitas utang dari Castleford Investment Holdings Ltd. Fasilitas itu diperoleh pada 14 November 2013 yang digunakan untuk ekspansi anak usaha BUMI.

Ketiga, BUMI akan menggunakan Rp 2,59 triliun atau sekitar USD 225 juta untuk melunasi obligasi (guarranted convertibel bond) yang diterbitkan pada 5 Agustus 2009. Sisa dana hasil rights issue lainnya akan digunakan untuk modal kerja.

Secara total BEI mengirimkan 27 pertanyaan yang detil kepada BUMI. Satu poin pertanyaan bisa berisi dua sampai empat sub pertanyaan termasuk meminta penjelasan terkait nasib anak usaha. (gen)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dana Asing Kembali Masuk


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler