Bung Hatta Sangat Sederhana, Sebaiknya Politikus dan Anak Muda Meneladannya

Minggu, 15 Agustus 2021 – 23:00 WIB
Pendiri Lingkar Madani Ray Rangkuti dalam diskusi Pekan Bung Hatta yang digelar Badan Kebudayaan Nasional Pusat PDIP. Foto: YouTube/bknp pdiperjuangan

jpnn.com, JAKARTA - Pendiri Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti menilai Proklamator RI Mohammad Hatta merupakan figur yang sangat patut dijadikan teladan.

Menurut Ray, tokoh yang lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat itu layak atas dua julukan.

BACA JUGA: Bung Hatta, Buku, dan Anak Muda Kekiniaan

Ray menyebut Bung Hatta pantas disebut sebagai Bapak Politisi Bersih. Kedua, Hatta pantas disebut sebagai Bapak Politisi Sederhana, karena wakil presiden pertama RI itu tak berlebihan dalam menjalani hidup.

"Sangat sederhana. Beliau sangat patut menjadi teladan kita semua," ujar Ray saat menjadi narasumber diskusi ‘Pekan Bung Hatta’ yang digelar Badan Kebudayaan Nasional Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Minggu (15/8).

BACA JUGA: Batin Megawati Tertekan Saat ke Rumah Bung Hatta, Sempat Memprovokasi Meutia Farida

Pemerhati pemilu itu menuturkan makna sederhana bagi Bung Hatta berarti kesadaran eskatologis yang tidak bisa dipisahkan dari sejauh mana tokoh berjuluk Bapak Koperasi itu memahami ajaran Islam. Sikap sederhana Hatta juga tidak bisa dilepaskan dari latar belakang keilmuannya.

"Kesadarannya sebagai seorang ilmuwan  yang hidup bukan untuk mencari kemewahan duniawi, tetapi mengabdikan sebesar-besarnya pengetahuan yang ada pada dirinya untuk kemaslahatan publik,” papar Ray.

BACA JUGA: Yudi Latif Ungkap Islam Garam dan Gincu ala Bung Hatta

Menurut Ray, sebenarnya Hatta bisa menjalani hidup berleha-leha dengan semua fasilitas yang dimiliki. Sebab, tokoh berdarah Minang itu terlahir dari keluarga mapan.

“Ketika mahasiswa sekalipun, (Hatta, red) di Belanda dengan fasilitas itu tetap menjalani hidup yang sangat sederhana dan tidak mau mempergunakan fasilitas yang diberikan kepada dirinya,” kata Ray.

Menurut Ray, konsistensi Bung Hatta untuk hidup sederhana tidak lepas dari peran sang istri, Siti Rahmiati. Perempuan yang akhirnya kondang dengan julukan Rahmi Hatta itu terus menjaga suaminya tetap hidup sederhana.

“Bung Hatta sampai menjadi wakil presiden di usia 43 tahun pada 1945, menikah dengan Ibu Rahmi dan memiliki anak, masih begitu dan tetap bisa teguh untuk bersikap seperti awal yaitu memilih hidup sederhana,” tutur Ray.

Yang juga patut dicontoh dari Hatta ialah tidak pernah mendesain anak-anaknya berlaku nepotisme. Pria yang tanda tangannya tertera di teks Proklamasi Kemerdekaan RI  itu tidak pernah melimpahkan fasilitas negara kepada keluarganya. 

"Hatta berprinsip aset negara yang diperuntukkan kepadanya tidak boleh digunakan untuk diwariskan kepada anak cucunya. Sikap ini menjadi semacam acuan juga kepada keluarga Bung Hatta secara umum,” kata Ray.

Oleh karena itu, Ray juga berpesan agar para politikus dan generasi muda meneladan Bung Hatta.

“Kalau kita percaya bahwa politik itu jalan mengubah nasib bangsa bukan mengubah jalan hidup saya, maka separuh dari persoalan kehidupan bangsa ini bisa kita selesaikan,” pungkas Ray.(ast/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... BKNP PDI Perjuangan Menggali Konsep Koperasi Bung Hatta dan Bangunan Ekonomi Indonesia


Redaktur : Antoni
Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler