jpnn.com, JAKARTA - Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menceritakan bahwa Proklamator RI Bung Karno pernah menggagas agar Kantor Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dipindahkan ke Jakarta.
Hal itu dimulai ketika Presiden Pertama RI itu lewat pidatonya menyampaikan penderitaan bangsa Asia-Afrika akibat penjajahan.
Bung Karno mendorong PBB harus benar-benar berdiri bebas. Sekretariat PBB didorong untuk ditempatkan di negara yang tak terlibat kedua blok bertikai.
Bung Karno mempersiapkan Jakarta sebagai markas PBB. Lokasi yang disiapkan adalah gedung di Bundaran HI, Jakarta, yang memiliki lorong bawah tanah ke Gedung Sarinah.
"Diplomat PBB akan makan siang dengan atraksi seni di Sarinah. Sarinah menampilkan seluruh khasanah kebudayaan Indonesia. Itu desain besar Bung Karno."
BACA JUGA: Termakan Bualan Mahasiswi Cantik, Lely Gagal Menikah, Sabar Ya Mbak
"Jadi, desainnya bukan hanya memindahkan Markas PBB, tetapi mengganti piagam PBB dengan Pancasila," kata Hasto saat memperingati pidato Proklamator RI Soekarno di Markas Besar PBB berjudul To Build The World A New yang diselenggarakan secara virtual dari Kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat, Rabu (29/9).
Hasto mengajak seluruh rakyat Indonesia, khususnya para anak muda, untuk mengingat peristiwa itu demi bisa melanjutkan perwujudan cita-cita pendiri bangsa.
Hasto menilai pidato Bung Karno itu memang sangat fenomenal dan dianggap dunia internasional sebagai yang terbaik saat itu.
Bung Karno juga menyampaikan pada suatu hari, Indonesia akan menjadi pelopor kemerdekaan dunia yang bebas dari belenggu penjajahan.
Ada sejumlah hal yang menarik dari pidato Bung Karno.
BACA JUGA: DKI Jakarta Sabet Dua Medali Emas PON Papua 2021 dari Cabor Sepatu Roda
Pertama, pidato Bung Karno itu menegaskan konsistensi Indonesia tak berada dalam dua blok besar yang bertikai saat itu. Blok Timur dengan ideologi komunisme/leninisme, dan Blok Barat dengan ideologi kapitalisme/liberalisme.
"Bung Karno selalu menekankan bahwa dalam kedua ideologi itu terkandung benih imperialisme dan kolonialisme yang ditentang Indonesia. Karena itulah Bung Karno menggali dari sejarah Indonesia, di mana sebagai tahapan selanjutnya adalah Pancasila," kata Hasto.
Putra Sang Fajar itu menyampaikan Pancasila bukan saja falsafah dasar, tetapi pandangan Indonesia bagi dunia.
Di forum PBB, Bung Karno menegaskan posisi Indonesia yang tak melibatkan diri dalam salah satu blok, tetapi bergerak aktif dan berpihak pada kemerdekaan setiap bangsa.
"Maka politik luar negeri kita tak netral, tetapi memihak. Memihak ke mana? Yaitu bergerak aktif membangun persaudaraan dunia," urainya.
Dalam dialektika pemikiran Bung Karno, lanjut Hasto, Declaration of Independence dan Manifesto Komunisme memiliki tahapan lebih lanjut, yakni Pancasila.
BACA JUGA: Patung Tertinggi Bung Karno di Dunia Bakal Diresmikan di Semarang
Hal itu yang menjadi dasar bagi Putra Sang Fajar mengusulkan Pancasila diterima sebagai piagam PBB.
"Dalam akhir pidatonya di PBB, Bung Karno menegaskan Pancasila sebagai jalan perdamaian dunia, keadilan, dan kesetaraan. Dan dunia akan bebas dari penyakit penjajahan yang mengisap. Dunia akan masuk era baru yakni perdamaian abadi," kata Hasto.
Oleh karena itu, Hasto mendorong generasi muda Indonesia, dengan caranya masing-masing, ikut mengisi kemerdekaan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila.
Gotong royong, menerima keberagaman dan sangat relevan dengan keadaan dunia saat ini.
"Sekarang bahasanya kolaborasi, dunia platform digital sebenarnya dunia gotong royong. Jejaring inilah yang harus diisi Pancasila dengan bahasa anak muda saat ini," pungkas Hasto. (tan/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mahasiswi Cantik Tipu Ratusan Orang Ternyata Punya Guru, Siap-Siap Saja!
Redaktur : Rasyid Ridha
Reporter : Fathan Sinaga