Bung Karno pun Keturunan Pahlawan Bali

Minggu, 13 November 2016 – 11:05 WIB
Ilustrasi Puputan Jagaraga. Perang di Pulau Bali 1848 ini melibatkan leluhur Bung Karno. Foto: Public Domain.

jpnn.com - DI BALI, orang percaya Bung Karno penjelmaan Dewa Wishnu, dewa hujan dalam keyakinan Hindu. Orang Bali yakin, bila Soekarno datang ke pulau itu, sama artinya pengestu bagi mereka.

Suatu hari, Bung Karno ke Bali saat musim kering. Sesampainya di sana tiba-tiba hujan. 

BACA JUGA: Bila Bersama Ibunya, Bung Karno pun...

Saat itu, "terus terang, aku memanjatkan doa syukur ke hadirat Yang Maha Pengasih manakala turun hujan selama aku berada di Tampaksiring," katanya dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, karya Cindy Adams.

"Karena kalaulah ini tidak terjadi, sedikit banyak akan mengurangi pengaruhku," sambung Si Bung.

BACA JUGA: Laskar Tionghoa Sekutu Pangeran Sambernyawa

Terlepas dari hal tersebut, Sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia memanglah seorang keturunan pejuang Bali. 

Ibunya Idayu Nyoman Rai, keponakan Raja Singaraja terakhir. Semasa kanak-kanak, dari ibunya seringkali Soekarno mendengar cerita perjuangan leluhurnya melawan Belanda pada 1848.

BACA JUGA: Baleo...Sejarah Para Pemburu Ikan Paus

Pertempuran itu terjadi di pantai utara Bali, wilayah Kerajaan Singaraja. 

Di tengah pertempuran, "ketika moyangku menyadari bahwa semuanya telah hilang dan tentaranya tidak dapat menaklukkan lawan, maka ia dengan sisa orang Bali mengenakan pakaian serba putih, dari kepala sampai kaki. Mereka menaiki kudanya. Masing-masing menghunus keris. Lalu menyerbu musuh. Mereka dihancurkan."

Peristiwa heroik itu dikenang sebagai Puputan Jagaraga. Lokasinya pun kini bernama Desa Jagaraga, Kecamatan Sawan. Lebih kurang 11 km dari Kota Singaraja. Perang tersebut dipimpin I Gusti Ktut Jelantik.  

Setelah peristiwa itu, sebagaimana dikisahkan ibunya kepada Soekarno, Raja Singaraja yang terakhir secara licik dikeluarkan oleh Belanda dari kerajaannya. Kekayaannya, tempat tinggal, tanah dan semua miliknya dirampas. 

"Mereka mengundangnya ke sebuah kapal perang untuk berunding. Begitu sampai di atas kapal, Belanda menahannya secara paksa, lalu berlayar menjebloskannya ke tempat pembuangan," begitu cerita ibunya. Soekarno tak lupa. 

"Setelah Belanda menduduki istananya dan merampas harta miliknya, keluarga ibu jatuh melarat. Karena itu kebencian ibu terhadap Belanda tak habis-habisnya dan ini disampaikan ibu kepadaku," kenang Bung Karno. (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mata Hari...Intelijen Kawakan Perang Dunia I itu Putri Jawa?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler