Hari Pers Nasional

Bupati Anas Buka Rahasia Keberhasilan Pariwisata Banyuwangi

Rabu, 07 Februari 2018 – 16:21 WIB
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dalam diskusi di Padang. Foto-foto: for JPNN.com

jpnn.com, PADANG - Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas tak pelit berbagi konsep pembangunan atau pengembangan pariwisata daerahnya.

Pada sebuah diskusi dalam rangkaian peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Padang, Rabu (7/2) Bupati Anas memaparkan sejumlah keunikan pembangunan pariwisata Banyuwangi hingga bisa berkembang cukup pesat. Selain Anas, tampil sebagai pembicara adalah Gubernur NTB M. Zainul Majdi. Diskusi diikuti ratusan pelaku pariwisata Sumatera Barat.

BACA JUGA: Humas MPR Berpartisipasi Dalam Pameran HPN 2018

Menurut Anas, pengembangan pariwisata Banyuwangi cukup cepat dilakukan karena konsepnya yang unik, yaitu semuanya berbasis partisipasi publik sehingga warga ikut memiliki program wisata tersebut. "Tidak bertumpu ke swasta dan pemerintah," kata Anas.

Suami dari Ipuk Fiestiandani ini mencontohkan, banyak festival berbasis adat lahir dari masyarakat. Pemerintah tinggal memfasilitasi. “Jadilah festival spektakuler yang mendatangkan ribuan orang, menggerakkan ekonomi rakyat secara langsung,” ujarnya.

BACA JUGA: Lagi! Dapat Nilai A, SAKIP Banyuwangi Terbaik di Indonesia

Contoh festival berbasis tradisi rakyat antara lain Festival Gandrung Sewu, Tumpeng Sewu, ritual Kebo-keboan, dan Tari Seblang. ”Semua itu menyedot ribuan wisatawan setiap pergelarannya,” tutur pria kelahiran Banyuwangi, 6 Agustus 1973 itu.

Dengan konsep partisipasi tersebut, tumpuan pariwisata ada di masyarakat desa. Sehingga Banyuwangi intens menggerakkan wisata berbasis desa yang sekaligus jadi alat pemerataan pembangunan. ”Ternyata itu efektif, ada desa wisata berbasis seni-budaya, berbasis wisata bahari, berbasis wisata alam, berbasis hasil pertanian, dan sebagainya,” ujar Anas.

BACA JUGA: Pelajar Tak Mampu di Banyuwangi Dapat Tabungan dan Uang Saku

Pengembangan wisata berbasis desa juga membuat Indeks Desa Membangun (IDM) Banyuwangi dari Kementerian Desa menjadi yang terbaik kedua di Jawa Timur. Banyuwangi berhasil meningkatkan kategori desa maju menjadi 134 desa (2016) dari sebelumnya 40 desa (2010) dengan jumlah desa tertinggal kini tinggal satu desa.

Anas menambahkan, dengan berbasis partisipasi masyarakat, semua potensi warga dikerahkan. “Kami berangkat bareng-bareng dari nol. Misalnya cara bakar ikan yang baik, warung-warung dilatih. Kami latih warga yang buka homestay, bagaimana penataan toilet, bagaimana melipat seprai. Bahkan ada kursus bahasa asing gratis untuk sekitar 3.000 warga desa tiap tahunnya. Susah, tapi ya harus dilakukan untuk membuat pengembangan pariwisata ini berakar di masyarakat. Itulah seninya, itulah uniknya pengembangan pariwisata Banyuwangi,” papar Anas.

Berkat pariwisata, ekonomi Banyuwangi bertumbuh. Kunjungan turis domestik meningkat dari 497.000 (2010) menjadi 4,01 juta (2016). Adapun wisatawan mancanegara dari 5.205 (2010) menjadi 74.800 turis (2016).

Semua itu mendorong peningkatan pendapatan per kapita warga melonjak dua kali lipat dari Rp 20,8 juta (2010) menjadi Rp 41,5 juta per orang per tahun (2016). Kemiskinan turun cukup pesat di level delapan persen, jauh lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi Jatim yang masih tembus di atas 11 persen. (adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mbak Puti Ingin Adopsi Kesuksesan Inovasi Anas di Banyuwangi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler