Lagi! Dapat Nilai A, SAKIP Banyuwangi Terbaik di Indonesia

Rabu, 31 Januari 2018 – 14:50 WIB
Bupati Banyuwangi Azwar Anas menerima penghargaan untuk daerahnya dari Menteri Asman Abnur. Foto: for JPNN.com

jpnn.com, BALI - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mendapat pengakuan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB), sebagai yang terbaik dalam urusan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) 2017. Pemkab Banyuwangi mendapat nilai A.

Ini tahun kedua berturut-turut Banyuwangi diganjar nilai A, sekaligus menjadi kabupaten pertama dan satu-satunya di Indonesia yang menyabet nilai A.

BACA JUGA: Pelajar Tak Mampu di Banyuwangi Dapat Tabungan dan Uang Saku

Menteri PAN-RB Asman Abnur menyerahkan hasil evaluasi SAKIP tersebut kepada Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Bali, Rabu (31/1). "Selamat untuk Banyuwangi. Kami menilai Banyuwangi memang mampu berubah, jadi akuntabilitas bukan sekadar administratif, tapi ada dampaknya ke masyarakat, yaitu peningkatan ekonomi. Karena dalam SAKIP ini kami ukur outcomes-nya, bukan cuma tertib administrasi saja," kata Asman.

Bupati Anas pun berterima kasih kepada Kemenpan-RB atas penilaian positif terhadap kinerja akuntabilitas Banyuwangi.

BACA JUGA: Mbak Puti Ingin Adopsi Kesuksesan Inovasi Anas di Banyuwangi

Anas menambahkan, kini paradigma penyelenggaraan pemerintahan harus digeser. "Dari prinsip good governance semata, dari pelaporan administratif semata, menjadi pemerintahan yang berdampak ke publik," ujarnya.

Menurut Anas, tidak bisa lagi program pembangunan digarap seperti terdahulu yang cuma membagi program merata ke dinas/badan. Hal yang harus dilakukan adalah menetapkan tujuan terlebih dahulu yang kemudian diterjemahkan ke program turunan.

BACA JUGA: Puti Guntur Soekarno Puji Karya Nyata Azwar Anas

"Hal yang utama itu tujuan, mau apa sih ke depan untuk menjawab masalah di lapangan, outcomes-nya apa, lalu susun indikator-indikatornya. Dari sana baru bikin program. Jadi urutannya seperti itu, sehingga program menjadi jelas dan berbasis kebutuhan publik," papar Anas.

Dengan desain seperti itu, maka pengelolaan anggaran berubah dari sekadar alokasi tahunan rutin ke dinas/badan menjadi terintegrasi dengan perencanaan, kebutuhan masyarakat, dan indikator kinerja.

"Belanja pemerintah ini perlu diefektifkan karena sangat terbatas dibanding seluruh kebutuhan publik. Maka pilih yang paling berdampak ke masyarakat," terang Anas.

Karena itu, pengelolaan anggaran di Banyuwangi tidak lagi menggunakan paradigma pada berapa anggaran yang disiapkan dan diserap, tapi seberapa besar kinerja yang dihasilkan.

Anas mencontohkan program pengembangan wisata dengan penataan Pantai Watudodol di utara Banyuwangi. "Tujuannya jelas, bikin pusat pertumbuhan ekonomi baru di utara yang dekat pelabuhan penyeberangan ke Bali yang memang ada problem kemiskinan, kami ingin cegat arus wisatawan ke Bali yang puluhan juta setahun untuk mampir di sana, belanja menguntungkan masyarakat," kata Anas.

Contoh lain, di bidang pertanian yang fokus peningkatan produksi. Berbagai program bisa membuat produksi gabah kering Banyuwangi 2017 mencapai 817.512 ton setara beras 512.907 ton. Adapun kebutuhan beras konsumsi warga hanya 152.267 ton, sehingga surplus 360.640 ton. (adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dahsyat! Banyuwangi jadi Juara Pariwisata ASEAN


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler