jpnn.com - BANYUWANGI - Penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 berkonsekuensi tidak ringan pada tatan sosial-ekonomi bangsa. Arus bebas modal, barang, dan jasa akan berimbas pada kompleksitas masalah ekonomi, sosial, budaya, dan bahkan keamanan.
”Jembatan sudah dirobohkan, tidak ada jalan untuk kembali. Persaingan global adalah keniscayaan, hadapi dengan optimistis dan penuh antisipasi,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
BACA JUGA: Lewat Fotografi, Proteksi Seni Budaya Negeri Sendiri
Bupati Anas mengatakan hal tersebut di hadapan 1.200 taruna peserta Latihan Integrasi Taruna Wreda (Latsitarda) Nusantara ke-XXXIV yang rangkaian penutupannya dilaksanakan Minggu-Senin (1-2/6/2014) di Banyuwangi. Taruna tersebut berasal dari TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Banyuwangi menjadi markas komando dari para taruna tersebut yang selama sebulan melakukan kegiatan bakti masyarakat. Acara rangkaian penutupan dihadiri oleh sejumlah petinggi TNI dan IPDN.
Anas mengatakan, populasi penduduk ASEAN sekitar 600 juta jiwa, di mana sekitar 40 persennya ada di Indonesia. Dengan populasi sangat besar tersebut, posisi Indonesia sangat strategis dalam konstelasi ekonomi-politik Masyarakat Ekonomi ASEAN. Namun, jika tak siap, kita akan kalah, bisa-bisa menjadi tamu di negeri sendiri dalam konteks ekonomi.
BACA JUGA: Aktivis di Jabar Dukung Jokowi-JK
”Banyuwangi sendiri sekarang terus berbenah. Kita tingkatkan pertanian pangan dan hortikultura. Kita fasilitasi pengurusan HAKI untuk UMKM-UMKM,” jelas Anas yang merupakan alumnus program studi singkat ilmu kepemerintahan di Harvard Kennedy School of Government, Amerika Serikat, tersebut.
Dia mencermati, perdagangan Indonesia dengan sejumlah negara ASEAN masih defisit, seperti dengan Malaysia, Thailand, Singapura, Vietnam. Perdagangan Indonesia hanya surplus jika dibandingkan dengan negara-negara kecil seperti Kamboja, Laos, Myanmar.
BACA JUGA: LAKI Desak KPK Usut Kasus Pengadaan Bus Pekanbaru
”Pilar MEA adalah ASEAN sebagai pasar tunggal, termasuk untuk tenaga kerja terdidik, barang/jasa, dan investasi. Kita harus siap. Para taruna baik dari militer maupun IPDN adalah transformator, katalis, salah satu pembentuk wajah masa depan Indonesia. Dengan tantangan global seperti itu, ditambah tantangan domestik yg juga berat, para taruna harus memerankan diri sebagai mesin penggerak inovasi di mana pun kelak akan ditugaskan,” jelas Anas.
Meski dihadapkan pada tantangan berat, Anas yakin Indonesia bisa berkompetisi. Negara ini mempunyai potensi hebat. Ke depan, Indonesia juga akan menikmati bonus demografi dengan jumlah penduduk usia produktif yang sangat tinggi, saat negara lain justru mengalami kelebihan penduduk usia non-produktif.
Mengutip data BPS, Anas mengatakan, jumlah pemuda berusia 16-30 tahun pada 2015 akan mencapai 62,24 juta jiwa (sekitar 26 persen dari total penduduk). Indonesia juga akan memasuki fase bonus demografi pada 2030-2035 dgn 70 persen penduduk berada di usia produktif. Bonus demografi ini hanya terjadi satu kali dalam sejarah struktur kependudukan di sebuah negara.
Kunci lain bagi masa depan Indonesia adalah kelas menengah. Pertumbuhan kelas menengah di Indonesia sangat pesat, dari posisi 81 juta orang pada 2003 menjadi 131 juta orang pada 2010. Itu artinya 56,5 persen penduduk masuk kategori kelas menengah versi Bank Dunia (penduduk dgn pengeluaran USD 2-20 per hari).
”Pertanyaan kritis kita: bisakah momentum ini dimanfaatkan? Apakah generasi muda kita adalah generasi produktif atau cuma konsumtif? Bagaimana para taruna sebagai generasi muda di jajaran TNI dan pemerintahan bisa ikut menentukan arah bangsa? Ini penting kita jawab, agar potensi Indonesia tidak cuma marak dalam diskusi, tapi mewujud nyata demi kepentingan orang banyak,” kata bupati berusia 40 tahun ini.
Dia menambahkan, penting bagi Indonesia untuk menciptakan ”powerhouse” sebanyak mungkin. ”Powerhouse” adalah kelompok-kelompok yangg mempunyai pengaruh besar daam sebuah bangsa.
”Powerhouse ini mempunyai beberapa syarat, harus menjadi ikon, penggerak bangsa, dan mempunyai dampak dalam setiap langkahnya. Kita punya Telkom, Pertamina, Bank Mandiri, BRI, dan banyak lagi. Powerhouse ini harus ditopang oleh kekuatan lain, termasuk TNI dan IPDN yang merupakan pencetak generasi unggul di masing-masing bidangnya. IPDN mencetak abdi negara, bertugas di seluruh negara, menjadi penggerak birokrasi yang harus berparadigma baru dan lebih melayani publik,” pungkas Anas. (eri/mas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bandara Bima Dibuka Kembali
Redaktur : Tim Redaksi