jpnn.com, TASIKMALAYA - Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum ternyata punya kebiasaan unik selama menjabat sebagai Bupati Tasikmalaya dua periode ini.
Dia lebih suka mengendarai mobil Suzuki turuntung tanpa patroli pengawalan atau patwal ke kantornya daripada naik mobil dinas.
BACA JUGA: Pesan Mamah Dedeh untuk Pilgub Jabar
“Saya suka nyetir sendiri. Berangkat ke kantor dari pesantren Miftahul Huda, tidak pakai baju dinas, bisa pakai sendal, dan nyetir sendiri, setel lagu dangdut Rhoma Irama, aduh nikmatnya," kata Kang Uu sambil tertawa.
Mantan Ketua DPRD Tasikmalaya ini mengaku lebih suka mengawali perjalanan ke tempat kerjanya dengan santai.
BACA JUGA: Cawagub Ini Punya Hobi yang Sama Dengan Jokowi
Jika datang ke kantor dengan baju dinas, naik mobil dinas, dan patwal, baginya terasa sangat serius.
“Belum lagi ditambah pekerjaan di kantor yang numpuk. Jadi pikiran tidak rileks. Tapi di mobil Turuntung, saya bisa rileks,” ujar pria yang kerap disapa Kang Uu tersebut.
BACA JUGA: Wisata Religi Akan Dikembangkan di Jabar
Begitu sampai kantor, di truntung itulah, dia berganti baju dinas, pakai peci, pakai sepatu.
“Begitu turun dari mobil, saya langsung naik ke lantai 3 kantor bupati, “ kata dia.
Uniknya lagi, turuntungnya ini tidak dilengkapi AC karena kapasitasnya hanya 3 silinder, sehingga tidak cukup kuat kalau dipasang mesin pendingin udara.
Menurut Kang Uu, dia tidak terlalu membutuhkan AC karena berangkat kerja pagi dan pulang sore, udara di Tasikmalaya dingin dan segar.
Meski, perjalanan dari kantor ke rumahnya di Pesantren Miftahul Huda memakan waktu 1 jam.
Namun, dia lebih suka tinggal di pesantren ketimbang di pendopo. Menurut dia, di pesantren, siapapun bisa menemuinya tanpa birokrasi yang rumit.
“Sesekali saya ke pendopo kalau ada tamu penting, ” ujarnya.
Gara-gara turuntungnya, dia pernah diusir dari tempat parkir mobil bupati. Ceritanya, saat itu dia menghadiri peresmian masjid oleh Bupati.
Dia datang ke acara itu dengan turuntung, nyetir sendiri tanpa patwal.
Begitu sampai, dia parkir di tempat mobil bupati. Tapi, seorang Hansip datang dan menegur saya,
“Punteun Pak, parkir di sini buat Pak Bupati, yang mobil turuntung mah di pinggir saja,” kata Pak Hansip sambil menunjuk lokasi parkir di belakang.
Kang Uu pun memindahkan mobilnya. Tapi saat sedang memindahkan mobilnya, panitia datang dan memanggil saya. “Pak Bupati, Pak Bupati, parkir di sini saja,” katanya.
Hansip yang tadi mengusir saya bingung. “Hansip itu tidak salah, karena dia tidak kenal saya, wajar kalau “orang biasa” yang pakai mobil truntung itu diminta minggir karena parkir itu disediakan untuk mobil bupati, ” kata dia sambil tertawa.
Peristiwa unik lainnya, ketika dia makan di rumah makan mewah. Dia datang ke rumah makan itu dengan truntungnya. Dia pesan sop gurami. Waitres-nya nanya sampai 3 kali. “Sop gurami Pak?” “Iya Sop gurami,” jawab Kang Uu.
“Mungkin dia anggap Sop Gurame mahal, sementara saya datang pakai turuntung,” katanya sambil tertawa.
Bagi Kang Uu, mobil truntung itu punya sejarah panjang. Dia menyukainya mobil itu karena hadiah dari pamannya , KH. Abdul Aziz Affandy putra dari kakeknya KH. Choer Affandi, pendiri Pesantren Miftahul Huda, saat dia duduk di kelas 3 SMA.
Ke sekolah mobil itu selalu dipakainya. Padahal uang jajannya Rp 2000. Yang dibaginya untuk beli bensin Rp 1000 dapat 2 liter, Rp 500 buat rokok gapit, dan sisanya buat jajan.
“Kalau kehabisan bensin, kadang saya gadaikan jam tangan, ban serep, hingga STNK,” ujarnya mengenang masa lalu. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelaku UKM Baby Fish Minta Usahanya Diperhatikan Cawagub
Redaktur & Reporter : Natalia