Seperti apakah kehidupan Muslimah di Australia? Pertanyaan ini tidak hanya diajukan oleh mereka yang tinggal di luar Australia, melainkan juga bagi mereka yang tinggal di dalam negara Australia sendiri. 

Pemberitaan di media massa soal Islam yang belakangan kerap dikaitkan dengan aksi teroris, telah membuat sejumlah Muslim di negara-negara barat seperti 'terasingkan' di negeri sendirinya. 

BACA JUGA: ELL: Bagaimana Anda Merayakan Ulang Tahun

Di Australia, misalnya, kesalahpahaman dan ketidaktahuan soal ajaran Islam membuat  sekelompok kecil di Australia melalukan penentangan dari aturan Islam. Telah ada sejumlah unjuk rasa yang menuntut agar tidak diperbolehkannya penjualan produk halal dan pelarangan penggunaan hijab atau tutup rambut dan kepala bagi Muslimah. 

Inilah menjadi alasan mengapa digelarnya pameran berjudul 'Faith, Fashion, Fusion' yang mengangkat gaya berbusana Muslimah di Australia. 

BACA JUGA: Petani Timor Leste Jadi Pekerja Musiman Australia

Setelah digelar di beberapa kota, seperti di Sydney dan Melbourne, kini giliran ibu kota Canberra yang menjadi tuan rumah pameran hingga 4 September mendatang.

National Archives of Australia terpilih menjadi tempat berlangsungnya pameran. 

BACA JUGA: Politisi Australia Ber-Medsos Gaet Pemilih Muda

"Pameran ini bertujuan untuk memperkenalkan keberagaman budaya yang ada dalam satu agama, yakni Islam," ujar Glynis Jones kepada Erwin Renaldi dari Australia Plus.

"Dalam Islam, para perempuannya tidak hanya menutup pakaian dan wajah seperti budaya Arab, tapi ada juga gaya penutup rambut seperti di Turki, Libanon, termasuk Indonesia," sebut Glynis Jones.

Dalam pameran ini pun ada sejumlah sosok Muslimah yang diangkat untuk berbagi pengalaman hidupnya sebagai perempuan penganut Islam yang hidup di negara barat. 

Salah satunya adalah Mecca Laalaa Hadid. Dalam pameran ini terpampang foto Mecca menggunakan 'burqini' berwarna merah dan kuning. 

Saat itu, Mecca sedang berpartisipasi dalam program 'On the Same Wave', yang mengajak anak-anak muda dari kalangan Muslim untuk ikut berlatih sebagai penjaga pantai di Australia. 

Program 'On the Same Wave' pun sebagai tanggapan atas peristiwa kerusuhan yang dikenal dengan nama 'Cronulla Riots'  di tahun 2005, yang melibatkan anak-anak keturunan kulit putih, Timur Tengah, dan sejumlah penjaga pantai Cronulla di New South Wales.

"Banyak orang yang belum pernah bertemu dengan Muslim dan Muslimah sebelumnya dan mereka berpikir kita ini tidak terdidik atau budak di rumah," ujar Mecca seperti yang dikutip dari situs Powerhouse Museum, lembaga yang menggelar pameran gaya hidup Muslimah tersebut.

"Program ini sangat efektif untuk mengubah kesan yang dimiliki orang-orang." Aheda Zanetti, perancang burqini dari butik Ahiida.

Youtube

Di tahun 2006, Mecca dikenal menjadi penjaga pantai Muslimah pertama di Australia. 

Tak hanya itu, lewat fotonya yang menggunakan 'burqini' atau pakaian renang bagi penjaga pantai Muslimah, menjadi pusat perhatian. 

Fotonya tersebut dimuat di media-media lokal Australia, tapi juga oleh media-media internasional lainnya.

Kata 'burqini' pernah masuk ke dalam kamus bahasa Inggris keluaran Macquarie, bahkan terpilih sebagai 'Word of The Year' di tahun 2011. 

Sebenarnya, rancangan burqini tak lepas dari ide Aheda Zanetti, pemilik butik Ahiida. 

Merk 'Ahiida' kini sudah dikenal di dunia sebagai pakaian renang, khususnya bagi para Muslimah yang ingin nyaman dan tetap santun saat berenang, baik untuk berkreasi atau bertanding.

"Tidak banyak baju berenang bagi perempuan yang ingin kulitnya terlindung atau tetap santun. Jadi saya perkenalkan pakaian renang yang aman dari terik matahari, bagi segala kalangan, tidak peduli apa ras, agama, ukuran, warna kulitnya," ujar Aheda Zanetti.

Komisi Perdagangan Australia bahkan telah memberikan penghargaan atas upaya Zanetti dalam membangun kembali reputasi Australia sebagai negara yang mengakui persamaan hak semua orang, setelah persepsi sebagai negara rasis usai kerusuhan di Cronulla. 

"Setiap perempuan layak untuk pergi berenang dan menikmati berselancar, matahari, pantai, sesuai gaya hidup Australia."

Ahidda yang berarti 'berjanji' ini seolah menjadi harapan agar setiap komunitas bisa menikmati kehidupannya di Australia, tanpa harus menanggalkan identitasnya. 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ungkap Trauma Pengobatan Kanker Lewat Pameran Seni

Berita Terkait