Bus Lawan Tronton, Delapan Tewas

Rabu, 08 Agustus 2012 – 05:15 WIB
SIDOARJO- Erwin Setyo urung menyeruput kopi. 40 meter dari tempatnya duduk, Bus Harapan Jaya terguling dan menimpa sepeda motor yang ditumpangi dua rekannya. Bus juga bertabrakan dengan truk tronton dan satu sepeda motor lain. Peristiwa di Jalan Raya Trosobo, Taman, Sidoarjo, Selasa dinihari (7/8) itu akhirnya merenggut delapan nyawa.

Tak hanya itu, 42 orang lainnya terluka. Termasuk sopir bus dan tronton. Mayoritas mengalami patah tulang dan luka di kepala. Sebagian besar korbannya merupakan penumpang bus yang saat kejadian sedang tertidur.

Erwin sempat terperana beberapa detik dengan peristiwa di depannya tersebut. Namun, bersama seorang rekan dan seorang satpam, mahasiswa Teknik Perkapalan ITS itu langsung bergegas lari menuju lokasi kejadian. Dadanya langsung sesak dan nyaris muntah. Sebab, Erwin melihat darah berceceran dan puluhan orang tergencet di dalam dan bawah bus.

"Saya sempat gemetaran. Apalagi, kedua tangan saya sempat digenggam ibu-ibu penumpang bus yang minta tolong. Saya akhirnya tekadkan untuk menolong dan mengeluarkannya dari dalam bus," ungkap Erwin. Sesaat setelah Erwin mengeluarkan seorang penumpang, beberapa warga berdatangan untuk membantu.

Satu persatu penumpang bus akhirnya berhasil dikeluarkan. Begitupula sopir dan kernet truk tronton yang terjepit bodi kepala truk. Proses evakuasi akhirnya rampung dua jam dari persitiwa tabrakan yang terjadi sekitar pukul 01.00. Korban terakhir yang dievakuasi adalah dua pengendara sepeda motor yang tertimpa bus.

Kecelakaan maut itu bermula saat Bus Harapan Jaya jurusan Tulungagung-Surabaya nopol AG 7850 UR yang melaju kencang dari arah barat atau Mojokerto berusaha menghindari sepeda motor di depan Perumahan Trosobo Utama. Dugaannya, sepeda motor yang tidak diketahui identitasnya itu keluar dari gang KH Mas Masyur yang berada di sisi utara jalan atau seberang Perumahaan Trosobo Utama.

"Dugaan awal sepeda motor itu melintas terlalu ke kanan sehingga bus berusaha menghindari dengan membanting setir ke kanan," kata Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Jawa Timur Kombespol Komarul Zaman di lokasi kejadian.

Bus yang dikemudikan Subali tersebut saat itu melaju di lajur kanan. Saking tersentaknya dengan kemunculan sepeda motor, sopir 39 tahun asal Tulungagung tersebut sempat melakukan pengereman. Polisi mengukur pengereman yang bus mencapai 40 meter.

Tapi, karena bus sangat kencang dan sopir membanting setir terlalu ke kanan, bus kemudian masuk ke jalur ke arah Mojokerto. Bus masuk ke jalur berlawanan melalui u turn. Kebetulan di lokasi pengereman ada u turn. Hanya saja saat masuk u turn, ban kanan depan bus sempat menabrak median jalan. Bus pun terguling.

Begitu terguling, bus menimpa sepeda motor Honda Supra Fit nopol L 3149 QY. Sepeda motor yang ditumpangi Agung Tri Kurniawan, 20 dan Erwin Ainur Rofiq, 18 tersebut ketika itu hendak putar balik ke timur. Bus juga sempat menyeruduk sepeda motor Yamaha Jupiter nopol S 4345 XN yang melaju dari timur.

"Pada saat bersamaan juga ada truk tronton bermuatan batu bara yang melaju dari timur. Bus yang kondisi terguling dan agak malang kemudian tertabrak truk tersebut," terang Komarul.

"Jarak saat bus terguling dengan truk saya begitu dekat. Saya pun tidak sempat mengerem, sehingga truk saya menabrak busnya," tambah sopir truk tronton Arif Widodo, 32, asal Kediri.

Truk tronton nopol W 8286 UD itu menabrak atap bagian tengah bus. Bagian tengah bus pun remuk dan posisi bus menjadi menghadap ke barat. Penumpang bus di bagian tengah itulah yang banyak menjadi korban. Enam diantaranya meninggal dunia.

Enam penumpang bus tersebut antara lain Saipul Bakri, 24, asal Sidosermo, Surabaya, Eko Setiawan, 24, dari Kayen Kidul, Kediri, dan Bukhori, 40, yang beralamatkan di Sukorejo, Tulungagung. Nama penumpang tewas lainnya adalah Anung Yulianto, 36, warga Jember, Pramujianto, 35, dari Sendang, Tulungagung, dan Anton Kurniawan, 30, asal Kediri.

Selain enam penumpang bus, korban yang meregang nyawa adalah dua pengendara sepeda motor asal Tanjungsari, Taman, Sidoarjo, Agung dan Erwin yang tertimpa bus. Semua korban meninggal dilarikan ke Rumah Sakit Anwar Medika, Krian, Sidoarjo. Di rumah sakit yang sama juga dirawat 27 korban luka. Sedang, 15 korban luka lainnya dilarikan ke Rumah Sakit Siti Khodijah, Sepanjang, Sidoarjo.

"Kami masih terus dalami penyebab pasti kecelakaan. Dugaan sementara, kecelakaan ini karena bus berusaha menghindari sepeda motor. Tapi, satu fakta yang kami dapat bus melaju dengan kecepatan 87 km/jam. Itu cukup tinggi," ujar Komarul.

Pernyataan Komarul senada dengan pengakuan Erwin Setyo. Pemuda 19 tahun asal Tanjungsari, Taman, Sidoarjo itu menyebut bus memang melaju sangat kencang. "Saking kencangnya saat mengerem ban belakangnya sampai terangkat. Bus saat itu memang berusaha menghindari sepeda motor," beber Erwin.

Kecelakaan Selasa dinihari tersebut tak hanya merenggut delapan nyawa dan membuat 42 orang lainnya cedera. Kejadian itu juga sempat membuat arus lalu lintas macet hingga dua jam. Panjangnya mencapai 3 km. Baik itu yang dari arah barat maupun timur. Kemacetan baru terurai setelah proses evakuasi kendaraan dan korban rampung sekitar pukul 03.00.

Namun, sekitar pukul 05.45 hingga pukul 06.30, kemacetan panjang kembali terjadi. Lebih-lebih kendaraan yang dari arah barat. Kemacetan bahkan mencapai 4 km. Kemacetan itu menyusul olah tempat kejadian perkara (TKP) oleh tim dari Ditlantas Polda Jawa Timur.

Terpisah, Kepala Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan (Dishub dan LLAJ) Jawa Timur Wahid Wahyudi menyebut kondisi bus layak jalan. Kondisi tersebut merujuk pada ijin trayek dan uji kir yang berlaku hingga Januari 2013. "Bukti lainnya adalah pengereman bus yang cukup baik. Itu terlihat dari rem yang tersisa 8,1 bar setelah bus mengerem sekitar 43,7 meter," ucap Wahid.

Menurut Wahid yang bermasalah justru truk trontonnya. Memang truk tersebut sebelum terjadi kecelakaan hanya melaju 40 km/jam dan berada di lajur kiri. Tapi, Dishub LLAJ saat olah TKP, kemarin, menemukan pelanggaran. "Uji kirnya ternyata sudah mati Juli 2010," tutur Wahid.

Sementara itu, suara haru sempat terjadi ruang forensik Rumah Sakit Anwar Medika. Beberapa keluarga dan kerabat korban meninggal yang berdatangan ke rumah sakit tak kuasa menahan tangis. Seperti yang tampak dari keluarga Saipul Bakri. Mata mereka berkaca-kaca begitu membawa daftar korban yang ditempel pihak rumah sakit di salah satu pintu ruang forensik. Apalagi, nama Saipul berada di nomor urut satu didaftar tersebut.

Salah satu kerabat korban menyebut kalau Saipul baru pulang menjemput adiknya Libasut Taqwa yang mondok di Pesantren Lirboyo, Kediri. "Mereka naik bus sama-sama. Adik terluka, sedang dia meninggal," ujar salah satu kerabat Saipul sembari terisak.

Kesedihan juga terpancar dari wajah Salim. Pria asal Taman, Sidoarjo tersebut merupakan paman Agung. Salim begitu terpukul, sebab dia juga sempat melihat kondisi Agung saat masih tertindih bus. Menurut Salim, saat itu dirinya baru pulang dan dikabari tetangganya kalau keponakannya kecelakaan.

Dia pun bergegas ke lokasi. Salim kemudian melihat tubuh Agung dan rekannya Erwin Ainur yang tertindih bodi bus. Airmatanya pun meleleh. "Kasihan keduanya. Mereka itu sering main bersama. Mungkin mereka merasa senasib. Sebab, Erwin telah lama ditinggal mati bapaknya, sedang bapaknya Agung minggat sejak empat tahun lalu," sebut Salim. (fim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pejabat Sumbar Dibolehkan Terima Parsel

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler