Buta Terhadap Ilmu Agama Membuat Sebagian Orang Tersesat

Selasa, 11 Mei 2021 – 23:38 WIB
Program ngabuburit yang bertajuk “Inspirasi Walisongo; Iman, Ilmu dan Amal” yang ditayangkan melalui kanal YouTube BKNP PDI-P pada Selasa (11/5). Foto: dok PDIP

jpnn.com, JAKARTA - Umat Islam harus memahami tiga hal pokok agar kehidupan manusia baik dunia dan akhirat berjalan sesuai harapan yaitu iman, ilmu, dan amal.

Harmoni di antara iman, ilmu, dan amal merupakan hal terpenting yang diajarkan oleh Islam agar manusia benar-benar dipastikan untuk sukses hidup dunia dan akhirat.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Heboh OTT Bupati Nganjuk, Jokowi Langsung Telepon Menteri, Kodam Kerahkan Ribuan Tentara

Dosen Pasca Sarjana di Institut PTIQ Jakarta Dr. Nur Rofiah menuturkan keimanan merupakan aspek fundamental, sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan.

Artinya tanpa suatu keimanan tujuan dan orientasi hidup manusia akan semakin tidak menemui kejelasan dan tidak bermakna apapun bagi dirinya.

BACA JUGA: Anis Matta Pilih Tolak Ide Pembentukan Poros Partai Islam, Ini Alasannya

Ini bisa disebabkan bahwa manusia bisa memiliki suatu motivasi adalah karena dorongan keimanan pada dirinya. Melalui iman inilah setiap perbuatan manusia akan memiliki nilai di hadapan Allah SWT dan akan melahirkan kemaslahatan dan kemanfaatan untuk masyarakat sekitar.

"Dampak dari beriman dengan benar, akan senantiasa melahirkan kemaslahatan-kemaslahatan bagi seluruh manusia dengan cara yang maslahat juga," ujar Rofiah dalam program ngabuburit yang bertajuk “Inspirasi Walisongo; Iman, Ilmu dan Amal” yang ditayangkan melalui kanal YouTube BKNP PDI-P pada Selasa (11/5).

BACA JUGA: Gus Miftah Sebut Ada 4 Jenis Umat Islam di Indonesia, Cuma 1 yang Ideal

Dia menjelaskan bagaimana hakikat dan harmonisasi dari tigak aspek terpenting ini dalam beragama yang kemudian menjadi tolak ukur baik tidaknya perbuatan orang dalam keseharian.

Konsekuensi dari beriman secara benar adalah akan melahirkan kemaslahatan, baik itu untuk dirinya sendiri atau lingkungan sekitar, tentunya dengan cara yang baik pula.

"Semisal orang berkata saya beriman kepada Allah, itu buktinya apa? misalnya berbuat baik atau beramal saleh. Dan berbuat baiknya itu harus maslahat untuk dirinya sendiri dan orang lain, tidak dalam artian berbuat bagi orang lain dengan cara zalim kepada diri sendiri, atau berbuat baik terhadap diri sendiri lantas zalim kepada orang lain," lanjut Nur Rofiah

Praktik beragama yang mantap dan tidak mudah goyah itu bisa dicapai jika didasari oleh ilmu-ilmu agama yang benar, diperoleh dari sumber yang bisa dipercaya, bukan didasari oleh duga-duga dan dorongan hawa nafsu belaka.

Beragama tanpa ilmu berpotensi merusak segalanya, karena boleh jadi dia menyangka benar apa yang salah fatal, menduga suatu perbuatan sebagai ibadah padahal sama sekali bukan.

Ada yang, kata dia, menganggap berpahala atas apa yang sebenarnya berdosa, meyakini maslahatnya sesuatu padahal senyatanya adalah mafsadat dan sebaliknya, demikianlah seterusnya.

Menurutnya, kebutaan akan ilmu-ilmu agama telah membuat sebagian besar kaum beragama menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhan mereka dan mengangkat orang-orang yang tidak paham agama sama sekali menjadi panutannya.

Ketika dalam kondisi seperti ini, maka satu-satunya cara yang bisa mengontrol hawa napsu dan perbuatannya adalah ilmu pengetahuan. Maka dengan mantapnya ilmu pengetahuan akan berdampak baik pada perilaku orang dalam beragama.

“Untuk bisa memastikan bahwa perbuatan kita itu memberi dampak baik bagi diri sendiri dan pihak lain sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah, maka perlu ilmu. Tidak yang asal-asalan semisal ingin berbuat baik tapi caranya membahayakan,” jelas Nur Rofiah

Kemudian Nur Rofiah memberikan arahan bagaimana cara mendapatkan ilmu yang baik. Hal itu bisa di dapatkan dari pengalaman, dari bertanya, atau memperbanyak bacaan.

Untuk mendapatkan ilmu tidak harus duduk di bangku sekolah, setiap manusia sudah dibekali akal dan hati nurani untuk mengolah pengalaman menjadi sebuah ilmu pengetahuan.

"Dan cara untuk bisa berilmu itu tidak harus belajar secara khusus di bangku sekolah. Orang diberi akal dan hati nurani untuk memilah, memilah mana yang baik dan yang buruk adalah dengan akal, lalu memilih atau berkomitmen yang baik itu dengan hati nurani," tegas Nur Rofiah.

Program Ngabuburit BKNP PDIP dengan tema besar ‘Mata Air Kearifan Walisongo’ hadir setiap hari pada bulan Ramadan pukul 17.00 WIB. Sementara sebelum sahur, ditampilkan program sejenis juga. Semuanya dapat diikuti melalui kanal Youtube: BKNP PDI Perjuangan, Instagram: BKNPusat dan Facebook: Badan Kebudayaan Nasional Pusat. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler