Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia - Australia sudah digagas sejak dua tahun lalu dan rencananya akan ditandatangai dalam waktu dekat.
Setelah beberapa kali penundaan, perjanjian tersebut rencananya akan ditandatangani tanggal 14 November mendatang dalam pertemuan ASEAN di Singapura.
BACA JUGA: Teror di Melbourne, PM Australia Tuding Sakit Jiwa Cuma Alasan
Namun ada kemungkinan perjanjian tersebut kembali tertunda setelah pemerintah Indonesia menyatakan keberatannya, jika Australia akan memindahkan Kedutaan Besarnya di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Dosen bahasa dan akademis kajian Indonesia di Monash University, Yacinta Kurniasih menyambut segera ditandatanganinya perjanjian tersebut, meski menurutnya ada faktor yang dilupakan yakni budaya.
BACA JUGA: Jumlah Bayi Lahir Prematur Di Tasmania Meningkat
"Australia selalu sangat antusias dalam menjalin hubungan kerjasama politik dan ekonomi, tapi dari sisi hubungan budaya dan bahasa, Indonesia belumlah diuntungkan," ujar Yacinta kepada Erwin Renaldi dari ABC Indonesia. Photo: Jane Ahlstrand (kiri) dan Yacinta Kurniasih (kanan), dua diantara juri dalam lomba pidato bahasa Indonesia, NAILA 2018 (Foto: Koleksi Yacinta Kurniasih)
BACA JUGA: Wanita Berusia 50 Tahun Ditangkap Atas Kasus Kontaminasi Jarum Jahit Dalam Buah Stroberi
Menurutnya, pernyataan pentingnya Indonesia bagi Australia sudah menjadi retorika lama, namun masih kurang dalam penerapannya.
"Terutama bagi para politisi dan pengambil kebijakan di Australia, kita mendengar dukungan mereka kepada sekolah-sekolah masih sangat kurang, bahkan ada yang membiarkan program bahasa Indonesia ditutup," kata Yacinta.
"Jadi apakah mereka serius mendukung masa depan Australia yang berhubungan dengan Indonesia?"
Yacinta mengatakan saat ini hubungan antar warga, khususnya organisasi kepemudaan, yang paling sering bergerak dalam upaya meningkatkan pemahaman soal Indonesia.
Seperti yang dilakukan oleh Sally Hill, warga Australia asal Kawasan Ibu Kota Australia (ACT) yang tahun ini dinominasikan sebagai Young Australians of The Year di ACT.
Sally dianggap telah meningkatkan hubungan bilateral Australia dan Indonesia lewat pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggagas lomba pidato bahasa Indonesia tahunan di Australia, National Australia Indonesia Language Awards (NAILA).
Tahun ini menjadi tahun ketiga digelarnya NAILA, dengan pemberian penghargaan yang berlangsung Jumat malam (9/11/2018) di kawasan Collins St, Melbourne. Photo: Para peraih penghargaan NAILA 2018, lomba tahunan yang mendorong studi bahasa Indonesia di Australia. (Foto: Koleksi NAILA)
Tahun lalu ABC melaporkan jumlah peserta NAILA mencetak rekor terbanyak, hingga mencapai 133 orang.
Tapi dari sebuah pernyataan yang dikirim panitia NAILA, tahun ini disebutkan menerima hampir 100 peserta untuk 10 kategori lomba.
Salah satu juri lomba, Jane Ahlstrand, yang juga pernah menang kompetisi Naila, mengatakan ada anggapan bahwa kompetisi ini hanya ditujukan bagi warga Australia yang sudah lancar berbahasa Indonesia.
"Padahal kompetisi ini terbuka untuk semua tingkat, dan yang terpenting bukan untuk menang tapi meningkatkan kemampuan bahasa," kata Jane, dosen Bahasa Indonesia di University of New England di Armidale (NSW).
Jane mencontohkan salah satu pemenang dalam lomba tahun ini adalah Blake Johnson, murid kelas 4 di sekolah dasar Aveley Primary School di pedalaman Australia Barat.
"Dia sangat luar, sampai saya menitikkan air mata mendengar pidatonya," kata Jane yang memilih menjawab wawancara dalam bahasa Indonesia.
"Ia sudah tiga kali ikut dan bahasa Indonesianya semakin bagus dan lancar."
Yacinta yang juga menjadi juri dalam kompetisi bahasa tersebut mengajak agar pemerintah Indonesia lebih serius dalam berupaya meningkatkan minat bahasa dan budaya Indonesia di Australia.
"Diadakannya kongres-kongres bahasa, mendirikan Balai Bahasa, pengadaan buku-buku bahasa Indonesia, dan pelatihan adalah upaya pemerintah Indonesia yang patut dihargai," katanya.
"Tapi perwakilan RI juga perlu berkolaborasi dan berkonsolidasi dengan para praktisi di lapangan, yang memahami benar bagaimana penerapannya.
Ia berharap perjanjian kemitraan yang komprehensif kedua negara nantinya dapat ikut memperhitungkan investasi sumber daya manusia dalam pemahaman budaya.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Duka Atas Tewasnya Pemilik Kedai Ikonik Di Melbourne Dalam Serangan Teroris Di Bourke Street