Warga Melbourne merasakan kehilangan yang mendalam atas kematian Sisto Malaspina, pemilik kedai kopi ikonik di Melbourne yang menjadi korban serangan teroris di Bourke Stree, Melbourne (9/11/2018).
"Saya menangis, Sisto telah dibunuh," tulis penulis Melbourne Arnold Zable dalam penghormatan tulus kepada temannya, pemilik restoran terkenal di Melbourne, Sisto Malaspina.
BACA JUGA: Alami Masalah Teknis, Malaysia Airlines Terlambat Mendarat di Adelaide
yang tewas dalam serangan teror yang mengguncang Kota Melbourne pada Jumat (9/11/2018).
Serangan di Bourke Street itu menimbulkan rasa duka mendalam bagi warga Melbourne, pemilik kedai ikonik di kota mereka yang mereka kenal sebagai sosok yang ramah tewas dalam serangan yang tidak terduga, Sisto Malaspina pamit untuk pergi berjalan-jalan sebentar di sore hari dan tidak pernah kembali.
BACA JUGA: China Perkenalkan Penyiar AI Untuk Baca Berita
Photo: Pemilik Pellegrini's Espresso Bar, Sisto Malaspina meninggal setelah ditikam oleh Hassan Khalif Shire Ali. (ABC News: Shelley Lloyd)
Pada hari Sabtu (10/11/2018), jendela depan restoran mereka dihiasi dengan fotonya, sebuah penghargaan dan karangan bunga. Di luar restoran, lebih banyak karangan bunga mulai menumpuk dari pelanggan yang telah lama mengenal dan mencintainya.
BACA JUGA: Turki Lebih Banyak Penjarakan Wartawan Dibandingkan China
Arnold Zable pertama kali bertemu Malaspina di Pellegrini pada tahun 1975, dan Malaspina memanggilnya "Artista", meskipun dia belum menjadi penulis.
"Aku selalu kemari, baik ketika aku sedang baik-baik saja maupun ketika sedang sedih. Dan ketika aku sedang sedih, Sisto akan selalu menyemangatiku. 'Hei, artista. Bagaimana kabarmu?'
"Pernah, dulu sekali, Â setelah aku putus dengan partner lama, aku menghabiskan malam di Pellegrini.
"Di dapur. Di dekat tungku. Memasak di rumah. Mamas yang hangat. Dan Sisto. 'Hei, artista. Bagaimana kabarmu hari ini?'"
Kisah Zable, yang dengan fasih diceritakan di akun Facebook-nya, adalah salah satu yang berulang kali dikutip orang dalam perbincangan di media sosial, di rumah dan kafe, dan di luar Pellegrini, di mana pelayat terus berkumpul akhir pekan ini. Photo: Warga yang berduka meletakan karangan bunga di depan Pellegrini's cafe (AAP: James Ross)
Bar espresso ini bukanlah kedai kopi sembarangan. Kedai itu telah berdiri di sana di salah satu jalan tersibuk di kota Melbourne sejak 1950-an.
Malaspina dan temannya Nino Pangrazio mengambil alih pada tahun 1974.
"Pellegrini adalah segalanya yang indah tentang kota ini," tulis Zable.
"Perwujudan transformasi, Pasca perang. Ketika Yunani, Yahudi, Italia, Jugoslavia, kami wogs dan dagos, datang ke sini untuk mencari kehidupan baru. Bekerja di pabrik. Mendirikan usaha kecil. Membawa kita lagu-lagu dari tanah yang jauh."Apresiasi untuk 'Pria Troli'
Sementara itu warga Melbourne juga memberi apresiasi kepada Michael Rogers, pria yang berusaha melumpuhkan pelaku serangan di Bourke Street.
Pria yang kini mendapat julukan "pria troli" menjadi sosok pahlawan baru bagi warga Melbourne setelah terlihat dalam rekaman video serangan teroris di Bourke Street dimana dia berusaha melumpuhkan pelaku penyerangan, Hassan Khalif Shire Ali, dengan sebuah troli belanja.
Namun Michael Rogers membantah dirinya pahlawan.
"Saya melempar trolinya ke arahnya, dan saya menangkapnya. Saya tidak cukup membuatnya jatuh. Saya bukan pahlawan," katanya kepada Channel 7.
"Saya melihat ada troli di samping, jadi saya mengambilnya dan saya berlari dan melemparkan troli itu lurus ke arahnya.
"[Aku] menangkapnya tetapi tidak membuatnya jatuh. Dan aku melakukan gerakan itu beberapa kali, tetapi itu tidak membuatnya jatuh." Video: Bourke St "trolleyman" speaks to the media (Indonesian)
Upaya Rogers diapresiasi komisaris utama Polisi Victoria.
"Orang bertindak mendadak dalam hal-hal semacam itu, dan itulah yang dia lakukan," kata Graham Ashton.
"Dia berusaha mendukung polisi di sana, dan melakukan apa yang dia bisa."
Halaman GoFundMe telah disiapkan untuk membantu Michael Rogers, yang diyakini tunawisma dan ponselnya hancur ketika mencoba membantu polisi.
"Dia adalah pahlawan di mata kami dan dia bisa melakukan apa yang menurutnya terbaik dengan semua dana yang dia terima," kata halaman kampanye itu.
"Dia mempertaruhkan nyawanya sendiri hari itu tanpa imbalan apa pun dan kau tidak bisa memberi harga untuk itu."
pelaku penyerangan Shire Ali, seorang pria kelahiran Somalia berusia 30 tahun yang pindah ke Melbourne pada 1990-an, membakar mobil pick-upnya di dekat salah satu jalan paling sibuk di Melbourne pada Jumat sore, sebelum menikam tiga orang yang lewat.
Shire Ali meninggal di rumah sakit setelah ditembak oleh polisi yang baru tiga bulan keluar dari akademi.
Shire Ali paspornya telah dibatalkan pada tahun 2015 setelah ASIO menilai dia berencana untuk melakukan perjalanan ke Suriah.
Polisi menegaskan pada hari Sabtu bahwa ia telah "radikal" dan "terinspirasi" oleh Negara Islam, dan kelompok itu mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wahyu Susilo: Pembela Migran Indonesia Yang Bermasalah Dimanapun Juga