MUARABULIAN - Direktur PDAM Tirta Batanghari, Usman Thalib mengaku kecewa dengan sikap korban bencana banjir di Kecamatan Pemayung. Hal itu disebabkan, mobil tangki yang membawa pasokan air bersih di usir oleh korban banjir. “Saya sangat kecewa dengan sikap korban banjir tersebut. Kita mau bantu tapi justru diusir,” ungkap Usman dengan nada kesal, Selasa (26/2).
Kejadian itu, sambung Usman, dialami oleh bawahannya beberapa hari lalu. Alasan mengusir, karena mereka lebih membutuhkan bantuan makanan ke timbang air bersih. “Laporan dari anak buah saya, korban banjir lebih membutuhkan bantuan makanan daripada air bersih,” beber Usman.
Apa yang dilakukan oleh korban banjir ini, lanjut Usman, sungguh sangat keterlaluan. Padahal, perintah untuk mengantarkan pasokan air bersih kepada semua korban banjir di seluruh kecamatan, merupakan perintah langsung dari Bupati Batanghari Abdul Fattah melalui Sekda Ali Redo.
Sementara, Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Batanghari Syamral Lubis, mengungkapkan rasa kecewanya terhadap korban banjir di Kecamatan Pemayung. Syamral menilai, apa yang dilakukan pihak PDAM merupakan langkah yang tepat untuk mengatasi pasokan air bersih.
Apalagi, lanjut dia, sebagian sumur-sumur warga banyak yang terendam akibat banjir. “Seharusnya korban banjir tidak boleh seperti itu, karena selain membutuhkan makanan, mereka juga pasti membutuhkan air bersih,” katanya.
Di sisi lain, bantuan yang disalurkan pemerintah untuk korban banjir di Kabupaten Batanghari telah menghabiskan dana hingga mencapai Rp 1,3 miliar. Dana itu telah disalurkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Batanghari kepada seluruh korban banjir yang berjumlah 24.229 kepala keluarga (KK).
Untuk setiap KK, masing-masing mendapat paket berisi 5 kg beras, lima kaleng sarden dan 10 bungkus Indomie. Syamral Lubis menambahkan, total dana yang dikucurkan pemerintah bersumber dari BNPB RI, Pemerintah Provinsi Jambi dan Pemkab Batanghari.
Bantuan dana yang disalurkan BNPB RI terhadap korban banjir di Batanghari sebesar Rp 250 juta. Kemudian, dari Pemerintah Provinsi Jambi sebesar Rp 200 juta. Sedangkan Pemkab Batanghari menggelontorkan dana sebesar Rp 817 juta.
Dijelaskan Syamral, bantuan pemerintah tersebut sudah dibelanjakan untuk membeli beras, Indomie dan sarden. Barang yang sudah dibeli itu saat ini masih ada yang tersisa. “Barang yang sudah dibelanjakan masih ada yang tersisa. Beras hampir satu ton, sarden 12 dus dan Indomie 30 dus,” katanya.
Sementara, Dinas Pertanian dan Holtikultura (Dispertan) Kabupaten Muarojambi terkesan lepas tangan terhadap para petani yang menjadi korban banjir. Dimana, bantuan benih yang disebut-sebut akan diberikan tidak jadi diberikan.
Madong Butar-Butar, Kabid Pengolahan Air dan Kahan, Dispertan Kabupaten Muarojambi mengatakan jika tak ada sama sekali bantuan benih untuk para petani. “Tidak ada bantuan benih untuk petani yang sawahnya terendam,” tegasnya.
Justru dirinya mengimbau kepada petani jika ingin bantuan benih, maka petani tersebut harus mengajukan sendiri ke pusat. “Harus cepat diajukan ke pusat setelah banjir ini. Kalau tidak prosesnya akan lama,” terangnya. (fes/iis/roz)
Kejadian itu, sambung Usman, dialami oleh bawahannya beberapa hari lalu. Alasan mengusir, karena mereka lebih membutuhkan bantuan makanan ke timbang air bersih. “Laporan dari anak buah saya, korban banjir lebih membutuhkan bantuan makanan daripada air bersih,” beber Usman.
Apa yang dilakukan oleh korban banjir ini, lanjut Usman, sungguh sangat keterlaluan. Padahal, perintah untuk mengantarkan pasokan air bersih kepada semua korban banjir di seluruh kecamatan, merupakan perintah langsung dari Bupati Batanghari Abdul Fattah melalui Sekda Ali Redo.
Sementara, Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Batanghari Syamral Lubis, mengungkapkan rasa kecewanya terhadap korban banjir di Kecamatan Pemayung. Syamral menilai, apa yang dilakukan pihak PDAM merupakan langkah yang tepat untuk mengatasi pasokan air bersih.
Apalagi, lanjut dia, sebagian sumur-sumur warga banyak yang terendam akibat banjir. “Seharusnya korban banjir tidak boleh seperti itu, karena selain membutuhkan makanan, mereka juga pasti membutuhkan air bersih,” katanya.
Di sisi lain, bantuan yang disalurkan pemerintah untuk korban banjir di Kabupaten Batanghari telah menghabiskan dana hingga mencapai Rp 1,3 miliar. Dana itu telah disalurkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Batanghari kepada seluruh korban banjir yang berjumlah 24.229 kepala keluarga (KK).
Untuk setiap KK, masing-masing mendapat paket berisi 5 kg beras, lima kaleng sarden dan 10 bungkus Indomie. Syamral Lubis menambahkan, total dana yang dikucurkan pemerintah bersumber dari BNPB RI, Pemerintah Provinsi Jambi dan Pemkab Batanghari.
Bantuan dana yang disalurkan BNPB RI terhadap korban banjir di Batanghari sebesar Rp 250 juta. Kemudian, dari Pemerintah Provinsi Jambi sebesar Rp 200 juta. Sedangkan Pemkab Batanghari menggelontorkan dana sebesar Rp 817 juta.
Dijelaskan Syamral, bantuan pemerintah tersebut sudah dibelanjakan untuk membeli beras, Indomie dan sarden. Barang yang sudah dibeli itu saat ini masih ada yang tersisa. “Barang yang sudah dibelanjakan masih ada yang tersisa. Beras hampir satu ton, sarden 12 dus dan Indomie 30 dus,” katanya.
Sementara, Dinas Pertanian dan Holtikultura (Dispertan) Kabupaten Muarojambi terkesan lepas tangan terhadap para petani yang menjadi korban banjir. Dimana, bantuan benih yang disebut-sebut akan diberikan tidak jadi diberikan.
Madong Butar-Butar, Kabid Pengolahan Air dan Kahan, Dispertan Kabupaten Muarojambi mengatakan jika tak ada sama sekali bantuan benih untuk para petani. “Tidak ada bantuan benih untuk petani yang sawahnya terendam,” tegasnya.
Justru dirinya mengimbau kepada petani jika ingin bantuan benih, maka petani tersebut harus mengajukan sendiri ke pusat. “Harus cepat diajukan ke pusat setelah banjir ini. Kalau tidak prosesnya akan lama,” terangnya. (fes/iis/roz)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Distribusi E-KTP Sudah 45 Persen
Redaktur : Tim Redaksi