jpnn.com - KALIANDA – Tingginya arus peredaran narkoba melalui Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan (Lamsel), membuat pemerintah gerah. Guna menekan arus peredaran narkoba itu, pengamanan di Seaport Interdiction (SI) Bakauheni akan semakin ditingkatkan.
Rencana ini diungkapkan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Budi Waseso (Buwas) saat peresmian Loka Rehabilitasi Kalianda yang berdiri di eks bangunan rumah sakit di Kelurahan Waylubuk, Kalianda, Lamsel, kemarin.
BACA JUGA: Dor! Satu Warga Roboh dalam Bentrok di Baloi Kolam
’’Makanya tahun 2017 nanti kita anggarkan untuk membangun X-ray di Seaport Interdiction,” katanya di hadapan Gubernur Lampung M. Ridho Ficardo yang diwakili Pj. Sekretaris Provinsi Sutono, Kapolda Lampung Brigjen Ike Edwin, Bupati Lamsel Zainudin Hasan, dan para undangan yang hadir dalam acara peresmian loka rehabilitasi Kamis (22/9).
Menurut Buwas, saat ini terdata 644 jenis narkoba baru yang telah masuk dan beredar di Indonesia. Dari catatan BNN, di Indonesia juga terdeteksi setidaknya 72 jaringan narkoba. Kondisi ini membuat pemerintah melalui BNN harus bekerja ekstrakeras untuk menekan peredarannya.
BACA JUGA: Kader Demokrat Tegal Kangen Pak SBY? Sampai Bertemu di Slawi
Selain menekan peredaran narkoba, sambung Buwas, pihaknya juga fokus pada penanganan para penyalah guna dan pecandu obat-obatan terlarang ini. Karena itu, BNN terus berupaya menambah loka rehabilitasi guna menampung para pecandu narkoba yang jumlahnya terus membengkak.
’’Kalau dulu di Sumatera hanya memiliki loka rehabilitasi di wilayah Deliserdang, Medan, Sumatera Utara, dan Batam, Kepulauan Riau, kini warga Sumbagsel (Sumatera Bagian Selatan) tidak perlu jauh-jauh lagi ke sana. Masyarakat juga tidak perlu lagi berangkat ke Bogor, cukup ke Kalianda saja," ungkap Buwas seperti diberitakan Radar Lampung (Jawa Pos Group) hari ini (23/9)
BACA JUGA: Oalah! Istri Ceraikan Suami gara-gara Bau Badan
Pada kesempatan itu, Buwas juga menyatakan rasa terima kasihnya kepada Pemkab Lamsel yang bersedia menghibahkan lahan untuk pembangunan Loka Rehabilitasi BNN. ’’Kapasitas di loka rehabilitasi ini ada 150 orang per tahun. Jadi nanti juga bisa digunakan oleh provinsi lain di Sumbagsel," terangnya.
Jenderal bintang tiga ini juga menyatakan, pihaknya ke depan membuat standardisasi program rehabilitasi narkoba. ’’Sekarang masih menunggu ISO. Nantinya semua loka rehabilitasi baik pemerintah dan swasta memiliki standardisasi yang sama. Kita ingin program rehabilitasi yang ada di Indonesia diakui internasional," ucapnya.
Dijelaskan, ke depan BNN juga fokus pada dua program pemberantasan narkoba. Yaitu program pencegahan penyalahgunaan narkoba dan program penangkapan termasuk menyita semua aset pembuatan narkoba. ’’Dua solusi inilah yang akan kami terapkan," tegasnya.
Mantan Kabareskrim Mabes Polri itu menambahkan, peredaran narkoba saat ini sangat marak karena turut dikendalikan jaringan internasional. Berbagai upaya dan modus dilakukan jaringan narkoba ini untuk mengecoh petugas. Termasuk menggunakan pelabuhan resmi maupun tidak resmi, jalur laut dan udara.
’’Angka penyalahgunaan narkoba di Lampung menduduki peringkat kedua di Sumatera setelah Sumatera Utara. Ini karena Lampung merupakan jalur penghubung antara Jawa dan Sumatera. Lampung menjadi jalur transit pengirimanan gelap narkoba lintas pulau," terangnya.
Untuk itu, pria yang dikenal berani ini mengajak semua pihak bekerja sama dalam upaya pemberantasan narkoba. ’’Mari kita bersama-sama memerangi narkoba, karena soal pengguna bisa menimpa siapa saja. Kalau ada warga yang bekerja di salah satu instansi, kita jangan melihat institusinya, tetapi oknumnya yang salah,” tuturnya.
Sebelum mengakhiri wawancara, Buwas sempat memberi warning pada pengelola Loka Rehabilitasi. Dia menegaskan, biaya rehabilitasi seluruhnya ditanggung negara sehingga para pecandu tidak dipungut biaya apa pun selama menggunakan fasilitas ini. ’’Jadi nggak ada biaya atau pungutan apa pun. Jangan sampai ada lahan bisnis. Saya tekankan dan pastikan ini gratis, karena ini program negara, dibiayai oleh negara," tandasnya.
Diketahui, BNN juga memiliki tiga balai rehabilitasi lain, masing-masing di Lido, Bogor; Tanah Merah, Kalimantan Timur; dan Baddoka, Makasar. Khusus untuk di Kalianda, pembangunan loka rehabilitasi dianggap penting karena menjadi pintu gerbang Pulau Sumatera yang menjadi lokasi potensial penyelundupan narkotika.
Selama ini telah banyak kasus penyelundupan narkoba dalam jumlah besar berhasil diungkap petugas. Terakhir adalah penggagalan penyelundupan 14 kg sabu-sabu dan 50 kg pil ekstasi pada Kamis (15/9) lalu. (yud/p5/c1/fik/ray/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Aceh Semakin Yakin dengan Konsep Wisata Halal
Redaktur : Tim Redaksi