MATARAM - Kenaikan harga sembako belum berhenti, fluktuasi harga terus bergerak, bahkan harga cabai tembus angka Rp 100 ribu per kilogram. Untuk menyiasati mahalnya harga cabai ini, penjual terpaksa menjual dengan cara eceran.
Masniah misalnya, warga Kelurahan Kebun Sari, Ampenan ini menjual cabai eceran ke rumah-rumah. Cabai rawit yang dibeli di pasar, kemudian dipisah-pisah untuk dibungkus lagi menggunakan daun pisang. Satu bungkus berisi 10 biji cabai dan dijual dengan harga Rp 1.000. Cara tersebut cukup membantu warga untuk menyiasati mahalnya harga sembako saat ini. ”Lumayan membantu, warga bisa beli cabai seharga Rp 1.000 per bungkus,” katanya.
Masniah yang setiap hari berjualan sayur kewalahan saat harga sembako naik. Pembelinya malah berkurang. Ia pun merugi. Agar tidak merugi terus, dan warga juga bisa terbantu, ia berinisiatif untuk menjual cabai secara ecer. Hal itu cukup efektif membantu jualannya laris kembali.
Kepala Balai Pelaksana Penyuluh Pertanian dan Kehutanan (BP4K) Kota Mataram H Mutawalli mengapresiasi langkah yang dilakukan warga. Namun ia juga mengimbau kepada warga untuk memanfaatkan pekarangan sebagai lahan bercocok tanam, minimal untuk mengurangi beban harga. ”Kami dari penyuluh terus mengajak warga memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk menanam tanaman pangan,” katanya.
Tiap tahun Pemkot Mataram memiliki program pangan lestari yang membina semua kelurahan. Warga diajarkan bagaimana cara memanfaatkan pekarangan dengan baik.
Sementara itu Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kota Mataram H Khalid mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dishubkominfo Provinsi NTB untuk memastikan distribusi barang kebutuhan pokok masuk ke Mataram. ”Kita sifatnya hanya koordinasi agar distribusi barang lancar,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Perdagangan Diskoperindag Kota Mataram Bambang JW mengatakan semua pihak memang harus terlibat, termasuk Dinas Pertanian agar memastikan stok beberapa produk pertanian aman. Sebab kebutuhan pokok yang mengalami fluktuasi tidak menentu adalah produk pertanian. (cr-ili)
Masniah misalnya, warga Kelurahan Kebun Sari, Ampenan ini menjual cabai eceran ke rumah-rumah. Cabai rawit yang dibeli di pasar, kemudian dipisah-pisah untuk dibungkus lagi menggunakan daun pisang. Satu bungkus berisi 10 biji cabai dan dijual dengan harga Rp 1.000. Cara tersebut cukup membantu warga untuk menyiasati mahalnya harga sembako saat ini. ”Lumayan membantu, warga bisa beli cabai seharga Rp 1.000 per bungkus,” katanya.
Masniah yang setiap hari berjualan sayur kewalahan saat harga sembako naik. Pembelinya malah berkurang. Ia pun merugi. Agar tidak merugi terus, dan warga juga bisa terbantu, ia berinisiatif untuk menjual cabai secara ecer. Hal itu cukup efektif membantu jualannya laris kembali.
Kepala Balai Pelaksana Penyuluh Pertanian dan Kehutanan (BP4K) Kota Mataram H Mutawalli mengapresiasi langkah yang dilakukan warga. Namun ia juga mengimbau kepada warga untuk memanfaatkan pekarangan sebagai lahan bercocok tanam, minimal untuk mengurangi beban harga. ”Kami dari penyuluh terus mengajak warga memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk menanam tanaman pangan,” katanya.
Tiap tahun Pemkot Mataram memiliki program pangan lestari yang membina semua kelurahan. Warga diajarkan bagaimana cara memanfaatkan pekarangan dengan baik.
Sementara itu Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kota Mataram H Khalid mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dishubkominfo Provinsi NTB untuk memastikan distribusi barang kebutuhan pokok masuk ke Mataram. ”Kita sifatnya hanya koordinasi agar distribusi barang lancar,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Perdagangan Diskoperindag Kota Mataram Bambang JW mengatakan semua pihak memang harus terlibat, termasuk Dinas Pertanian agar memastikan stok beberapa produk pertanian aman. Sebab kebutuhan pokok yang mengalami fluktuasi tidak menentu adalah produk pertanian. (cr-ili)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PMI Cari Pendonor Usai Taraweh
Redaktur : Tim Redaksi