Cabut Zona Larangan Terbang di Libya

DK PBB Mulai Bahas, Rusia Siapkan Draf Resolusi

Minggu, 23 Oktober 2011 – 06:14 WIB

NEW YORK - Tewasnya mantan pemimpin Libya Muammar Kadhafi membuat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mempertimbangkan rencana mencabut zona larangan terbang (no-fly zone) yang diterapkan di negeri utara Afrika itu lewat sebuah resolusiZona larangan terbang yang saat ini masih berlaku di Libya pasca-tewasnya Kadhafi pada Kamis lalu (20/10) itu menjadi topik hangat PBB

BACA JUGA: Kadhafi Disiksa sebelum Dibunuh



Pada Jumat lalu (21/10), Dewan Keamanan (DK) PBB mulai membahas pembicaraan soal pencabutan ketentuan yang diberlakukan sejak 17 Maret 2011 itu
Rusia, salah satu anggota tetap DK PBB yang juga mantan sekutu utama rezim Kadhafi, telah mendesak agar organisasi negara-negara di dunia itu segera mencabut larangan tersebut

BACA JUGA: Keluarga Korban Lockerbie Syukuri Kematian Khadafi



Duta Besar (Dubes) Rusia untuk PBB Vitaly Churkin menyatakan bahwa sejauh ini pihaknya telah mengedarkan draf resolusi kepada negara-negara lain anggota DK terkait pencabutan zona larangan terbang tersebut
"Karena dulu zona larangan itu diterapkan berdasar keputusan DK PBB, kini DK PBB lah yang harus mencabutnya," kata diplomat 59 tahun tersebut seusai pertemuan tertutup di markas besar PBB di Kota New York, Amerika Serikat (AS), kemarin WIB (22/10).

Menurut Churkin, kematian Kadhafi di tangan pejuang Dewan Transisi Nasional (NTC) merupakan momen yang tepat untuk menormalisasi Libya

BACA JUGA: Pemakaman Khadafi Tunggu Hasil Investigasi

Salah satunya adalah mengembalikan zona terbang negeri itu ke tangan pemerintahan baruSebab, tewasnya Kadhafi dan sejumlah pejabat maupun anaknya serta tertangkapnya para petinggi rezim lama di Libya jelas telah meminimalkan ancaman terhadap warga sipil.

Karena itulah, tutur dia, tidak ada lagi alasan bagi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk memblokir zona terbang LibyaNATO pun tak perlu lagi melancarkan aksi militer atau serangan udara karena seluruh wilayah Libya sudah berada di bawah kendali penuh NTC

Sejumlah informasi menyebutkan bahwa NATO mungkin akan mengakhiri misi di salah satu negara di kawasan Gurun Sahara tersebut akhir bulan iniTepatnya, pada 31 Oktober nanti

"Perubahan krusial telah terjadi di LibyaSaat ini, kita hanya tinggal menantikan deklarasi kemenangan pemerintahan yang baruMaka, sudah waktunya, semua (misi NATO) berakhirTermasuk, pencabutan ketentuan zona larangan terbang," seru ChurkinDengan begitu, otoritas udara Libya akan kembali ke tangan pemerintahan Libya dan dikelola oleh sipil

Menanggapi proposal Rusia itu, Dubes Prancis untuk PBB Gerard Araud dan Dubes Inggris untuk PBB Mark Lyall Grant menyatakan bahwa pihaknya perlu berkonsultasi dengan NTC selaku pemerintahan transisi di LibyaMereka beralasan, pemerintahan baru di Libya harus terlibat dalam keputusan penting tersebutDengan demikian, serah terima otoritas udara dari NATO ke NTC bisa berjalan lancar.

"Kami punya pandangan yang sama bahwa saat ini kita semua telah memasuki masa akhir misi (NATO)Tetapi, segala hal yang bersifat teknis harus dibicarakan lebih dulu dengan pemerintahan baru di Libya," tegas AraudMenurut Lyall Grant, NTC tak ingin melakukan transisi dengan tergesa-gesaKhususnya yang terkait dengan otoritas udara Libya.

Dia mengungkapkan bahwa pemerintahan Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron juga telah membahas ketentuan zona larangan terbang dengan NTC"Mereka (NTC) menyatakan tak ingin terburu mengakhiri otoritas militer (NATO) di wilayahnyaKarena itu, kita perlu membicarakan segala sesuatu dengan lebih matang dengan melibatkan mereka," terangnya

Dia menambahkan bahwa rapat DK PBB yang melibatkan 15 anggota tetap dan tidak tetap itu bakal diikuti dengan serangkaian pembahasan lanjutanTermasuk, melibatkan pemerintahan NTC di bawah kepemimpinan PM Mahmoud Jibril"Saya harap perkara ini bisa diputuskan dalam pemungutan suara pertengahan pekan depan," ujar Lyall Grant

Secara terpisah, maskapai penerbangan Inggris British Airways (BA) menyatakan bahwa pihaknya masih takut menerbangkan armadanya ke wilayah LibyaPenasihat Risiko Internasional BA William Sandover menuturkan bahwa pihaknya belum yakin langit Libya sudah aman untuk dilintasi pesawat komersial dalam waktu dekatKarena itu, BA tidak akan mendahului keputusan DK PBB mengenai zona larangan terbangSelama belum ada keputusan final, BA tidak akan menerbangi wilayah Libya

"Kami akan bersedia kembali menjajaki peluang menerbangi Libya setelah DK PBB mencabut zona larangan terbangUntuk sementara ini, kami akan terus memantau perkembangan keamanan di wilayah darat dan udara Libya," papar SandoverSebelum revolusi sipil melanda negeri yang telah dikuasai oleh rezim Kadhafi selama lebih dari empat decade tersebut, BA secara rutin melayani rute penerbangan London-Tripoli setiap hari(AP/AFP/RTR/hep/dwi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Obama Sebut Kematian Khadafi Pesan Bagi Diktator Lain


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler