Cacar Monyet

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Sabtu, 21 Mei 2022 – 17:32 WIB
Cacar monyet biasanya hanya menyebar di Afrika namun belakangan muncul di Amerika Serikat dan Eropa. (Reuters: CDC/Brian WJ Mahy/Handout)

jpnn.com - Pandemi Covid-19 belum benar-benar berlalu, sekarang bermunculan penyakit-penyakit baru yang aneh-aneh.

Ada virus Hendra, bukan nama manusia, yang sudah merenggut nyawa.

BACA JUGA: Baru Pulang dari Eropa, Pria di Sydney Jadi Kasus Cacar Monyet Pertama Australia

Ada hepatitis akut yang menyerang anak-anak.

Ada penyakit mulut dan kuku yang menyerang sapi. 

BACA JUGA: Satu Keluarga di Bogor Diduga Terserang Cacar Monyet

Ada penyakit cacar monyet yang menyerang manusia.

Siklus kesehatan dunia menunjukkan bahwa setiap kali ada pandemi besar selalu akan diikuti oleh penyakit-penyakit aneh lainnya.

BACA JUGA: Cegah Penyebaran Cacar Monyet, Bandara Pasang Alat Pengukur Suhu

Itu juga yang terjadi pada pandemi Covid-19.

Beberapa negara yang sudah mulai reda dan melonggarkan protokol kesehatan mengalami kemunculan beberapa penyakit aneh.

Yang terbaru adalah cacar monyet atau monkeypox, yang merupakan varian yang masih berkerabat dengan cacar air.

Sebagaimana cacar air gejalanya adalah munculnya bintil pada tubuh.

Seiring perkembangan penyakit, bintil berair berubah menjadi bernanah dan menimbulkan benjolan di sejumlah area lipatan tubuh, seperti leher, ketiak, atau selangkangan akibat pembengkakan kelenjar getah bening.

Tingkat penularan dan kematian akibat cacar monyet belum menunjukkan gejala mengkhawatirkan, kendati tidak boleh diremehkan.

Cacar monyet ini termasuk dalam rumpun penyakit zoonosis, penyakit yang menular dari hewan kepada manusia.

Sumber utama penyakit ini adalah hewan pengerat dan primata seperti monyet, tikus, serta tupai yang terinfeksi.

Cacar monyet dapat menyerang siapa saja mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Sama dengan varian cacar yang lain, penyakit ini jarang ditemukan.

Cacar jenis ini pertama kali ditemukan di Afrika pada tahun 1970-an.

Setelah lama menghilang dan dunia dinyatakan bebas dari cacar ternyata sekarang muncul lagi dan sudah ada korban tewas yang dilaporkan.

Penyakit ini disebabkan oleh virus monkeypox yang menyebar melalui percikan liur yang masuk melalui hidung, mata, mulut dan luka pada kulit.

Penularan cacar monyet pada awalnya terjadi pada hewan ke manusia, melalui cakaran atau gigitan hewan yang terinveksi virus monkeypox.

Kontak langsung dengan cairan tubuh hewan yang terinveksi atau benda yang terkontaminasi juga dapat membuat seseorang mengalami cacar monyet.

Penularan antarmanusia terbatas dan membutuhkan waktu yang cukup lama.

Varian penyakit zoonosis sudah banyak terjadi di sekitar kita.

Ada yang bisa diatasi dan dijinakkan, tetapi banyak juga yang menjadi pandemi yang liar dan menjadi momok dunia.

Zoonosis yang paling sering muncul adalah malaria yang menular dari nyamuk kepada manusia.

Demam berdarah juga ditularkan oleh nyamuk.

Rabies menular dari anjing kepada manusia, dan pes menular dari tikus kepada manusia.

Penyakit-penyakit itu muncul pada masa-masa akhir abad ke-19 dan menjadi penyakit umum pada abad ke-20.

Secara umum dunia medis sekarang sudah bisa mengendalikan penyakit-penyakit itu.

Pada saat itu, globalisasi relatif masih terbatas dan penularan penyakit trans-nasional pun relatif bisa lebih mudah dikendalikan.

Globalisasi membawa berkah dan sekaligus konsekuensi.

Ketika lalu lintas barang dan jasa menjadi begitu cepat dan batas-batas negara bisa diterabas setiap saat, berbagai penyakit pun muncul dengan kecepatan yang sulit ditahan.

Dunia panik ketika ditemukan varian virus HSNI atau yang dikenal sebagai flu burung.

Penyakit ini menyebar dengan cepat ke seluruh dunia dan menimbulkan banyak korban.

Akan tetapi, badan kesehatan dunia bisa menemukan vaksin dengan cepat dan akhirnya penyakit ini bisa dikendalikan.

Kemunculan Covid-19 menjadi pengalaman baru.

Sampai sekarang banyak yang menganggap penyakit ini bagian dari zoonosis yang menular dari kelelawar kepada manusia.

Belum ada kesimpulan yang pasti, karena pemerintah China cenderung tidak terbuka terhadap penelitian internasional terhadap asal-usul penyakit ini.

Kebiasaan orang China mengonsumsi daging hewan liar seperti kelelawar disebut-sebut sebagai sumber pandemi ini.

Setelah dua tahun lintang pukang diantam Covid-19 dunia bisa lebih tenang karena vaksin bisa ditemukan dengan lebih cepat.

Sisa-sisa penyakit masih muncul kembali di China dan gejala baru muncul di Korea Utara, tetapi secara keseluruhan dunia jauh lebih siap menghadapinya.

Covid-19 segera akan berubah dari pandemi menjadi endemi.

Mungkin nanti orang akan melihat Covid-19 seperti penyakit flu biasa yang bisa diobati dengan obat yang tersedia bebas di apotek dengan harga murah.

Itulah yang terjadi dengan kasus-kasus pandemi besar di dunia.

Awal kemunculannya menjadi penyakit yang mematikan, tetapi setelah beberapa lama kemudian menjadi penyakit jinak yang tidak membahayakan.

Ketika flu menjadi pandemi di Spanyol pada 1918, sekitar 50 juta sampai 100 juta orang tewas.

Saking ganasnya, penyakit ini disebut sebagai ‘'The Mother of All Pandemics'’, induk dari segala jenis pandemi.

Epidemiologis mengatakan virus flu Spanyol ditularkan oleh beberapa buruh asal China dan Vietnam yang direkrut militer Inggris dan Prancis selama Perang Dunia I.

Virus itu menempel kepada tentara China dan Vietnam yang bisa mengonsumsi babi dan unggas sebagai bahan makanan.

Akan tetapi, pendapat lain mengatakan bahwa penyakit itu dibawa dari India yang menyebar ke Prancis dan kemudian ke Spanyol.

Tingginya penularan flu Spanyol ini disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui udara.

Kala itu para epidemiolog memperkirakan bahwa setidaknya satu miliar orang telah terjangkiti virus.

Korban tewas mencapai puluhan sampai 100 juta orang, dengan kematian terbesar terjadi pada balita, orang berumur 20 hingga 40 tahun, dan 70 tahun.

Dalam kurun waktu Maret 1918 sampai September 1919, flu Spanyol telah merenggut nyawa sekitar dua persen populasi dunia yaitu 1,7 miliar orang.

Para epidemiolog menyimpulkan bahwa flu Spanyol merupakan jenis virus yang paling mematikan dan jauh lebih berbahaya dari cacar, pes, dan kolera.

Sebelumnya, cacar menjadi penyakit yang paling mematikan.

Pada awal abad ke-18 cacar menyebar di Eropa dan banyak korban yang berjatuhan.

Akan tetapi kemudian orang-orang Eropa mendapatkan kekebalan alami dari virus cacar karena munculnya kekebalan kelompok, herd immunity.

Ketika orang-orang Eropa menginvasi Amerika Utara dan Amerika Selatan, virus cacar menjadi senjata kimia yang mematikan.

Jutaan penduduk asli Amerika dan Amerika Latin mati akibat virus yang dibawa oleh kolonialis Eropa.

Jumlah penduduk asli yang mati karena virus jauh lebih besar ketimbang jumlah yang mati akibat senjata orang Eropa.

Cacar dan flu sekarang menjadi panyakit yang umum.

Kemunculan virus baru seperti Covid-19 membuat dunia terkaget-kaget, tetapi kemudian bisa menyesuaikan dan melakukan pengendalian sehingga penyakit ini tidak lagi menjadi penyakit pencabut nyawa.

Dunia belajar banyak dari pandemi Covid-19.

Kewaspadaan terhadap kemunculan penyakit baru semakin ditingkatkan.

Anggaran untuk kesehatan pasti akan semakin diperhatikan.

Sistem pelayanan kesehatan nasional pasti akan menjadi prioritas.

Kesadaran publik terhadap upaya menjaga kesehatan dan kebersihan akan makin meningkat.

Pandemi Covid-19 mengajarkan bahwa negara maju seperti Amerika Serikat malah tunggang-langgang menghadapi penyakit itu.

Negara-negara kecil seperti Taiwan, New Zealand, Korea Selatan, dan negara-negara Skandinavia malah bisa menyelesaikan penyakit itu dengan lebih cepat.

China yang menjadi sumber awal penyakit ini juga bisa menyelesaikannya dengan lebih cepat.

Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dan sebaran yang sangat luas, bisa menyelesaikan penyakit ini dengan relatif baik.

Kewaspadaan tetap harus dijaga.

Kemunculan penyakit aneh seperti cacar monyet sangat mungkin terjadi, karena ulah manusia yang teledor dalam mengelola hubungan dengan alam.

Jika tidak hati-hati, tidak mustahil akan muncul pandemi baru yang tak kalah mengerikan. (*)


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler