Direktur Eksekutif Departemen Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat BI, Dody Budi Waluyo mengatakan defisit transaksi berjalan cenderung terus menurun ke tingkat sustainable, meskipun tidak secepat yang diperkirakan. Namun demikian, defisit transaksi berjalan tersebut dapat diimbangi oleh surplus ada transaksi modal dan finansial (TMF) yang lebih besar, dan ditopang oleh peningkatan investasi langsung (direct investment) dan portofolio.
"Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai akhir November mencapai USD 111,3 miliar, atau setara dengan 6,1 buan impor, dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah," ungkapnya saat rilis hasil rapat dewan gubernur di gedung BI, Selasa (11/12).
Dody memproyeksikan kinerja neraca pembayaran Indonesia akan tetap mengalami surplus. Optimisme tersebut didukung oleh penurunan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang sustainable, serta surplus neraca modal dan finansial yang tetap besar.
Sebelumnya, Indonesia akhirnya kembali membukukan surplus neraca pembayaran (NPI) pada kuartal ketiga sebesar USD 800 juta. Capaian tersebut meningkat USD 3,6 miliar dibandingkan kuartal sebelumnya yang tercatat defisit USD 2,8 miliar.
Dody menjelaskan naiknya surplus neraca pembayaran juga lantaran defisit transaksi berjalan (current account) yang perlahan berkurang. Turunnya defisit transaksi berjalan ini, sebut Dody, sebenarnya ekses dari pertumbuhan ekonomi domestik yang melambat. Tercatat, defisit transaksi berjalan pada triwulan II 2012 sebesar USD 7,7 miliar (-3,5 persen dari produk domestic bruto/PDB). Defisit tersebut turun pada triwulan III 2012 menjadi USD 5,3 miliar (-2,4 persen dari PDB).
Sebelumnya, Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Erani Yustika memprediksi perekonomian Indonesia bisa berangsur pulih pada kuartal pertama 2013 mendatang. Asumsinya, pada periode tersebut performa ekspor Indonesia telah mengalami peningkatan, dilihat dari tren pemulihan yang terjadi sepanjang dua kuartal belakangan ini. "Ekspor itu fluktuaif, apalagi di situasi seperti sekarang," paparnya kepada Jawa Pos.
Dia menerangkan, membaiknya kinerja ekspor diproyeksi mulai terjadi ketika ada peningkatan harga pada komoditas strategis, seperti produk-produk perkebunan dan pertambangan. Seperti diketahui, saat ini harga komoditas perkebunan, misalnya kelapa sawit anjlok hingga 50 persen. "Kalau naik lagi (harga komoditas) itu mempengaruhi betul," terangnya. (Gal)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dipo Jelaskan Pemblokiran Anggaran Kemenhan
Redaktur : Tim Redaksi