Cairan Berlebihan di Otak Dibuang Melalui Saluran Cerna

Minggu, 08 April 2018 – 00:45 WIB
Dokter Lily Natalia (dua dari kanan) dan Prof Wang Hung Chen (kiri) mengebor manual untuk membuka batok kepala pasien. Foto: DWI WAHYUNINGSIH/JAWA POS

jpnn.com - International College of Surgeons (ICS) berada di Kota Ambon sejak Rabu (4/4). Begitu mendarat di Bandara Pattimura, mereka langsung melanjutkan perjalanan menuju Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura.

DWI WAHYUNINGSIH, Ambon

BACA JUGA: Ambon Bersolek Menuju Kota Musik Dunia

Para pakar yang hadir menjadi pembicara dalam simposium Global Initiative for Emergency and Surgical Care in Maluku.

”Ini tahun ketiga kami kemari. Tujuannya untuk transfer knowledge kepada para dokter dan tenaga kesehatan yang ada di sini,” ujar President ICS Indonesia Section Prof Dr dr Paul Tahalele SpBTKV(K) kemarin (5/4).

BACA JUGA: Kunjungi Ambon, Jokowi Tinjau Proyek Padat Karya Tunai

Bentuk transfer knowledge itu beragam. Selain simposium, ada sesi pengajaran langsung kepada tenaga kesehatan di wilayah Maluku, khususnya Ambon.

Selain itu, mereka mengoperasi pasien yang selama ini harus dirujuk ke provinsi lain. Contohnya, melakukan pemasangan ventriculoperitoneal shunt (VP shunt). Tindakan tersebut dilaksanakan di RSUD M. Haulussy kemarin.

BACA JUGA: Ke Ambon, Jangan Lupa Cicipi Rujak Legendaris Natsepa

”Pasien mengalami tumor otak dengan hidrosefalus. Tetapi, tindakan yang saat ini bisa kami lakukan hanya untuk mengurangi tekanan di otaknya akibat hidrosefalus,” jelas dr Lily Natalia SpBS yang berpraktik di Siloam Hospitals Jember selaku operator.

Tindakan yang dilakukan adalah memasang VP shunt. Yakni, sebuah slang kecil yang digunakan untuk mengalirkan cairan yang berlebihan di otak untuk kemudian dibuang melalui saluran cerna.

Alumnus FK Universitas Airlangga Surabaya itu dan tim baru bertemu dengan para pasien pada Rabu malam. Sebenarnya, para dokter bedah saraf tersebut akan menangani dua calon pasien. Namun, rupanya, pasien kedua harus dibatalkan karena hasil pemeriksaan awal belum lengkap.

”Ini tidak bisa dilakukan tindakan untuk saat ini. Kami belum tahu apa sebenarnya yang terjadi pada pasien ini,” jelas Lily.

Secara kasatmata, pada pasien yang masih balita tersebut terdapat benjolan di bagian belakang kepala. Meski demikian, untuk memastikannya, dibutuhkan pemeriksaan penunjang lain.

Sedangkan pasien yang kemarin dioperasi, Megawati Malaka, kondisinya sempat diragukan untuk menjalani pembedahan. Sebab, saat tim berkunjung, Mega terlihat lemah dan sedikit sulit diajak berkomunikasi. Apalagi, hasil MRI terakhir yang dimiliki diambil enam bulan lalu.

”Itu dulu sewaktu periksa di Makassar. Sebenarnya sudah ditawari untuk operasi saat itu juga,” ujar Rina Malaka, sang kakak.

Mega merasakan sakit di kepala sejak setahun terakhir. Baru ketika sakit tersebut mengganggu, ibu dua anak itu memeriksakan diri ke dokter.

Saat pertama memeriksakan diri, Mega didiagnosis kelebihan kolesterol. Obat-obatan penurun kolesterol pun dikonsumsi. Setelah sebulan, kondisinya sedikit membaik. Namun, gangguan justru berganti pada bagian mata.

Pandangannya menjadi ganda. Dia berobat ke dokter mata. Tak lama kemudian, Mega periksa ke dokter spesialis penyakit dalam karena sering mual dan muntah.

”Saat kami melakukan kontrol ke dokter mata, dia curiga jika ada gangguan di otak. Sehingga kami disuruh ke Makassar untuk MRI,” jelas Rina. Hasil MRI pun dirujuk untuk dibacakan dokter saraf. Diketahuilah bahwa di dalam otak sisi kiri Mega terdapat tumor yang cukup besar.

Hanya berdua bersama Mega, Rina kebingungan saat dokter meminta Mega menjalani pemasangan VP shunt. Penjelasan yang kala itu diberikan dokter tidak membuatnya mendapat keterangan yang cukup.

Dia hanya diberi tahu bahwa adiknya akan dipasang slang di bagian kepala untuk mengeluarkan kelebihan cairan di dalam otaknya.

”Ayah saya dulu juga pernah dipasangi slang di bagian perutnya. Itu saja kalau sudah ada sumbatan susah, apalagi kalau di bagian kepala,” ujar Rina mengenang. Bayangan buruk sang ayah yang akhirnya meninggal membuat dia dan keluarga tidak mau mengambil risiko kehilangan Mega dengan cara yang sama.

Setelah menolak menjalani operasi, akhirnya keluarga mencoba pengobatan alternatif. Hasilnya tidak memuaskan. Kondisi Mega justru menurun. Akhirnya, dua minggu yang lalu Mega tidak sadarkan diri. Keluarga langsung membawanya ke rumah sakit.

”Setelah mendengar penjelasan dokter semalam (Rabu malam, Red), kami akhirnya setuju adik kami dioperasi,” imbuhnya.

Tim dokter secara blak-blakan memberikan penjelasan mengenai proses, keuntungan, hingga risiko yang mungkin terjadi selama tindakan. Itulah yang membuat ketakutan mereka atas operasi sedikit banyak pupus.

Tindakan pemasangan VP shunt dimulai pukul 11.00 WIT Kamis (5/4). Seperti prosedur bedah lainnya, pasien terlebih dahulu dibius. Itu dilakukan dr Kun Arifin Abbas SpAn, spesialis anestesi dari RSUD dr Soetomo.

Baru kemudian para dokter bedah saraf yang terdiri atas Lily, Prof Aij Lie Kwan, dan Prof Wang Hung Chen mulai melakukan tindakan. Kwan dan Chen sama-sama dari Taiwan.

”Keterbatasan sarana dan prasarana membuat prosedurnya lebih lama dari biasanya. Rata-rata kalau saya melakukan tidak sampai satu jam,” ujar Kwan.

Lubang dibuat di bagian kepala sisi kanan. Selanjutnya, kateter dipasang di daerah tersebut. Kateter lain ditempatkan di bawah permukaan kulit di belakang telinga dan dimasukkan hingga ke leher dan dada kemudian berakhir di perut.

Sebenarnya, menurut Lily, rencana awal akan dilaksanakan pengangkatan tumor. Tim operasi pun melakukan diskusi panjang sebelum akhirnya memutuskan operasi VP shunt. Termasuk berkonsultasi dengan ahli bedah saraf di Surabaya.

Pertimbangannya banyak. Di antaranya, ukuran tumor yang besar, kondisi pasien, dan peralatan yang kurang lengkap. Selain itu, kadar albumin dan hemoglobin pasien yang rendah membuat mereka sempat ragu. Tetapi, setelah kondisi itu teratasi, tindakan pembedahan pun bisa dilakukan dengan baik.

”Sekali lagi, tindakan ini bukan menyelesaikan masalah. Tetapi, life saving agar bisa mengurangi efek tekanan yang diakibatkan penumpukan cairan di dalam otaknya,” tutur Lily.

Setelah kondisi pasien bisa untuk melakukan perjalanan, tim dokter menyarankan pasien untuk segera dirujuk. Sehingga bisa direncanakan pengangkatan tumor di kepala Mega.

Setelah pelaksanaan operasi selama total empat jam itu, perempuan 35 tahun tersebut dirawat di intensive care unit (ICU) selama beberapa hari. Jika hasil pascabedah baik, dia akan dipindahkan ke ruang rawat biasa.

Selain melaksanakan operasi pemasangan VP shunt, tim ahli bedah lainnya melakukan pemasangan cimino (akses di pembuluh darah) untuk pasien hemodialisis (cuci darah). (*/c10/nda)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menteri Luhut Buka Tour de Mollvccas, Ini Harapannya


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler