TASIK - Tomcat merupakan sejenis kumbang yang memiliki racun berupa cairan paederin di dalam perutnya. Racun kumbang ini dapat menyebabkan matinya sel kulit yang terkena cairan itu.
Hal itu diungkapkan petugas Puskesmas Bantar, Kota Tasikmalaya Susilawati saat penyuluhan tentang sifat dan bahaya racun Tomcat untuk manusia di Perumahan Aboh, Sukamulya, Bungursari, seperti diberitakan Radar Tasikmalaya (Grup JPNN).
“Untuk pertolongan pertama jika kulit terkena racun Tomcat, cuci kulit dengan sabun dan alirkan air kalau air tidak ada gunakan air liur kita. Karena air liur mengandung basa meskipun tidak terlalu tinggi seperti sabun,” kata Susi di hadapan sejumlah warga.
Selain menggunakan sabun, luka akibat racun Tomcat juga dapat dikompres menggunakan air dingin atau es. Hal itu dimaksudkan untuk mencegah penyebaran racun melalui pembuluh darah. Teorinya dalam keadaan dingin pembuluh darah akan menyempit sehingga akan memperlambat penyebaran racun.
Jika terkena cairan Tomcat, maka kulit yang terkena juga tidak boleh digosok karena akan mempercepat penyebaran racun ke anggota tubuh lainnya.
Kulit ditempeli Tomcat, warga juga diminta tidak memecahkannya atau mematikannya di atas kulit, tetapi dibuang menggunakan kertas atau ditiup sampai Tomcat itu pergi. “Yang berbahaya itu bukan gigitannya tapi cairan di tubuhnya. Kalau Tomcat itu pecah di lantai, segera bersihkan agar tidak mengenai yang lain. Karena paederin itu menguapnya lama,” jelasnya.
Efek dari racun paederin kata dia dapat menimbulkan rasa panas, nyeri ringan dan kadang diikuti rasa gatal-gatal. Setelah 12 jam kulit yang terkena racun akan mati dan akan timbul gelembung berisi nanah. Untuk luka ringan akibat paederin korban bisa mengoleskan salep jenis steroid (mereknya macam-macam). Salep jenis ini bisa dibeli di dapatkan di puskesmas atau apotek.
“Untuk penanggulangan pakai salep jenis steroid. Kalau yang sudah jadi bisul pakai salep yang mengandung antibiotik tapi jangan terlalu banyak. Oleskan tipis saja, kalau terlalu tebal tidak baik untuk kulit,” pungkasnya.
Tiga hari sebelum muncul pemberitaan serangan Tomcat di Jawa Tengah, salah seorang siswa sekolah Muhamadiyah di Sambongjaya sudah terkena racun Tomcat. Hanya tidak ada yang mengetahui, pihak Dinas Pertanian yang datang ke sekolah langsung meminta para siswa membuat ramuan nabati untuk menangani siswa yang terkena tersebut dan kini telah sembuh.
“Tiga hari sebelum ada berita di Jawa Tengah itu sudah ada kejadian di sekolah Muhamadiyah, Sambong Jaya. Memang sudah saya informasikan cara penanggulangannya. Kemudian karena adanya di asrama putri supaya tidak mengganggu pencemaran polusi oleh racun saya menganjurkan pestisida nabati,” papar Yayat Hidayat, petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) DPP Kecamatan Kawalu dan Kecamatan Indihiang saat penyuluhan kemarin.
Pestisida nabati dapat dibuat dari daun sirsak yang dicampur dengan detergen dan direndam selama 24 jam. Kemudian cairan tersebut nantinya disemprotkan kepada wilayah atau dinding yang ditempeli Tomcat.
Penyemprotan terhadap Tomcat menurutnya akan lebih efektif dilakukan pada sore hari. Hal itu agar pestisida tidak mudah menguap dan bisa langsung membunuh Tomcat.
Jika dilakukan siang atau pagi hari, maka pestisida yang disemprotkan akan mudah menguap sehingga kurang efektif untuk membunuh Tomcat.
“Penyemprotan lebih baik sore hari. kalau siang hari terkena sinar matahari langsung itu menjadi tidak efektif. Tapi kalau langkah awal (pencegahan datangnya Tomcat) padamkan lampu di malam hari. Dia biasanya menyenangi cahaya. Kalau lampu sudah dipadamkan (Tomcat) akan hilang,” katanya.
Pemusnahan Tomcat menurut dia sebenarnya memiliki segi kerugian bagi petani, karena hama wereng coklat pada padi merupakan makanan dari kumbang ini.
Penyerangan Tomcat kepada manusia diperkirakan karena habitatnya disawah sudah terganggu.
Diantaranya, tidak adanya batang padi yang mengandung hama bereng coklat. Biasanya kata dia setelah dipanen batang padi yang tersisa masih ditempeli hama bereng, binatang ini akan memangsanya. Namun jika batang dipangkas hingga ke akarnya, maka binatang ini kehilangan makanan dan akan mulai berpindah ketempat lain. (pee)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Orang Batak di Mentawai Luar Biasa
Redaktur : Tim Redaksi