Cak Nun Samakan Jokowi dengan Firaun, Gus Miftah Sentil Ulama Soal Ini

Jumat, 20 Januari 2023 – 14:43 WIB
Gus Miftah saat ditemui di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (13/9). Foto: Romaida/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Video lawas Gus Miftah tentang kritikan ulama kembali viral di tengah pernyataan budayawan Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun yang menyamakan Presiden Jokowi dengan Firaun.

Dalam video tersebut, Gus Miftah menyinggung tentang kecenderungan kritik ulama yang keras.

BACA JUGA: Pernyataan Wamenag Zainut Ditujukan kepada Cak Nun, Tegas

Dia mengatakan bahwa semua orang berhak melayangkan kritik kepada pemerintah. Termasuk tokoh publik, atau ulama.

Namun, Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji, Yogyakarta itu mengingatkan agar setiap pihak dapat memberi kritik dengan cara yang beradab.

BACA JUGA: Cak Nun Disidang Keluarga, Dibodoh-bodohkan, Sabrang Menghajarnya Habis-Habisan

"Allah memberikan petunjuk kepada Harun dan Musa untuk memberikan nasihat kepada Firaun dengan kalimat atau dengan cara lemah lembut," kata Gus Miftah, dikutip dari kanal YouTube niatngaji99, Kamis (19/1).

Dalam video tersebut, kritik yang terkesan menghujat berpotensi berdampak negatif.

BACA JUGA: Qariah Disawer saat Mengaji, Gus Miftah: Bukan Menghormati, Tetapi...

Selain itu, poin kritik kemungkinan tidak sampai karena salah fokus pembicaraan.

"Artinya apa? Pantaskah hari ini kita memberikan kritikan kepada pemerintah, khususnya kepada presiden, dengan cara yang kasar?," tuturnya.

Gus Miftah lantas meminta semua pihak untuk membedakan antara mengkritik dan menghujat.

Dia menegaskan kritik seharusnya bersifat positif dan membangun. Sebaliknya, hujatan akan membuat orang sakit hati.

Oleh karen itu, dia tak heran bila ada ulama yang ditangkap pihak kepolisian karena mengkritik secara kasar.

Jika hal itu terjadi, Gus Miftah menegaskan hal tersebut tak bisa digolongkan sebagai kriminalisasi ulama.

"Ketika ditangkap polisi, kesan yang terjadi adalah kriminalisasi ulama. Saya katakan, tidak ada kriminalisasi ulama," ujar ustaz nyentrik tersebut. (mcr31/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Romaida Uswatun Hasanah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler