JAKARTA - Salah satu calon hakim konstitusi, Djafar Albram ternyata tidak hafal Pancasila. Hal itu diketahui pada saat uji kelayakan dan kepantasan (fit and proper test) calon hakim konstitusi di Komisi III DPR, Senin (4/3).
Peristiwa itu berawal pada saat anggota Komisi III DPR dari fraksi PDI Perjuangan, Ahmad Basarah meminta Djafar menyebutkan kelima sila dari Pancasila. Namun ternyata Djafar salah mengucapkan sila kedua dan keempat.
Djafar menyebut bunyi sila kedua adalah "perikemanusiaan yang adil dan beradab". Sedangkan saat mengucapkan sila keempat Pancasila, Djafar menyebut "kerakyatan yang dipimpin oleh permusyawaratan dan keadilan".
Padahal bunyi sila kedua seharusnya adalah "kemanusiaan yang adil dan beradab". Sementara bunyi sila keempat adalah "kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan".
Basarah lantas mengkritik Djafar yang tidak hafal Pancasila. Padahal menurutnya, sila-sila Pancasila merupakan sumber dari segala sumber yang ada. "Seharusnya calon hakim tidak hanya hafal, tapi mengetahui makna filosofis dari masing-masing sila Pancasila," ujarnya.
Karenanya Basarah menganggap Djafar tidak menguasai konstruksi hukum dalam sila-sila Pancasila. "Itu kan cermin bahwa logikanya ajalah kalau tidak hafal, bagaimana dia bisa memahami. Orang dapat memahami kan kalau pertama dia mengerti lalu kemudian memahami," terangnya.
Basarah menyayangkan hal itu. Pasalnya tugas MK sesuai Undang-undang Dasar (UUD) adalah menguji UU dengan pasal-pasal yang dianggap berlawanan dengan konstitusi dasar negara. "UUD itu menurut pasal aturan tambahan terdiri dari pembukaan dan pasal-pasal. Di pembukaan itu ada Pancasila," sambungnya.
Sementara Djafar mengaku sedang gugup sehingga salah mengucapkan sila-sila Pancasila. Dia beralasan, fit and proper test merupakan peristiwa hidup dan mati. Itu sebabnya jika ada kesalahan mengucapkan kata-kata Pancasila, DJafar menganggapnya hal wajar.
"Tidak ada gading yang tak retak, tapi siapa yang tidak gugup menghadapi posisi seperti itu, karena kita menghadapi nasib kita yang terakhir ini, hidup atau mati," kata Djafar.
Kendati demikian Djafar menegaskan, yang terpenting dirinya telah sukses menyebutkan nilai Pancasila dari awal hingga akhir. "Tapi yang utamakan saya menyebutkan semua dari sila pertama sampai sila yang terakhir," pungkasnya.(gil/jpnn)
Peristiwa itu berawal pada saat anggota Komisi III DPR dari fraksi PDI Perjuangan, Ahmad Basarah meminta Djafar menyebutkan kelima sila dari Pancasila. Namun ternyata Djafar salah mengucapkan sila kedua dan keempat.
Djafar menyebut bunyi sila kedua adalah "perikemanusiaan yang adil dan beradab". Sedangkan saat mengucapkan sila keempat Pancasila, Djafar menyebut "kerakyatan yang dipimpin oleh permusyawaratan dan keadilan".
Padahal bunyi sila kedua seharusnya adalah "kemanusiaan yang adil dan beradab". Sementara bunyi sila keempat adalah "kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan".
Basarah lantas mengkritik Djafar yang tidak hafal Pancasila. Padahal menurutnya, sila-sila Pancasila merupakan sumber dari segala sumber yang ada. "Seharusnya calon hakim tidak hanya hafal, tapi mengetahui makna filosofis dari masing-masing sila Pancasila," ujarnya.
Karenanya Basarah menganggap Djafar tidak menguasai konstruksi hukum dalam sila-sila Pancasila. "Itu kan cermin bahwa logikanya ajalah kalau tidak hafal, bagaimana dia bisa memahami. Orang dapat memahami kan kalau pertama dia mengerti lalu kemudian memahami," terangnya.
Basarah menyayangkan hal itu. Pasalnya tugas MK sesuai Undang-undang Dasar (UUD) adalah menguji UU dengan pasal-pasal yang dianggap berlawanan dengan konstitusi dasar negara. "UUD itu menurut pasal aturan tambahan terdiri dari pembukaan dan pasal-pasal. Di pembukaan itu ada Pancasila," sambungnya.
Sementara Djafar mengaku sedang gugup sehingga salah mengucapkan sila-sila Pancasila. Dia beralasan, fit and proper test merupakan peristiwa hidup dan mati. Itu sebabnya jika ada kesalahan mengucapkan kata-kata Pancasila, DJafar menganggapnya hal wajar.
"Tidak ada gading yang tak retak, tapi siapa yang tidak gugup menghadapi posisi seperti itu, karena kita menghadapi nasib kita yang terakhir ini, hidup atau mati," kata Djafar.
Kendati demikian Djafar menegaskan, yang terpenting dirinya telah sukses menyebutkan nilai Pancasila dari awal hingga akhir. "Tapi yang utamakan saya menyebutkan semua dari sila pertama sampai sila yang terakhir," pungkasnya.(gil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KY Sesalkan MA Tolak Sidang MKH Daming
Redaktur : Tim Redaksi