Calon Menteri Harus Sehat Fisik dan Mental

Jumat, 24 Oktober 2014 – 16:36 WIB

HARI-HARI ini kita harap-harap cemas menantikan siapa saja yang akan dipilih oleh Presiden Jokowi menjadi menterinya untuk masa jabatan lima tahun ke depan. Apalagi ternyata para calon menteri dikocok ulang setelah mendapat masukan KPK dan PPATK.
---------------
Oleh: Dr.H.Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH,MMB*
--------------
Tugas seorang menteri kedepan merupakan tugas yang cukup berat. Jokowi juga sudah mengingatkan bahwa menteri-menteri yang dipilih harus Kerja, Kerja dan Kerja.  

Saat ini kita semua sedang berjuang dalam berbagai keterpurukan di era globalisasi. Selain itu kita terus berjuang untuk mengejar ketertinggalan dengan negara tetangga yang terus bergerak cepat. Jelas tugas seorang menteri sebagai pembantu presiden sungguh maha berat untuk menjalankan departemen-departemen dan lembaga pemerintahan untuk mengejar ketertinggalan tersebut.

BACA JUGA: Luhut Panjaitan Kandidat Menteri, Ini Komentar Ical

Di sisi lain dalam tugas mulia melaksanakan tugas sebagai menteri kemungkinan untuk terjerat dalam masalah hukum bisa terjadi. Berbagai contoh telah kita lihat bersama bahwa beberapa mantan menteri masuk bui akibat tersangkut hukum. Di sisi lain harapan rakyat Indonesia begitu besar terhadap pemimpin nasional saat ini Jokowi-JK untuk adanya suatu perubahan, pemberantasan korupsi harus tuntas.

Parlemen sendiri juga dikuasai oleh partai-partai yang tidak satu gerbong dengan Jokowi-JK dan siap menjadi oposisi dan akan mengkritisi program-program yang tidak pro rakyat. Fakta ini menunjukkan kepada kita bahwa tugas menteri cukup berat dengan tingkat  stress yang sangat tinggi. Oleh karena itu berbagai potensi resiko penyakit juga bisa terjadi bagi para  menteri tersebut.

BACA JUGA: PPP Kubu SDA Rombak Pimpinan Fraksi DPR

Berbagai penyakit kronis yang ada saat ini, juga bisa menjadi kambuh dan menjadi tidak terkendali. Pada periode pemerintahan  SBY sebelumnya kita melihat  bahwa para menteri baru  yang tidak siap secara fisik dan mental mengalami jatuh sakit baik mengalami serangan jantung ataupun stroke.

Oleh karena itu selain seseorang yang profesional dan “bersih” menurut KPK dan PPATK,  masalah kesehatan para calon menteri juga harus menjadi pertimbangan. Jangan sampai para menteri jatuh sakit ditengah perjalanan dengan tugas maha berat ini.  

BACA JUGA: Golkar Pastikan Jatah Tiga Ketua Komisi DPR dan Banggar

Kalau perlu sistim pemeriksaan kepada calon presiden yang telah rutin dilakukan sejak Pilpres sebelumnya  juga diterapkan kepada calon menteri yang akan datang.

Setelah calon menteri yang  telah dipertimbangkan dengan matang perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui kondisi kesehatan yang sebenarnya para calon tersebut.

Memang akan ada dana yang dikeluarkan untuk proses pemeriksaan kesehatan ini tapi dana itu tidak seberapa jika harus merawat seorang menteri yang sakit bahkan jika harus dirujuk keluar negeri.

Jika hal ini tidak memungkinkan  bisa saja diminta bagi calon menteri untuk menyertakan hasil check up kesehatan yang terbaru dari rumah sakit yang ditunjuk. Tentu kita tidak akan terjeblos dalam lubang yang sama dimana beberapa menteri jatuh sakit karena tidak siap secara fisik dan mental saat menjadi menteri pada masa2 kabinet lalu.

Beberapa alasan kenapa suatu pemeriksaan kesehatan tersebut menjadi penting adalah  banyak penyakit yang awalnya hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan penunjang lain baik pemeriksaan rontgen maupun pemeriksaan USG.

Kadar gula darah yang tinggi, kadar kolesterol yang tinggi serta kadar asam urat tinggi pada awalnya hanya diketahui dengan pemeriksaan laboratorium. Tekanan darah yang tinggipun diketahui hanya dengan pemeriksaan tekanan darah.

Gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati hanya diketahui dengan pemeriksaan laboratorium. Jantung yang bengkak dan kelainan paru dapat diketahui dengan pemeriksaan foto thoraks. Melalui pemeriksaan USG abdomen dapat diketahui adanya kelainan pada liver, kandung empedu, pankreas, limpa serta kedua ginjal dan organ-organ abdomen lainnya.

Terjadinya serangan jantung atau stroke merupakan kelainan yang paling sering dialami oleh para eksekutif termasuk para menteri maupun pejabat eselon 1. Penyakit yang mematikan ini sebenarnya  tidak terjadi dengan sendirinya. Kejadian serangan jantung dan stroke berhubungan dengan berbagai faktor resiko yang terjadinya tidak dengan sendirinya.

Faktor-faktor resiko yang terjadi sebagian hanya diketahui dengan pemeriksaan laboratorium. Faktor resiko tersebut antara lain kadar gula darah yang tinggi (DM), kadar kolesterol tinggi (Dislipidemia), obesitas serta faktor stress.

Faktor resiko lain dan juga merupakan hal penting adalah merokok. Menurut saya   Presiden sudah pasti sebaiknya tidak memilih calon menteri yang merokok. Selain tidak mendidik masyarakat untuk hidup sehat seorang yang merokok akan terpapar dengan berbagai penyakit yang berbahaya dan membahayakan jiwanya.

Bagaimana dengan calon menteri wanita? Selain pemeriksaan kesehatan rutin khusus untuk wanita perlu pemeriksaan untuk skrining kanker wanita seperti kanker payudara dan kanker mulut rahim.

Adanya kelainan yang ditemukan belum tentu menggugurkan seseorang menjadi menteri.  Tapi paling tidak deteksi adanya kelainan yang diketahui lebih awal pada calon menteri akan lebih baik untuk upaya pencegahan dan terapi awal.

Inilah tujuan dari pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi kelainan penyakit yang terjadi agar komplikasi akibat kelainan yang ditemukan tersebut tidak berlanjut.

Akhirnya kita tentu semua berharap bahwa masalah kesehatan calon menteri untuk kabinet yang akan datang juga tetap harus menjadi concern Presiden dan semua menteri yang terpilih tersebut memang merupakan orang yang juga telah terpilih bukan saja profesional, kompeten tetapi juga  sehat fisik dan mental.

Mudah-mudahan  Presiden dan Wakil presiden terpilih dan para menteri yang akan bekerja untuk masa 5 tahun mendatang selalu diberi kesehatan yang prima oleh Allah SWT. (sam/jpnn)

*Dr.dr.H.Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH,MMB.
Wakil Ketua PB PAPDI
Praktisi kesehatan dan dosen FKUI

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengangkatan Jaksa Agung, Andhi: Lebih Cepat Lebih Bagus


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler