jpnn.com - JAKARTA - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Hajriyanto Y Thohari menyatakan, sosok calon pemimpin harus berjiwa pluralis dan antikorupsi. Menurutnya, jiwa pluralis dan antikorupsi tidak bisa hanya terlihat dari pidato, tapi harus dalam bentuk tindakan.
"Syarat mutlak pemimpin bangsa itu ada dua yakni pluralisme dan antikorupsi. Kadarnya tidak bisa sekedar omongan tapi harus dalam bentuk eksekusi," kata Hajriyanto dalam diskusi bertema "Mencari Pemimpin Alternatif yang Pluralis dan Antikorupsi" di press room DPR, Senayan Jakarta, Selasa (17/12).
BACA JUGA: Tolak Panggilan Timwas Century, Boediono Tulis Surat Pribadi
Menurutnya, ketika pemimpin Indonesia tidak memiliki kesadaran tinggi dan sensitif terhadap pluralitas dan antikorupsi, maka pada akhirnya hanya akan terjebak dalam mengurus kelompoknya sendiri. Namun, kata Hajriyanto, aspirasi rakyat saat ini lebih mencari sosok pemimpin bangsa yang antikorupsi yang levelnya juga pada posisi eksekusi, bukan sekadar antikorupsi dalam pidato-pidato di banyak tempat.
"Aspirasi rakyat mencari pemimpin bangsa antikorupsi itu bisa dipahami karena korupsi menjadi tantangan nomor satu karena korupsi penyebab dari semua kemiskinan bangsa ini," ungkap politikus Golkar itu.
BACA JUGA: KPK Jerat Atut, PDIP Merasa Untung
Makanya, lanjut Hajri, pemimpin itu ibarat air yang bisa untuk wudu yang berarti suci dan menyucikan. "Sementara sebagian besar pejabat kita kelasnya air musthakmal. Bersih tapi tidak membersihkan. Bersihnya hanya untuk dirinya, tidak untuk orang lain," pungkasnya.(fas/jpnn)
BACA JUGA: Priyo: Kasus Atut Pukulan Berat bagi Golkar
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ekonomi di Indonesia Juga Harus Pluralis
Redaktur : Tim Redaksi