jpnn.com - Semen Baturaja (SMBR) sebagai salah satu perusahaan BUMN berupa untuk bisa survive dari hantaman gelombang sunami pandemi. Hasilnya cukup memuaskan dengan membukukan laba positif pada akhir tahun 2020. Pada kuartal pertama tahun 2021, Semen Baturaja menunjukan kinerja yang lebih baik pada tahun sebelumnya.
Strategi Semen Baturaja Tahun 2020
BACA JUGA: Semen Baturaja Mampu Tingkatkan Pendapatan dan Market Share
Semen Baturaja melakukan sejumlah strategi untuk bisa mencapai laba positif pada tahun 2020. Padahal pada semester pertama, Semen Baturaja mengalami kerugian Rp 137 miliar. Langkah-langkah yang dilakukan adalah menunda semua CAPEX (Capital Expenditure), kecuali terhadap hal-hal mutlak harus dikeluarkan.
Semen Baturaja juga menekan biaya produksi dan operasional seefisien mungkin, ini adalah upaya untuk menekan kerugian. Efesiensi wajib dilakukan pada situasi sulit seperti sekarang dan Semen Baturaja berhasil melakukannya.
BACA JUGA: Semester I 2019, Volume Penjualan Semen Baturaja Naik
Selain efesiensi, SMBR juga sangat agresif dalam melakukan penetrasi pemasaran ke berbagai wilayah baru, khususnya di Sumatera Selatan dan Lampung. Ini bertujuan untuk menciptakan pangsa pasar baru. SMBR juga mengoptimalkan produk-produk alternatif non-semen, seperti mortar dan white clay.
Hingga akhirnya, SMBR meraih pendapatan Rp1,72 triliun hingga akhir 2020. Capaian tersebut harus disyukuri, mengingat industri semen mendapatkan sejumlah tantangan selama masa pandemi, yang berdampak pada sektor ekonomi dan juga infrastruktur.
BACA JUGA: Pasok Bahan Baku NPK, Pupuk Sriwidjaja dan PT Semen Baturaja Jalin Sinergi
Merujuk data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), volume penjualan semen domestik sepanjang 2020 tercatat sebesar 62,5 juta ton. Realisasi tersebut menurun 10,7 persen (yoy) dan merupakan pertumbuhan terendah dalam 10 tahun terakhir.
SMBR juga telah meningkatkan EBITDA menjadi Rp 416,4 miliar, atau meningkat 2 persen dibanding 2019. Bahkan SMBR juga membukukan cash from operation (CFO) Rp 393 miliar pada akhir 2020 dan mampu mencatatkan EBITDA margin sebesar 24 persen, meningkat dibanding pencapaian 2019 sebesar 20 persen.
Pencapaian ini diraih dengan pengelolaan arus kas secara disiplin dan penetapan prioritas belanja modal.
Berjaya di Kuartal Pertama
SMBR berhasil mematahkan mitos mengenai sulitnya pada kuartal pertama. Memang pada tahun 2020, SMBR mengalami kerugian sebesar Rp 64,16 miliar. Tetapi tidak dengan kuartal pertama 2021. SMBR menunjukkan kinerja yang jauh lebih baik dengan keuntungan perusahaan.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah tetap mempertahankan strategi-startegi yang telah diupayakan pada awal pandemi yaitu efesiensi di semua di sektor dan program-program lainnya yang memiliki dampak positif untuk kinerja perusahaan.
SMBR juga secara terus menerus meningkatkan daya saing perusahaan sehingga memiliki standar nasional yang tinggi, untuk dapat mengambil segmented market atas demand semen, khususnya di Sumatera Bagian Selatan.
Hal lain yang paling menentukan dari keberhasilan yang dicapai SMBR adalah kekompakan dan kerja keras dari masing-masing personel dari setiap lini organisasi. Semuanya terlibat aktif sesuai dengan perannya masing-masing, mulai dari office boy, sopir, pegawai di lapangan hingga direksi serta komisaris.
Sulit rasanya melakukan efesiensi jika semua pihak di perusahaan tidak memberikan dukungan penuh. SMBR selalu menekankan kepada seluruh personel di setiap lini dan tingkatan untuk selalu menerapkan protokol kesehatan agar sehat sehingga bisa produktif dan berkontribusi terhadap kemajuan perusahaan.
Peluang di 2021
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) memproyeksikan tahun ini konsumsi semen dalam negeri akan meningkat sekitar 7-8 persen. Ini memberikan peluang cerah, lantaran banyak proyek pemerintah yang ditunda karena pandemi Covid-19.
Kemungkinan ini akan memberikan angin segar bagi SMBR. Belum lagi upaya pemulihan ekonomi yang terus dilakukan Presiden Joko Widodo dan Menteri BUMN Erick Thohir dalam akselerasi pemulihan ekonomi nasional. Harapannya pemulihan tersebut mampu mendorong pertumbuhan sektor infrastruktur yang menjadi sektor utama penyerap semen.
Belum lagi adanya peningkatan anggaran di sektor infrastruktur. Dalam APBN 2021 tercatat anggaran untuk infrastruktur sebesar 47,3 persen atau senilai Rp 414 triliun. Pengoptimalan ini guna mengejar target pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan akan meningkat 4-5 persen.
Semenjak bertugas di SMBR mulai Agustus 2020, saya merasakan semangat kekeluargaan, soliditas dan keterbukaan pikiran. Ini menjadi kunci SMBR menghadapi masa-masa sulit selama pandemi. SMBR berhasil melaluinya dengan kinerja positif di tahun 2020 dan kuartal pertama 2021. Dan tak menutup kemungkinan SMBR akan kembali menorehkan nilai positif di penghujung tahun 2021.
Redaktur & Reporter : Adil