jpnn.com - JAKARTA - Peneliti dari LIPI, Siti Zuhro mengatakan setiap ada peristiwa pemilihan presiden (Pilpres) masyarakat selalu dipertontonkan dengan adegan ketidakjelasan mau dibawa kemana bangsa ini.
"Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dua kali berturut-turut memenangkan Pilpres dengan semboyan "lanjutkan" juga tidak jelas apanya yang mau dilanjutkan," tanya Siti Zuhro, dalam diskusi "Pilpres 2014 dan Pro Kontra Perlunya GBHN", di gedung DPD, Senayan Jakarta, Jumat (13/9).
BACA JUGA: Tunjangan Kinerja PNS Diambil dari Efesiensi
Berdasarkan pengalaman tersebut, termasuk era Presiden Gus Dur dan Megawati yang juga tidak jelas mau dibawa kemana bangsa dan negara ini, maka sebelum berlangsungnya Pilpres 2014, masyarakat sipil harus terlebih dahulu mengantongi blue print hendak dibawa kemana bangsa ini setelah diantara para calon terpilih menjadi presiden.
Menurut Siti Zuhro, karena selama ini tidak ada blue print, maka korupsi tidak apa-apa, target kerja pemerintah tidak tercapai juga tidak apa-apa.
BACA JUGA: Dorong SBY jadi Sekjen PBB, Bukan jadi Wapres
Pilpres 2014 lanjutnya, harus dimaknai sebagai kesempatan terbaik untuk menemukan pemimpin bangsa yang sudah selesai dengan dirinya dan mau membangun Indonesia serta berembuk dengan rakyat mau dibawa kemana Indonesia ini ke depan.
"Jadi para Capres yang akan bertarung pada Pilpres 2014 mendatang kita minta untuk merumuskan Indonesia di tahun 2030 nantinya mau seperti apa?. Kalau blue print Indonesia 2030 tidak mereka miliki, menurut saya ini berbahaya sekali," tegasnya.
BACA JUGA: Mabes Polri Anggap Hanya Kasus Kriminal Biasa
Harus ada sosok membumi dengan rakyat yang modalnya tidak didasari atas pencitraan oleh tim sukses. "Jangan sekedar di awang-awang. Para Capres harus bisa menjelaskan posisi Indonesia di awal tahun 2030 itu seperti apa, di kawasan Asia Pasific dan Asean serta Asia bahkan dunia seperti apa?," ujar Siti. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Manfaatkan Koneksi, Prabowo Cegah TKI Dihukum Mati
Redaktur : Tim Redaksi