KAIRO - Pemilihan presiden (pilpres) Mesir berlanjut ke putaran kedua. Hingga kemarin (25/5), komisi pemilu berhasil menuntaskan penghitungan suara pada 20 di antara total 27 provinsi Mesir. Meski penghitungan suara belum final, sudah bisa dipastikan bahwa kubu islami dan sekuler sama-sama mengamankan satu tiket ke putaran kedua.
Ikhwanul Muslimin sukses mengamankan posisinya untuk melaju pada pilpres lanjutan melalui Mohammed Morsi. Pada pilpres putaran kedua yang bakal dihelat 16"17 Juni, dia harus bersaing dengan mantan Perdana Menteri (PM) Ahmed Shafiq. Sampai kemarin siang, Morsi masih memimpin dengan 30,8 persen suara. Sedangkan Shafiq berada di posisi kedua dengan perolehan 21 persen.
Harian independen Al Masry Al Youm melaporkan bahwa Hamdeen Sabahi yang menempati posisi ketiga terus menempel ketat perolehan suara Shafiq. Politikus yang mengidolakan mendiang Presiden Gamal Abdel Nasser itu mengantongi 21 persen suara. Sebagai tokoh nasionalis, dia banyak didukung kelompok masyarakat yang tak ingin pemerintahan kembali ke kroni rezim Hosni Mubarak atau kalangan Islam.
Kemarin media Mesir menuliskan bahwa penghitungan suara sudah berjalan 50 persen. Hasil sementara menunjukkan kemenangan Morsi. Pada posisi keempat dan kelima tertulis nama Abdel Moneim Abolfotoh, tokoh moderat Ikhwanul Muslimin, dan mantan Menteri Luar Negeri Amr Moussa. Namun, komisi pemilu baru merilis hasil resmi setelah penghitungan suara tuntas pada Minggu besok.
Seperti pilpres putaran pertama yang berlangsung selama dua hari, pilpres lanjutan pun diselenggarakan dua hari berturut-turut pada 16"17 Juni. Morsi dan Shafiq harus berusaha keras menggalang dukungan dari rakyat. Ikhwanul Muslimin yakin kandidatnya akan mendominasi perolehan suara. Jika itu terjadi, mereka akan memantapkan kekuasaannya setelah memenangi pemilu legislatif September lalu.
Kini pilihan berada di tangan warga Mesir. Dalam pilpres bebas pertama yang tak diikuti Mubarak itu, mereka harus memilih antara Morsi yang dikenal sebagai politikus garis keras atau Shafiq yang mantan komandan senior Angkatan Udara (AU) Mesir. Masyarakat Mesir dihadapkan pada dua kesempatan. Yakni, membawa Mesir pada masa depan baru berprinsip agama atau kembali ke masa lalu yang otokratis.
Sejak awal Ikhwanul Muslimin menjanjikan pencerahan bagi rakyat Mesir. Setelah berhasil mendominasi parlemen, organisasi yang melahirkan partai politik Partai Kebebasan dan Keadilan itu berusaha keras menguasai kursi presiden. Mereka berjanji mencabut akar-akar peninggalan rezim Mubarak, terutama korupsi. Selain itu, mereka bakal meningkatkan pembangunan di segala bidang kehidupan.
"Kita berada di ambang era baru. Kita percaya kepada Tuhan. Kita percaya kepada rakyat. Kita percaya kepada partai politik," tandas Essam El Erian, tokoh senior Ikhwanul Muslimin.
Dalam kesempatan itu, dia juga membantah kekhawatiran sebagian masyarakat bahwa Ikhwanul Muslimin akan mengusung pola kepemimpinan Arab Saudi. Erian menyatakan, Ikhwanul Muslimin akan menerapkan pemerintahan yang terbuka. (AP/AFP/RTR/hep/c10/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... HP Bakal Rumahkan 27 Ribu Karyawan
Redaktur : Tim Redaksi