jpnn.com, JAKARTA - Mencapai kemandirian finansial di masa depan hanya bisa dilakukan dengan perencanaan matang sejak usia muda.
Sayangnya, hal ini kerap terhambat oleh adanya perilaku impulsive buying atau belanja secara impulsif yang dilakukan sebagian orang.
Impulsive buying adalah sebuah perilaku atau kebiasaan membeli barang tanpa direncanakan dan cenderung tidak dibutuhkan serta tidak memiliki manfaat tertentu.
BACA JUGA: Top! BRI Life Raih Penghargaan Living Legend Company
Biasanya perilaku ini lebih didasarkan pada emosi dan perasaan dibandingkan logika.
Seringkali individu yang terjebak pada situasi ini akan merasa kesempatan tersebut tidak akan datang di kemudian hari. Hal inilah yang mendorong mereka membeli barang hanya atas dasar keinginan dan bukan karena kebutuhan.
BACA JUGA: BRI Insurance Perkuat Kinerja Bisnis di Lampung
Namun, tahukah Anda bahwa perilaku impulsive buying atau belanja impulsif ini bisa membawa dampak negatif bagi pelakunya? Apabila kebiasaan ini dilakukan terus menerus, maka dapat menyebabkan hidup boros dan merugikan finansial.
Dampak Negatif Perilaku Impulsive Buying
BACA JUGA: Dirut BRI: Digitalisasi Tak Sebabkan PHK
Ada beberapa dampak negatif dari perilaku impulsive buying yang merugikan pelakunya.
Berikut beberapa dampak negatifnya:
Lebih Boros
Sudah bukan rahasia lagi bahwa perilaku impulsive buying ini membuat pelakunya jadi lebih boros. Belanja yang dilakukan secara impulsif membuat mereka menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak perlu sehingga pengeluaran utama harus rela dikorbankan demi memuaskan keinginan sementara.
Barang Bertumpuk Tidak Terpakai
Dampak lainnya dari kebiasaan impulsive buying ini adalah membuat barang-barang yang dibeli menumpuk di rumah dan tidak terpakai. Karena, belanja dilakukan hanya atas dasar keinginan, maka barang-barang tersebut pun biasanya hanya terpakai sekali lalu setelah itu terbuang percuma atau bahkan menumpuk di rumah.
Rentan Terjebak Pinjaman
Seringkali kebiasaan impulsive buying juga menyebabkan sebagian orang harus terjebak pinjaman atau kredit. Hal ini karena ketidakmampuan secara finansial untuk mengimbangi pengeluaran yang ada.
Sulit Merencanakan Keuangan Masa Depan
Impulsive buying ini cenderung membuat pengeluaran menjadi lebih besar dari seharusnya. Tak jarang, alokasi yang digunakan untuk tabungan pun harus terpakai karena keinginan untuk membeli barang yang tidak bisa dibendung. Hal ini lah yang membuat pelaku impulsive buying sulit untuk merencanakan keuangan masa depannya.
Pentingnya Investasi untuk Hindari Masalah Finansial
Impulsive buying ini dapat menyebabkan masalah finansial dan mengganggu perencanaan keuangan di masa depan. Padahal, investasi dan proteksi finansial sangat penting demi masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu, perlu menghentikan perilaku impulsive buying ini sesegera mungkin.
Cobalah untuk memahami kembali apa itu keinginan (wants) dan kebutuhan (needs). Dengan begitu, bisa membuat skala prioritas kebutuhan sebelum membelanjakan uang Anda.
Untuk menghindari perilaku impulsive buying, anda bisa melakukan perencanaan keuangan dengan mengalokasikan dana 40 persen - 30 persen - 20 persen, dan 10 persen.
Sebanyak 40 persen dapat dialokasikan untuk jenis kebutuhan rutin, akomodasi, dan kebutuhan lainnya.
Kemudian, 30 persen untuk cicilan atau kredit dengan porsi kredit produktif lebih dari 15 dan 20 persen untuk proteksi dan investasi. Lalu, 10 persen untuk dana sosial atau bantuan lainnya.
Pada sistem alokasi proteksi dan investasi sebanyak 20 persen, bisa dialokasikannya pada instrumen investasi yang ditawarkan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk (BRI) dan dapat Anda nikmati melalui Layanan Wealth Management BRI.
Produk Instrumen Investasi Wealth Management BRI
Berikut beberapa produk instrumen investasi yang bisa Anda pilih sebagai solusi dalam mengelola keuangan untuk masa depan.
Reksa Dana
Reksa Dana merupakan produk investasi dirancang untuk menghimpun dana dari masyarakat untuk diinvestasikan ke dalam portofolio efek oleh manajer investasi (MI). BRI Prioritas menyediakan beberapa produk reksa dana, seperti reksa dana saham, reksa dana campuran, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana pasar uang, reksa dana terproteksi, dan reksa dana penyertaan terbatas (RDPT). Anda dapat melakukan pembelian Reksa Dana pada UKER APERD (Agen Penjual Efek Reksa Dana) BRI.
Obligasi Ritel
Obligasi Ritel atau ORI merupakan salah satu jenis Instrumen investasi berupa Surat Berharga Negara (SBN). Terdapat dua jenis Obligasi Ritel yakni seri ORI025-T3 dan ORI025-T6. Kedua jenis obligasi ini merupakan seri terbaru yang ditetapkan oleh pemerintah dan mulai dibuka penawarannya sejak 29 Januari 2024 sampai 22 Februari 2024. Anda dapat melakukan pembelian Obligasi Ritel melalui SBN di BRImo.
Penting untuk menghindari perilaku impulsive buying agar Anda bisa merencanakan keuangan untuk masa depan. Dengan instrumen investasi yang menjanjikan dan terpercaya, Anda dapat mengalokasikan dana yang semula untuk berbelanja hal-hal tidak perlu untuk investasi. Anda bisa mempercayakan alokasi investasi kepada Layanan Wealth Management BRI.(jpnn)
Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Elvi Robiatul, Elvi Robiatul