Cara Mengatasi Fobia Naik Pesawat

Rabu, 31 Oktober 2018 – 11:51 WIB
Sejumlah pesawat terbang saat parkir di Bandara Hang Nadim Batam, beberapa waktu lalu, F Cecep Mulyana/Batam Pos

jpnn.com - Perjalanan dengan pesawat menjadi solusi cepat dan murah untuk menempuh perjalanan lintas provinsi atau negara. 

Kecelakaan pesawat Lion Air JT 610  rute Jakarta-Pangkalpinang di perairan Karawang, Jawa Barat, pada Senin (29/10), membuat banyak orang tiba-tiba fobia naik pesawat. 

BACA JUGA: Pelindo II Kerahkan 2 Kapal Untuk Bantu Cari Korban Lion Air

Mereka yang memang sudah punya ketakutan terbang pun kian takut memilih moda transportasi ini.

Faktanya risiko kecelakaan atau kendala teknis lainnya tak hanya bisa dialami pesawat terbang.  Moda transportasi lainnya seperti kereta, bus, atau mobil pun memiliki risiko yang sama.

BACA JUGA: Lion Air Siapkan Psikologi Bagi Keluarga Korban JT 610

Jika bicara angka, sebenarnya angka kecelakaan di darat lebih tinggi jika dibandingkan dengan pesawat terbang. Namun, tetap saja berita pesawat Lion Air jatuh memunculkan rasa takut untuk terbang.

Alasan seseorang fobia terbang

BACA JUGA: Arif Sempat Bertanya, Naik Pesawat Boleh Pakai Sendal gak?

Menurut Matthew Price, seorang psikolog dari Universitas Vermont, Amerika Serikat, tidak ada penjelasan khusus mengenai alasan seseorang memiliki ketakutan atau fobia terbang. 

Namun, ada beberapa alasan yang mungkin mendasari munculnya rasa takut ini.

1.Takut sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya 

Sama seperti rasa grogi saat pertama kali berbicara di depan umum, seseorang juga bisa ketakutan saat akan pertama kali bepergian dengan menggunakan pesawat.

2.Pengalaman buruk yang pernah dialami sebelumnya

Jika Anda pernah mengalami turbulensi hebat saat naik pesawat sebelumnya, pengalaman tersebut akan membekas. Hal ini akan memengaruhi pertimbangan Anda saat memilih rute perjalanan, maskapai penerbangan, bahkan waktu bepergian.

3.Paparan informasi negatif

Ini bisa terjadi jika Anda mengikuti segala perkembangan kecelakaan pesawat. Berita, informasi tak resmi, asumsi atau opini di chat group, bahkan melihat foto atau video terkait insiden tersebut bisa membuat Anda makin fobia. Apalagi jika ternyata berita yang Anda dengar adalah hoaks!

4.Kecemasan

Rasa takut atau fobia terbang juga dapat dipicu oleh kecemasan lainnya, misalnya rasa cemas akibat berada di ruang tertutup atau takut akan ketinggian. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan rasa takut, bahkan fobia.

Lantas, bagaimana cara membedakan apakah rasa takut yang dialami masih dalam batas wajar atau sudah masuk ke dalam kategori fobia yang butuh perhatian khusus?

Fobia terbang, atau aerofobia dan aviofobia, merupakan rasa takut atau cemas berlebihan akan bepergian melalui udara, baik dengan pesawat, helikopter, parasut, dan rute perjalanan udara lainnya. 

Meski rasa takut dan khawatir akan terbang dapat dianggap wajar, kondisi fobia dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.

Studi menemukan bahwa 1 di antara 5 orang memiliki fobia terbang. Bahkan, di antara orang yang kerap bepergian dengan angkutan udara, 25 persen dari kelompok ini memiliki fobia terbang.

Jika Anda mengalami fobia terbang dan kondisi tersebut mengganggu aktivitas sehari-hari, segera konsultasikan dengan psikolog. Ada beberapa pilihan terapi yang bisa dimanfaatkan untuk mengontrol gejala fobia. Beberapa di antaranya terapi paparan, terapi kognitif (CBT), hingga pemberian obat-obatan untuk kondisi yang lebih ekstrem.

Jika Anda mengalami ketakutan atau fobia naik pesawat carilah informasi sebanyak mungkin tentang gangguan ini, sebagai usaha untuk menenangkan diri secara mandiri.

Namun jika masih saja terjadi, segera berkonsultasilah dengan psikolog.

Peristiwa pesawat Lion Air jatuh Senin (29/10) lalu, memang menyisakan duka bagi banyak orang. Peristiwa kecelakaan pesawat ini bisa memantik ketakutan siapa saja untuk naik pesawat. Namun, fobia naik pesawat bukanlah gangguan psikis yang tidak bisa ditangani sama sekali.(RN/ RVS/klikdokter)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sering Habiskan Waktu di Pesawat, Enda Hanya Bisa Berserah


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler