Cara Unik Rayakan Valentine: Gelar Festival Melupakan Mantan Pacar

Tumpahkan Kekesalan, Rasa Kangen, dan Donasikan Barang Eks Pacar

Sabtu, 14 Februari 2015 – 14:40 WIB
MOVE ON: Seorang peserta festival mendonasikan boneka pemberian sang mantan. Foto: Guntur Aga Tirtana/Radar Jogja/JPNN

jpnn.com - LEBIH dari seribu anak muda Jogjakarta mengikuti festival unik menyambut Hari Valentine tadi malam (13/2). Mereka berkumpul di pelataran Pojok Beteng Wetan dalam Festival Melupakan Mantan. Selain menumpahkan unek-unek, peserta mendonasikan barang-barang pemberian mantan (pacar) agar bisa melupakannya.

Laporan Muniroh, Jogjakarta

BACA JUGA: Fabio Ricardo Toreh, Desainer Spesialis Celana Dalam Pria

Hujan menyirami Jogjakarta kemarin. Cuaca kurang bersahabat itu seolah tahu bahwa ribuan anak muda Kota Gudeg sedang membawa kenangan akan kandasnya kisah cinta mereka. Maklum, mereka tengah berkumpul untuk menyambut Hari Valentine yang jatuh hari ini (14/2). Bukannya menyatukan hati, mereka justru ingin melupakan para mantan kekasih. Bersama rintik hujan, rasa galau, resah, atau bahkan sakit hati ingin mereka hanyutkan dari kenangan hidup.

Pojok Beteng Wetan pun menjadi saksi. Cagar budaya di wilayah Keraton Jogjakarta tersebut menjadi tempat ribuan anak muda itu berkumpul. Sejumlah banner pink bertulisan "Selamat Datang di Festival Melupakan Mantan. Sudah Siap Move On?" menyambut para mantan yang mengalir berdatangan.

BACA JUGA: Aktivitas Jenderal (Pol) Sutarman setelah Lengser dari Jabatan Kapolri

Di meja panitia, peserta diminta untuk menuliskan unek-uneknya tentang sang mantan dan membubuhkan tanda tangan di bentangan spanduk putih yang telah disiapkan. Isi tulisan yang tercurah pun beragam. Mulai yang rindu, masih cinta, hingga ekspresi kemarahan kepada mantan. Misalnya, "Semoga kamu lebih sering tertawa", "Selamat menikah besok", "Korban tikungan", "Miss u hate u", "Gimana donk kalau ga ad mantan?", dan "Semoga pacar loe lebih jelek dari gue".

Uniknya, peserta juga membawa barang pemberian mantan kekasih. Barang-barang itu dikumpulkan untuk didonasikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Danis Sixtianti, misalnya. Perempuan 21 tahun itu membawa baju dan jaket yang dibungkus rapi.

BACA JUGA: Kanjeng Kiai Nogo Siluman Milik Pangeran Diponegoro Masih di Belanda

"Barang ini bikin teringat mantan. Sudah tidak terpakai lama. Tapi, masih bagus. Jadi, didonasikan. Maunya sih untuk kenangan, tapi kan enggak bisa," ujar mahasiswi Universitas Ahmad Dahlan Jogjakarta itu.

Salah seorang mantan lain, Tania Firellita, 21, mengaku terbantu dengan festival tersebut. Sebab, dia merasa bisa menemui banyak mantan dengan masalah yang sama. Awalnya Tania mendapat informasi kegiatan itu melalui media sosial. Dia mengira festival tersebut bercanda. "Ternyata beneran ada. Ini saya juga bawa baju dari mantan. Biar jadi kenangan saja. Aku tanpamu, ra po po. Saatnya mengubur semua rasa itu," ungkapnya.

Mahasiswi Universitas Sarjana Wiyata, Taman Siswa Jogjakarta, Reni Setyan, berupaya beda. Dia juga membawa pakaian pemberian mantan sebagai hadiah ulang tahun. Baju kenangan itu terbungkus rapi dalam kado biru. "Biarlah jadi kenangan dalam ingatan. Saya nggak ingin lagi barangnya," ujarnya.

Selain baju, ada kacamata, buku, album foto, boneka, dompet, tas, dan sandal. Tapi, banyak juga yang tidak membawa barang. Alasannya, semasa pacaran, mereka hanya diberi omong kosong.

Syarif Punkawijaya dan Ayu Nurul, contohnya. Dua sahabat itu tidak membawa barang dari sang mantan. Tapi, mereka membawa kenangan pahit yang ingin mereka lupakan di festival itu. Awalnya mereka tidak percaya ada Festival Melupakan Mantan. Maklum, sepanjang sejarah, belum ada kegiatan semacam itu. Lantaran penasaran, keduanya lalu mencari informasi. Setelah yakin valid, mereka meluncur dari Solo.

"Mantan itu sejarah. Harus move on. Kalau nggak jadi teman hidup, ya jadikan cerita hidup," ujar Syarif.

Festival kali pertama di Indonesia itu mendapat sambutan meriah dari ribuan anak muda. Akibatnya, lokasi acara tidak mampu menampung luapan para mantan. Acaranya juga meriah. Masalah jadian, putus, hingga selingkuh menjadi guyonan segar yang dilontarkan para pembawa acara. Barisan para mantan pun tertawa bersama. Gurat wajah bahagia tampak jelas di wajah mereka. Lagu-lagu romantis untuk melupakan mantan juga diperdengarkan. Pada puncak acara, ada penampilan pantomim yang melakukan ritual melupakan mantan.

Koordinator Acara Amin Sabiakto mengatakan, mantan pacar memang harus dilupakan. Tujuannya, tidak galau. Sebab, dia tahu, putus cinta itu membuat sakit hati. Masalahnya, lanjut dia, anak muda zaman sekarang yang masih labil psikisnya bisa berbuat negatif kalau putus cinta. Galaunya juga dipelihara.

"Galau kok hobi. Ayolah bikin hal yang positif. Makanya, kami bikin acara ini. Belum pernah ada festival kayak gini," katanya.

Amin menjelaskan, Festival Melupakan Mantan digagas komunitas Manggata Karya Ambuko Jagad (MKAJ), sebuah sengkalan tahun 1948 dalam bahasa Jawa. Yakni, 1948 dalam hitungan Jawa atau 2014 dalam hitungan Masehi. Menurut dia, selama ini anak muda selalu tergiring oleh budaya pop. Tanggal 14 Februari cuma dirayakan dua sejoli. Nah, yang sedang jomblo bakal merasa teraniaya. Padahal, kasih sayang itu jembar. Tidak boleh diartikan sempit. Kasih sayang adalah hak semua orang.

Nah, MKJA menerjemahkan cara menyampaikan kasih sayang dan mengenyahkan kegalauan dengan mendonasikan barang-barang dari mantan. Donasi itu tidak memaksa. Tapi, disarankan. Sebab, menyerahkan barang pemberian mantan itu menjadi pertanda merelakan kepergiannya. Barangnya bisa apa saja, asal bukan duit. Sumbangan berupa uang dinilai tidak mendidik. Barang akan dilelang atau diberikan langsung kepada yang membutuhkan. Semua orang juga bisa melihat barang milik mantan orang lain.

"Terkadang, dengan melupakan seseorang, kita bisa berbuat baik," ujarnya.

Amin menyebut, selain untuk menghilangkan kegalauan barisan para mantan, festival itu punya maksud khusus. Yakni, napak tilas sejarah. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mengenalkan budaya dan sejarah. Karena itu, pemilihan venue-nya tidak sembarangan. Yakni, di Pojok Beteng Wetan. Jika biasanya acara digelar di hotel, kafe, atau kampus, mereka memilih bangunan cagar budaya.

Dia mengatakan, budaya jangan dibungkus dengan hal yang berat. "Jadi, mereka paling tidak mengerti di mana dan bagaimana bentuk Pojok Beteng. Heritage bisa dikenal dengan lebih mudah,'' ungkap mahasiswa Universitas Atmaja Jogjakarta angkatan 2011 itu.

Acaranya juga unik. Para mantan yang datang tidak dipungut biaya. Agar tidak galau, mereka dihibur pembawa acara yang heboh. Yakni, MC kocak khas Jogja Alit-Alit Jabang Bayi, Gundhissos, dan Pripita Tyas. Ada juga pembacaan puisi dan pantomim Copet Mime. Ada pula lagu-lagu yang dimainkan secara akustik serta happening art yang menggelitik. Meski terkesan guyon, semua acara membawa pesan positif dan semangat. Mereka menawarkan obat move on ala MKJS yang ditanggung BPJS (Badan Penyelamat Jiwa Sakit hati).

Festival itu baru digagas bulan lalu. Tim pencetusnya adalah Seto Prayogi, Renalaswara Bayu Adi, Amin Sabiatko Putro, Marto Paidi, dan Pripita Tyas. Sejak awal mereka yakin acara tersebut bakal sukses.

Renalaswara Bayu Adi menyatakan tidak menyangka Festival Melupakan Mantan ditanggapi luar biasa. Sebab, kegiatan tersebut baru di-upload ke Twitter beberapa akun publik pada Senin (9/2).

"Di Twitter, aneh-aneh komentarnya. Katanya kok ada festival kayak gini. Kok bisa kepikiran. Malah ada yang mau mendonasikan anak,'' ucapnya, lantas tergelak.

Pada Selasa (10/2), hashtag #FestivalMelupakanMantan langsung ngehit dan menjadi trending topic. Kicauan warga media sosial tidak berhenti. Yang berkomentar pun tidak hanya dari Jogjakarta, tapi juga berasal dari berbagai kota. Bahkan, banyak grup pelajar di luar negeri, seperti Jepang, saling share acara itu. Saking besarnya sambutan, banyak seniman Jogja yang mengapresiasi festival tersebut. Di antaranya, Anang Batas, Indra Prasta The Rain, Candra Malik, dan Fadjroel.

''Penggagas cara ini semua orang kandas. Tapi, walau jomblo, kami tetap bisa menghasilkan sesuatu. Awalnya, ada yang meremehkan, tapi buktinya kami bisa,'' ujarnya.

Renal berharap dengan festival itu, para mantan bisa mencintai diri sendiri. Mereka menghargai sejarah bersama mantan dan segera beranjak menyongsong masa depan. Termasuk mereka tidak hanya sayang pada manusia. Tapi, juga sayang pada budayanya.

''Kota ini branding-nya Jogja Istimewa. Kenapa istimewa? Karena menghargai masa lalunya untuk masa depan,'' tandas dia. (*/c10/c6/ari)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pria Keras yang Ikut Mencetak Evan Dimas Itu Berpulang...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler