Menurutnya, ada sebuah 'rolling party' pada partai besar dan adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap partai politik.
Sehingga masyarakat akan mencari alternatif partai baru dan tidak memilih (golput).
Dia mengatakan, ada sinisme dari masyarakat terhadap partai besar yang selama ini membuat iklan soal pemberantasan korupsi. Tetapi, kata dia, dalam kenyataannya banyak kadernya yang terlibat kasus korupsi.
Ia menambahkan, sekitar 66,7 persen masyarakat diprediksi akan keluar dari partai besar yang tengah dirudung masalah, termasuk Partai Demokrat.
"Ada sebagian mereka yang keluar ini akan kembali ke partai sebelumnya, seperti PDIP, Golkar dan lainnya," katanya kepada wartawan di Jakarta, Rabu (14/3).
Seperti diketahui, Minggu (11/3), Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis jajak pendapat mengenai tingkat elektabilitas partai jika diadakan saat ini. Hasilnya, Partai Golkar menempati posisi pertama dengan perolehan 17,7 persen. Kemudian PDI Perjuangan 13,6 persen, Partai Demokrat 13,4 persen, Partai Nasdem 5,9 persen, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 5,3 persen, PPP 5,3 persen, Partai Keadilan Sejahtera 4,2 persen, Partai Gerindra 3,7 persen, Partai Amanat Nasional (PAN) 2,7 persen, dan Partai Hanura 0,9 persen.
Dalam survei ini, hanya Partai Golkar dan Partai Nasdem yang mengalami kenaikan dari survei LSI sebelumnya. Golkar naik dari 15,5 persen dan Nasdem dari 1,6 persen.
Sedangkan Effendi mengatakan, selain kembali ke partainya masing-masing, ada sebagian mereka juga akan mencari partai baru yang lebih menjanjikan dan populer seperti Partai NasDem dengan jargon 'Gerakan Perubahan'.
"Partai berjargon restorasi Indonesia itu selalu 'concern' terhadap isu-isu aktual, sehingga membuat masyarakat tertarik. Terlebih Partai NasDem nasionalis dan populer," katanya. Dikatakan, kenaikan itu karena faktor iklan yang gencar. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Abraham Dinilai Arogan Pimpin KPK
Redaktur : Tim Redaksi